Momen Lestarikan Moda Transportasi Tradisional
A
A
A
YOGYAKARTA - Sebanyak 20 andong hias, 50 becak wisata, dan 100 sepeda wisata tampil dalam ”Karnaval Andong, Becak Wisata, dan Sepeda Wisata” di Jalan Malioboro, Yogyakarta, kemarin sore.
Kegiatan itu pun mendapat perhatian dari ribuan warga, termasuk wisatawan lokal dan mancanegara. Karnaval yang mengambil start di depan gedung Dinas Pariwisata DIY itu diawali dengan aksi tiga bregada (pasukan), yakni Bregada Langenastra, Bregada Alit, dan Bregada Niti Manggala. Disusul para peserta karnaval lainnya. Mereka menyusuri kawasan Jalan Malioboro dan berakhir di Alun-Alun Utara Yogyakarta.
Karnaval andong hias, becak, dan sepeda wisata tersebut menjadi ajang tahunan yang berlangsung sejak 2013. ”Ketiga moda transportasi ini sering dimanfaatkan wisatawan saat mengelilingi Kota Yogyakarta. Inilah salah satu alasan penyelenggaraan karnaval,” jelas Kepala Seksi Promosi Wisata Dinas Pariwisata DIY Putu Kertiyasa. Ketiga moda transportasi tersebut selama ini memang dikenal sebagai penunjang dan pelengkap Kota Yogyakarta dalam menyandang predikat kota pariwisata.
Unsur pelestarian budaya juga menjadi dorongan utama digelarnya karnaval ini. Menurut Putu Kertiyasa, karnaval tersebut merupakan salah satu dari 62 ajang pariwisata yang digelar Dinas Pariwisata DIY. Kehadiran Karnaval Andhong, Becak Wisata, dan Sepeda Wisata di Malioboro menjadi salah satu daya tarik wisata, khususnya turis mancanegara. Karnaval yang dilepas secara resmi oleh Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanta tersebut berlangsung hingga menjelang senja.
Aris berharap kegiatan karnaval tersebut dapat menjadi media edukasi dan sosialisasi para pelaku wisata, terutama para pengayuh becak agar berlaku baik dan jujur saat melayani wisatawan. Jadi, tak lagi muncul stigma negatif maupun keluhan dari wisatawan.
Muh fauzi
Kegiatan itu pun mendapat perhatian dari ribuan warga, termasuk wisatawan lokal dan mancanegara. Karnaval yang mengambil start di depan gedung Dinas Pariwisata DIY itu diawali dengan aksi tiga bregada (pasukan), yakni Bregada Langenastra, Bregada Alit, dan Bregada Niti Manggala. Disusul para peserta karnaval lainnya. Mereka menyusuri kawasan Jalan Malioboro dan berakhir di Alun-Alun Utara Yogyakarta.
Karnaval andong hias, becak, dan sepeda wisata tersebut menjadi ajang tahunan yang berlangsung sejak 2013. ”Ketiga moda transportasi ini sering dimanfaatkan wisatawan saat mengelilingi Kota Yogyakarta. Inilah salah satu alasan penyelenggaraan karnaval,” jelas Kepala Seksi Promosi Wisata Dinas Pariwisata DIY Putu Kertiyasa. Ketiga moda transportasi tersebut selama ini memang dikenal sebagai penunjang dan pelengkap Kota Yogyakarta dalam menyandang predikat kota pariwisata.
Unsur pelestarian budaya juga menjadi dorongan utama digelarnya karnaval ini. Menurut Putu Kertiyasa, karnaval tersebut merupakan salah satu dari 62 ajang pariwisata yang digelar Dinas Pariwisata DIY. Kehadiran Karnaval Andhong, Becak Wisata, dan Sepeda Wisata di Malioboro menjadi salah satu daya tarik wisata, khususnya turis mancanegara. Karnaval yang dilepas secara resmi oleh Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanta tersebut berlangsung hingga menjelang senja.
Aris berharap kegiatan karnaval tersebut dapat menjadi media edukasi dan sosialisasi para pelaku wisata, terutama para pengayuh becak agar berlaku baik dan jujur saat melayani wisatawan. Jadi, tak lagi muncul stigma negatif maupun keluhan dari wisatawan.
Muh fauzi
(ars)