Tingkatkan Kualitas Pengamat Ekonomi

Kamis, 03 September 2015 - 09:42 WIB
Tingkatkan Kualitas Pengamat Ekonomi
Tingkatkan Kualitas Pengamat Ekonomi
A A A
Ekonomi Indonesia relatif tidak begitu membaik hari-hari ini. Harga rupiah jika ditukar dengan dolar semakin menurun. Harga barang jasa impor yang digunakan usaha kecil sebagai bahan pokok turut melambung.

Produksi diminimalisasi. Keuntungan menurun. Ekonomi tidak sebergairah dulu. Kejadian seperti ini membuat banyak rakyat yang sebelumnya tak acuh dengan nilai tukar rupiah, ikut bersuara. Sebabnya sederhana. Saat pemilu, rupiah dijadikan komoditas kampanye. Saat nilai rupiah sudah menyentuh angka yang dirasakan aneh, beberapa pengamat angkat bicara.

Ada yang mengatakan kondisi seperti ini adalah hal biasa. Ada pula yang mengatakan bahwa ini tanda-tanda munculnya krisis yang lebih besar. Dan, beberapa mahasiswa yang kupingnya gampang tersentil ikut berkomentar. Layaknya komentar pengamat-pengamat senior, komentar mahasiswa ini juga beragam.

Tentukitatidakbisamenentukanpendapat manayang palingbenardanyangsalah. Semuapendapat memilikidasar pemikiran berbeda. Ada yang berbasis ekonomi perkuliahan. Ada yang menganalisis berdasarkan pengalaman yang selama ini dijalankan dalam dunia bisnis. Kita tidak bisa menentukan secara pasti apakah nilai rupiah sekarang memicu krisis atau tidak karena tidak ada informasi yang sempurna. Ada informasi yang tidak diketahui karena keterbatasan manusia. Untuk menutupi itu, analisis apa pun yang digunakan, menggunakan asumsi.

Ketika asumsi sudah tidak berfungsi, analisis tidak berjalan sesuai perhitungan. Dampaknya, kebijakan yang muncul tidak sesuai dengan masalah yang ada. Untuk memunculkan kebijakan yang sesuai, pemerintah harus mendefinisikan masalah secara rinci dan lebih jelas. Terjemahan dari berbagai pihak yang saat ini begitu banyakmalahmemperkeruhkebijakanyangakandiambil. Selain pemerintah, para pengamat juga perlu meningkatkan kualitasnya dalam mengamati keadaan ekonomi saat ini.

Tidak karena menjadi fans fanatik presiden saat ini, lantas mengumbar sisi-sisi baik perekonomian dan mengaburkansisiburukyangberpotensimembukaruang remuk. Hal sama juga berlaku bagi pengamat yang tidak suka dengan Presiden lantas masif mengumbar keburukanekonomiyangsemakinmemperkeruhkeadaan.

Meskipun sisi subjektivitas tidak bisa dihindarkan, pengamat perlu lebih berusaha meningkatkan sisi objektivitas agar kualitas pengamatan menjadi lebih mumpuni. Dengan begitu, kebijakan yang paling tepat bisa dihasilkan lebih cepat dan perekonomian menjadi semakin stabil dan menguntungkan rakyat.

Muh Azharun Niam
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia FE
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7469 seconds (0.1#10.140)