Memperkuat Jantung Ekonomi Indonesia
A
A
A
Ibarat sebuah tubuh, jantung merupakan bagian paling penting. Secara umum fungsi jantung adalah untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Jika jantungnya sehat, maka aliran darah tidak akan ada masalah. Namun sebaliknya, jika dalam jantung terdapat masalah–tersumbat– maka aliran darah dalam tubuh akan terhambat. Bayangkan apabila jantung kita berhenti memompa sedetik saja, artinya tubuh hanya tinggal raga alias mati. Apabila tubuh manusia dikorelasikan dengan ekonomi Indonesia, sama saja.
Melihat kondisi ekonomi yang terjadi sekarang, kondisinya menampakkan gejala kritis. Kekuatan ekonomi Indonesia makin melemah seiring melemahnya rupiah dan tingkat ekspor. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 mencapai 4,7%. Sementara tahun lalu, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,1%.
Bisa kita lihat dari data tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin lemah. Masalah ini terjadi karena jantung pertahanan ekonomi Indonesia mengalami masalah serius, baik itu dari faktor internal maupun eksternal. Seperti menurunnya cadangan devisa dan kenaikan harga BBM, selain itu ada ketimpangan dalam APBN serta penanaman investasi yang tidak memberikan hasil memuaskan.
Jika tidak segera ditolong, akibatnya akan sangat fatal. Rakyat kesulitan membeli bahan pangan, pendidikan anak-anak terancam putus, susah mencari pekerjaan, dan lainnya. Contoh riil tersebut merupakan gambaran akan kesulitan rakyat dalam menghadapi masalah ekonomi. Apalagi pada saat ini kondisi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) semakin terpuruk.
Ketika hal ini dibiarkan, akan timbul jurang antara pemerintah dan rakyat atau si kaya dan si miskin. Oleh sebab itu, untuk memperkuat jantung ekonomi Indonesia kembali, harus ada kerja sama bagus antara pemerintah dan para pengusaha, baik dalam skala mikro ataupun makro. Pemerintah dan pengusaha harus bekerja sama atau bersinergi untuk menggerakkan sektor riil sebagai jantung pertahanan ekonomi.
Dengan mengintegrasikan dua variabel ini, diharapkan tercapai tujuan bersama untuk kebaikan seluruh masyarakat. Selain itu, dibutuhkan pula sebuah patriotisme ekonomi-meminjam istilah menteri keuangan Amerika Serikat, Jack Lew–yang dapat membawa Indonesia pada kesuksesan. Sebab dengan berjamaahlah kita bisa menjadi kuat.
Meskipun Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA), tapi kondisi masyarakatnya sulit diajak berjamaah untuk mengelola alamnya. Karena itu, sebagian rakyat hidup dalam kemiskinan. Tentu kita tidak ingin negara ini menyandang status sebagai negara yang menerima curse of wealth (kutukan kekayaan), yakni negara dengan SDA melimpah, tapi rakyatnya hidup miskin.
Oleh sebab itu, alangkah lebih baiknya jika jantung pertahanan ekonomi kita dikuatkan melalui jamaah. Wallahu alam bi al-shawab .
AMARTA RISNA DIAH FAZA
Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam, Aktivis HMI dan Peneliti Muda di Monash Institute UIN Walisongo Semarang
Jika jantungnya sehat, maka aliran darah tidak akan ada masalah. Namun sebaliknya, jika dalam jantung terdapat masalah–tersumbat– maka aliran darah dalam tubuh akan terhambat. Bayangkan apabila jantung kita berhenti memompa sedetik saja, artinya tubuh hanya tinggal raga alias mati. Apabila tubuh manusia dikorelasikan dengan ekonomi Indonesia, sama saja.
Melihat kondisi ekonomi yang terjadi sekarang, kondisinya menampakkan gejala kritis. Kekuatan ekonomi Indonesia makin melemah seiring melemahnya rupiah dan tingkat ekspor. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 mencapai 4,7%. Sementara tahun lalu, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,1%.
Bisa kita lihat dari data tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin lemah. Masalah ini terjadi karena jantung pertahanan ekonomi Indonesia mengalami masalah serius, baik itu dari faktor internal maupun eksternal. Seperti menurunnya cadangan devisa dan kenaikan harga BBM, selain itu ada ketimpangan dalam APBN serta penanaman investasi yang tidak memberikan hasil memuaskan.
Jika tidak segera ditolong, akibatnya akan sangat fatal. Rakyat kesulitan membeli bahan pangan, pendidikan anak-anak terancam putus, susah mencari pekerjaan, dan lainnya. Contoh riil tersebut merupakan gambaran akan kesulitan rakyat dalam menghadapi masalah ekonomi. Apalagi pada saat ini kondisi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) semakin terpuruk.
Ketika hal ini dibiarkan, akan timbul jurang antara pemerintah dan rakyat atau si kaya dan si miskin. Oleh sebab itu, untuk memperkuat jantung ekonomi Indonesia kembali, harus ada kerja sama bagus antara pemerintah dan para pengusaha, baik dalam skala mikro ataupun makro. Pemerintah dan pengusaha harus bekerja sama atau bersinergi untuk menggerakkan sektor riil sebagai jantung pertahanan ekonomi.
Dengan mengintegrasikan dua variabel ini, diharapkan tercapai tujuan bersama untuk kebaikan seluruh masyarakat. Selain itu, dibutuhkan pula sebuah patriotisme ekonomi-meminjam istilah menteri keuangan Amerika Serikat, Jack Lew–yang dapat membawa Indonesia pada kesuksesan. Sebab dengan berjamaahlah kita bisa menjadi kuat.
Meskipun Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA), tapi kondisi masyarakatnya sulit diajak berjamaah untuk mengelola alamnya. Karena itu, sebagian rakyat hidup dalam kemiskinan. Tentu kita tidak ingin negara ini menyandang status sebagai negara yang menerima curse of wealth (kutukan kekayaan), yakni negara dengan SDA melimpah, tapi rakyatnya hidup miskin.
Oleh sebab itu, alangkah lebih baiknya jika jantung pertahanan ekonomi kita dikuatkan melalui jamaah. Wallahu alam bi al-shawab .
AMARTA RISNA DIAH FAZA
Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam, Aktivis HMI dan Peneliti Muda di Monash Institute UIN Walisongo Semarang
(ftr)