112 Jamaah Haji Masih Dilaporkan Belum Kembali ke Tenda
A
A
A
MINA - Dua hari pasca insiden di Jalan 204 Mina terjadi, data mengenai jamaah haji Indonesia yang meninggal terus bertambah. Hingga tadi sore, tercatat ada 14 jamaah haji Indonesia yang tewas. Saat ini jasad mereka disimpan di tempat penyimpanan jenazah Muasim, Mina.
Direktur Jenderal (Dirjen) Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Abdul Djamil menjelaskan, data terakhir yang meninggal dunia itu diperoleh setelah pihaknya mendapatkan izin akses dari Pemerintah Arab Saudi untuk masuk ke Muasim dan mengindentifikasi jasad para korban yang diduga jamaah Indonesia.
“Ada sekitar 500 jenazah yang sudah masuk ke Muasim. Kita kemudian diberi kesempatan untuk melihat fotonya kemudian diidentifikasi,” kata Djamil di kantor Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Sabtu (26/9/2015).
Djamin menuturkan, dari 225 jamaah yang sebelumnya dilaporkan belum kembali ke pemondokan di tenda Mina Jadid sejak insiden Mina, maka saat ini sebagian sudah kembali. Jamaah yang belum kembali tinggal mencapai 112 orang.
“Mereka yang ditemukan kebanyakan karena mobilitasnya tinggi, lempar jumrah dan kembali ke hotel pemondokan di Mekkah. Mereka tak kembali ke tenda di Mina Jadid karena lokasinya lebih jauh dibanding kalau kembali ke hotel,” terang mantan Rektor IAIN Walisongo, Semarang itu.
Jamaah haji yang belum kembali berasal dari Kloter 14 Batam (BTH) sebanyak 14 orang, Kloter 48 Surabaya (SUB) sebanyak 16 orang, Kloter 61 Jakarta-Bekasi (JKS) sebanyak 64 orang, Kloter 10 Ujungpandang (UPG) 7 orang dan Kloter 62 Solo (SOC) sebanyak 11 orang.
Dia menjelaskan, identifikasi cukup memakan waktu karena pasca musibah Pemerintah Arab Saudi fokus untuk menolong korban yang selamat serta mengevakuasinya ke klinik atau rumah sakit. Sedangkan jamaah yang meninggal jasadnya berada di sejumlah klinik.
“Kemarin jenazah mulai dikumpulkan di Muasim. Jam 00.00 tadi pagi kita mendapat izin melakukan identifikasi,” paparnya.
Saat diindetifikasi berdasarkan foto wajah yang meninggal dicocokkan dengan jasad yang disimpan, diketahui sebagian jamaah sudah tak memakai gelang identitas dan tas.
“Karena itu kita cek bersama ke ketua kloter dan ketua rombongan dan ketua regu untuk memastikan jamaah yang menjadi korban. Karena itu proses identifikasi tidak bisa sembarangan,” imbuh Djamil.
Mengenai deadline pencarian, Djamil menyatakan akan terus melakukan koordinasi tanpa batas waktu. Menurut Djamil, dalam dua hari terakhir, Pemerintah Arab Saudi terus melakukan proses inventarisasi data para korban yang meninggal dan terluka.
“Karena kejadian ini menimbulkan korban dari berbagai negara, maka proses identifikasi tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian agar diperoleh data yang benar dan valid,” tandasnya.
Kepala Daker Mekkah, Arsyad Hidayat mengimbau kepada para ketua kloter, ketua rombongan, ketua regu, maupun jemaah haji Indonesia, agar mematuhi jadwal melontar dengan tidak melakukannya pada waktu yang padat. Hal ini guna menghindari kejadian yang tidak kita inginkan.
Selain itu, pihaknya juga meminta kepada perangkat kloter agar senantiasa memperhatikan jemaah haji lanjut usia dan berisiko tinggi pada saat melontar jumrah. Dengan tidak meninggalkan mereka berjalan sendirian terpisah dari rombongan guna menghindari salah jalan kembali ke maktab atau tenda pemondokan.
PILIHAN:
Update Tragedi Mina, 14 Jamaah Haji Indonesia Wafat
Pemerintah Diminta Segera Lacak 225 Haji yang Hilang
Direktur Jenderal (Dirjen) Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Abdul Djamil menjelaskan, data terakhir yang meninggal dunia itu diperoleh setelah pihaknya mendapatkan izin akses dari Pemerintah Arab Saudi untuk masuk ke Muasim dan mengindentifikasi jasad para korban yang diduga jamaah Indonesia.
“Ada sekitar 500 jenazah yang sudah masuk ke Muasim. Kita kemudian diberi kesempatan untuk melihat fotonya kemudian diidentifikasi,” kata Djamil di kantor Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Sabtu (26/9/2015).
Djamin menuturkan, dari 225 jamaah yang sebelumnya dilaporkan belum kembali ke pemondokan di tenda Mina Jadid sejak insiden Mina, maka saat ini sebagian sudah kembali. Jamaah yang belum kembali tinggal mencapai 112 orang.
“Mereka yang ditemukan kebanyakan karena mobilitasnya tinggi, lempar jumrah dan kembali ke hotel pemondokan di Mekkah. Mereka tak kembali ke tenda di Mina Jadid karena lokasinya lebih jauh dibanding kalau kembali ke hotel,” terang mantan Rektor IAIN Walisongo, Semarang itu.
Jamaah haji yang belum kembali berasal dari Kloter 14 Batam (BTH) sebanyak 14 orang, Kloter 48 Surabaya (SUB) sebanyak 16 orang, Kloter 61 Jakarta-Bekasi (JKS) sebanyak 64 orang, Kloter 10 Ujungpandang (UPG) 7 orang dan Kloter 62 Solo (SOC) sebanyak 11 orang.
Dia menjelaskan, identifikasi cukup memakan waktu karena pasca musibah Pemerintah Arab Saudi fokus untuk menolong korban yang selamat serta mengevakuasinya ke klinik atau rumah sakit. Sedangkan jamaah yang meninggal jasadnya berada di sejumlah klinik.
“Kemarin jenazah mulai dikumpulkan di Muasim. Jam 00.00 tadi pagi kita mendapat izin melakukan identifikasi,” paparnya.
Saat diindetifikasi berdasarkan foto wajah yang meninggal dicocokkan dengan jasad yang disimpan, diketahui sebagian jamaah sudah tak memakai gelang identitas dan tas.
“Karena itu kita cek bersama ke ketua kloter dan ketua rombongan dan ketua regu untuk memastikan jamaah yang menjadi korban. Karena itu proses identifikasi tidak bisa sembarangan,” imbuh Djamil.
Mengenai deadline pencarian, Djamil menyatakan akan terus melakukan koordinasi tanpa batas waktu. Menurut Djamil, dalam dua hari terakhir, Pemerintah Arab Saudi terus melakukan proses inventarisasi data para korban yang meninggal dan terluka.
“Karena kejadian ini menimbulkan korban dari berbagai negara, maka proses identifikasi tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian agar diperoleh data yang benar dan valid,” tandasnya.
Kepala Daker Mekkah, Arsyad Hidayat mengimbau kepada para ketua kloter, ketua rombongan, ketua regu, maupun jemaah haji Indonesia, agar mematuhi jadwal melontar dengan tidak melakukannya pada waktu yang padat. Hal ini guna menghindari kejadian yang tidak kita inginkan.
Selain itu, pihaknya juga meminta kepada perangkat kloter agar senantiasa memperhatikan jemaah haji lanjut usia dan berisiko tinggi pada saat melontar jumrah. Dengan tidak meninggalkan mereka berjalan sendirian terpisah dari rombongan guna menghindari salah jalan kembali ke maktab atau tenda pemondokan.
PILIHAN:
Update Tragedi Mina, 14 Jamaah Haji Indonesia Wafat
Pemerintah Diminta Segera Lacak 225 Haji yang Hilang
(kri)