Kesederhanaan sebagai Kunci

Selasa, 08 September 2015 - 09:07 WIB
Kesederhanaan sebagai Kunci
Kesederhanaan sebagai Kunci
A A A
Made Harumi Padmaswari
Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran @harumiswari z

Ketika berjalan-jalan di pasar modern, sejauh-jauh mata memandang, mata tentu akan sempat membentur tulisan impor.

Benturan tidak hanya terjadi sekali dua kali, namun berkali-kali. Hampir setiap lorong di pasar dihiasi oleh produkproduk mancanegara. Mirisnya, menurut data BPS pada 2013, terdapat 28 jenis bahan pokok yang masih diimpor Indonesia. Jika dilihat secara lebih seksama, di antara himpitan barang-barang impor, terdapat produk lokal yang secara kualitas tentu mampu bersaing. Namun, yang membuatnya berbeda adalah harga dan kemasannya. Seringkali harga produk lokal jauh lebih mahal daripada produk impor dan dari segi kemasan tidak semenarik produk impor.

Sayangnya, kalaupun harganya sepadan atau lebih murah dan kemasannya menarik, gengsi yang muncul setelah membeli produk impor akan lebih tinggi daripada membeli produk lokal. Hal inilah yang tertanam secara mendalam pada hampir sebagian besar masyarakat Indonesia. Terbukti dengan konsumsi barang impor yang semakin tinggi setiap tahunnya, sementara petani atau pegawai produk lokal merugi.

Ketergantungan terhadap barang impor menjadi salah satu faktor rapuhnya fondasi perekonomian Indonesia. Rapuhnya fondasi perekonomian ini ditandai dengan melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Banyaknya transaksi di dalam negeri yang menggunakan USD seperti membeli barang impor, memengaruhi permintaan dolar sehingga berpengaruh terhadap rupiah.

Memikirkan kebijakan perekonomian yang menyangkut banyak pihak memang sangat kompleks. Terlebih lagi jika tidak terlibat langsung di dalamnya. Namun, percayalah, sekecil apa pun perubahan kebijakan akan memberikan dampak yang luas dan langsung pada masyarakat. Karena itu, masyarakat juga harus berperan aktif dalam mengukuhkan fondasi ekonomi. Hal yang paling mudah dilakukan masyarakat, yang sebelumnya sudah sering didengungkan adalah mencintai produk-produk dalam negeri.

Dengan meningkatkan permintaan akan produk dalam negeri, para petani dan penggiat usaha lokal akan lebih produktif, inovatif, kreatif, dan berkualitas. Sawah yang terhampar luas, ladang yang membentang, serta nyiur yang melambai akan menjadi lapangan pekerjaan yang sangat menjanjikan. Demikian halnya dengan industri rumah tangga, kerajinan, dan mebel. Usaha dalam negeri akan menjadi lebih hidup dan sangat mungkin mampu meningkatkan ekspor.

Masalah ekonomi bukan hanya urusan pemerintah, rakyatlah yang menjadi ujung tombaknya. Berawal dari mencintai produk dalam negeri hingga berakhir pada pengokohan fondasi ekonomi. Hal sederhana yang berefek luar biasa.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4517 seconds (0.1#10.140)