Perindo Menjawab Tantangan Zaman

Kamis, 08 Oktober 2015 - 12:38 WIB
Perindo Menjawab Tantangan Zaman
Perindo Menjawab Tantangan Zaman
A A A
Salah satu pertanyaan terbesar ketika sebuah partai politik baru didirikan di tengah sorotan negatif publik pada institusi demokrasi itu adalah apa yang akan ditawarkan mereka pada publik.Tergerusnya citra partai politik, semakin derasnya pragmatisme politik, dan semakin menipisnya ideologi kejuangan, akan menjadi beban tersendiri bagi partai politik baru untuk menarik hati dan simpati publik. Jika melihat sejarah lahirnya partai politik baru, perkembangan dinamika politik terakhir menunjukkan tidak banyak lagi partai politik lahir.Jika dibandingkan sesaat setelah Orde Baru jatuh, euforia politik dalam mendirikan partai begitu terasa. Pada 1999, menjelang pemilu, tercatat sedikitnya 181 partai lahir dan berusaha menjadi peserta pemilu meski akhirnya hanya 48 partai menjadi peserta pemilu. Antusiasme yang sama juga masih terjadi menjelang Pemilu 2004. Setidaknya sebanyak 164 partai bermunculan meski akhirnya hanya 24 partai yang mengikuti pemilu.Pada Pemilu 2009 mulai terasa berkurang jumlah partai politik baru kendati jumlah peserta pemilu justru mengalami kenaikan menjadi 38 partai. Terakhir di Pemilu 2014 tidak lebih dari lima partai politik baru yang mencoba peruntungan di pemilu, namun hanya satu partai yang berhasil lolos menjadi peserta pemilu.Diakui atau tidak, kemunculan partai baru pada perjalanannya kemudian cenderung berkurang meski antusiasme politik masyarakat masih terjaga. Peningkatan syarat pendirian partai politik menjadi salah satu upaya political engineering atau rekayasa sistem untuk membatasi jumlah partai politik.Selain melalui syarat pendirian partai politik yang berat, rekayasa juga dilakukan melalui mekanisme parliament treshold . Sistem ini membatasi jumlah partai politik meraih kursi di parlemen nasional (DPR). Syarat itu tercantum dalam batasan perolehan suara minimal untuk dapat dikonversikan terhadap kursi yang ada di DPR.Partai BaruKini pasca-Pemilu 2014, fenomena partai baru lahir mulai terasa kembali. Salah satunya adalah lahirnya Partai Persatuan Indonesia atau Perindo yang lahir satu tahun yang lalu di tengah praktik politik yang cenderung tidak menguntungkan bagi partai politik baru untuk berkiprah. Salah satunya citra partai politik yang cenderung selalu berada di titik terendah.Hal ini tidak lepas dari praktik politik yang selama ini dimainkan oleh partai politik cenderung menjauh dan abai terhadap problematika rakyat, seakan ada jarak dan jurang pemisah antara suara partai dan suara rakyat. Fenomena ini tentu berpengaruh besar terhadap persepsi publik terhadap partai.Yang paling mutakhir, kita bisa melihat dan mendengar atas usulan kenaikan tunjangan anggota DPR di tengah kondisi masyarakat yang mulai sekarat akibat kenaikan harga pangan, tentu hal itu memicu reaksi publik. Tentu fenomena ini semakin menggerus kepercayaan publik pada partai. Padahal, partai politik adalah pilar utama bagi jalannya demokrasi.Partai politik menjadi pintu bagi siapa saja yang berniat mengajukan dirinya sebagai sosok politisi, negarawan, untuk berkiprah dalam panggung politik. Partai politik menjadi media penting bagi prinsip kebebasan berserikat. Partai politik juga menjadi sarana kedaulatan rakyat. Melalui partailah rakyat menitipkan aspirasi, kepentingan, dan tentu saja sikap politiknya.Partai politik adalah kunci bagi pelaksanaan demokrasi itu sendiri seperti yang terjadi pada proses dan tahapan pemilu, pilkada, danpemilihanpresiden. Partai politik juga menjadi penggalang sejumlah potensi dari aliran politik yang hidup di kalangan masyarakat.Tantangan Zaman BaruPerindo sebagai bagian dari partai politik baru di Indonesia tentu memiliki tantangan yang sama dengan partai politik lain. Pada era zaman perubahan dari analog ke digital tentu berdampak pula pada perilaku politik warga. Jika sebelumnya partisipasi politik diwujudkan dalam sebuah ekspresi politik di alam nyata, pada era digital dan masa depan demokrasi sudah masuk dan ramai di dunia maya.Gelombang demokrasi di Timur Tengah adalah salah satu potret bagaimana demokrasi dihidupkan oleh jaringan media sosial yang masif dan berdaya. Sebagai partai politik baru, tentu menjadi tantangan tersendiri apakah Perindo mampu menghadapi gencarnya arus politik tersebut.Bagaimanapun setiap kelahiran partai baru membawa harapan baru. Kehadiran partai politik baru adalah wujud bahwa harapan bagi tumbuh kembangnya demokrasi partisipatif tetap terbuka lebar. Tentu, bukan pekerjaan mudah untuk melahirkan dan mendirikan sebuah partai politik di tengah apresiasi publik yang cenderung minor terhadap institusi sebuah partai politik.Namun, semua partai politik harus sadar menjawab kebutuhan nyata masyarakat adalah sebuah jawaban untuk menumbuhkan kembali antusiasme masyarakat kepada institusi partai politik. Partai-partai politik baru, tidak terkecuali Perindo, harus banyak belajar dari para pendahulunya tentang bagaimana mereka membangun sebuah institusi kelembagaan.Apa yang dilakukan HOS Tjokroaminoto ketika mendirikan Sarekat Islam yang kemudian dikenal sebagai organisasi dengan pengikut terbesar pada era tersebut adalah contoh baik untuk setiap generasi berikutnya. Keberhasilan Tjokroaminoto tidak lepas dari kuatnya sebuah cita-cita. Ya, partai politik baru harus kuat terhadap cita-citanya dan komitmen kepada rakyatnya.Ringkasnya, komitmen Partai Perindo terhadap agenda pembangunan kesejahteraan musti beriringan dengan program konkret pembangunan sektor pertanian dan UMKM. Zaman sudah berubah, rakyat semakin cerdas dan tidak mudah dibodohi.Ketika partai politik hanya lahir dan berkembang untuk menghidupi dirinya sendiri, tak akan panjang masa depan politiknya. Tapi, ketika partai politik lahir dan berkembang demi rakyat, niscaya kekuatan rakyat akan berdiri mendukungnya. Semoga!Anna LuthfieKetua DPP Partai Perindo, Ketua Pengurus Nasional Karang Taruna
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6159 seconds (0.1#10.140)