Urgensi Penguatan Daya Beli Masyarakat
A
A
A
Kondisi perekonomian Indonesia kini sedang mengalami keadaan yang mengkhawatirkan apabila tidak segera dilakukan penanganan secara tepat. Mulai dari akibat El Nino berkepanjangan sehingga banyak lahan sawah para petani kesulitan mendapatkan air untuk pengairan sawahnya sehingga banyak yang gagal panen dan membuat banyak daerah mengalami kelangkaan akses air bersih.
Selanjutnya semakin melemahnya nilai tukar rupiah akan sangat memberatkan dunia usaha yang sumber bahan bakunya berasal dari luar negeri atau impor. Peningkatan harga jual akhirnya tak terelakkan. Tetapi, peningkatan harga jual justru terjadi saat daya beli masyarakat menurun.
Persoalan pelemahan daya beli ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut. Daya beli masyarakat yang berkelanjutan akan membuat dunia bisnis lesu dan kinerja perekonomian nasional menurun. Target pemerintah mencapai pertumbuhan ekonomi tahun ini bahkan sebesar 5,7% akan sulit diwujudkan jika konsumsi masyarakat rendah akibat daya beli mereka tergerus.
Konsumsi masyarakat hingga kini masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pelemahan daya beli masyarakat dipicu oleh peningkatan harga-harga kebutuhan pokok seperti daging ayam, cabai, dan daging sapi. Tingginya berbagai harga komoditas pokok tersebut tentu berdampak langsung terhadap pendapatan masyarakat kelas menengah.
Kelas menengah ini selain rata-rata kelompok berpenghasilan tetap seperti karyawan, juga sebagian besar adalah pedagang dan pengusaha yang menentukan harga di pasar. Ketika beban biaya bertambah, mereka akan melakukan shifting cost atau menggeser beban biaya yang tadinya mereka tanggung, ke harga komoditas atau produk yang mereka jual. Akhirnya, persoalan penurunan daya beli masyarakat jangan dianggap sepele.
Berlanjutnya penurunan daya beli akan berdampak terhadap keberlangsungan dunia usaha. Kalangan dunia usaha saat ini menunggu upaya konkret pemerintah untuk mendongkrak daya beli masyarakat. Peningkatan daya beli dibutuhkan untuk meningkatkan serapan terhadap produk dalam negeri.
Tidak hanya karena daya beli, penurunan produksi di dalam negeri juga disebabkan penetrasi produk impor yang bisa lebih murah dibandingkan produk dalam negeri. Karena itu, kampanye mencintai dan membeli produk dalam negeri harus terus-menerus digelorakan dan diwujudkan dalam serangkaian aksi nyata oleh berbagai pihak terkait.
Ari Akbar Devananta
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Pengurus Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia Kluster Mahasiswa
Selanjutnya semakin melemahnya nilai tukar rupiah akan sangat memberatkan dunia usaha yang sumber bahan bakunya berasal dari luar negeri atau impor. Peningkatan harga jual akhirnya tak terelakkan. Tetapi, peningkatan harga jual justru terjadi saat daya beli masyarakat menurun.
Persoalan pelemahan daya beli ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut. Daya beli masyarakat yang berkelanjutan akan membuat dunia bisnis lesu dan kinerja perekonomian nasional menurun. Target pemerintah mencapai pertumbuhan ekonomi tahun ini bahkan sebesar 5,7% akan sulit diwujudkan jika konsumsi masyarakat rendah akibat daya beli mereka tergerus.
Konsumsi masyarakat hingga kini masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pelemahan daya beli masyarakat dipicu oleh peningkatan harga-harga kebutuhan pokok seperti daging ayam, cabai, dan daging sapi. Tingginya berbagai harga komoditas pokok tersebut tentu berdampak langsung terhadap pendapatan masyarakat kelas menengah.
Kelas menengah ini selain rata-rata kelompok berpenghasilan tetap seperti karyawan, juga sebagian besar adalah pedagang dan pengusaha yang menentukan harga di pasar. Ketika beban biaya bertambah, mereka akan melakukan shifting cost atau menggeser beban biaya yang tadinya mereka tanggung, ke harga komoditas atau produk yang mereka jual. Akhirnya, persoalan penurunan daya beli masyarakat jangan dianggap sepele.
Berlanjutnya penurunan daya beli akan berdampak terhadap keberlangsungan dunia usaha. Kalangan dunia usaha saat ini menunggu upaya konkret pemerintah untuk mendongkrak daya beli masyarakat. Peningkatan daya beli dibutuhkan untuk meningkatkan serapan terhadap produk dalam negeri.
Tidak hanya karena daya beli, penurunan produksi di dalam negeri juga disebabkan penetrasi produk impor yang bisa lebih murah dibandingkan produk dalam negeri. Karena itu, kampanye mencintai dan membeli produk dalam negeri harus terus-menerus digelorakan dan diwujudkan dalam serangkaian aksi nyata oleh berbagai pihak terkait.
Ari Akbar Devananta
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Pengurus Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia Kluster Mahasiswa
(ftr)