Cinta Genteng
A
A
A
Adi naksir banget sama Angel, cewek SMA III yang berwajah seperti Sophia Latjuba yang tinggal sekompleks dengan Adi, di perumahan “Griya Indah”. Angelinipunyakebiasaan yang unik yaitu hampir setiap sore dia duduk di balik jendela kamarnya yang terbuka, menghadap ke jalan.
Kadang dia memandangi jalanan saja, entah apa yang dilihat atau dibayangkannya, tetapi lebih sering dia mengobrol dengan seseorang, entah siapa, melalui HP-nya. Jujur aja, walaupun ngebet, Adi enggak punya nyali untuk PDKT (pendekatan) ke Angel. Biasa, enggak PD (percaya diri), takut ditolak.
Dasarnya juga Adi tergolong laki-laki yang enggak PD-an sama lawan jenis. Tetapi, jangan dikira Adi tidak berusaha. Kebetulan Adi punya motor Yamaha Mio M3, kebanggaannya, yang baru dibelikan ayahnya di pameran automotif di Balai Sidang beberapa waktu lalu. Maka, setiap sore, kira-kira saat Angel duduk di jendelanya, Adi pun meluncur dengan Yamahanya, kadang pelanpelan, kadang ngebut dengan melakukan zig-zag untuk menarik perhatian Angel,
bahkan pernah juga dia berakrobatik dengan berdiri di sadel Yamahanya dengan lepas tangan seperti the hell drivers. Maksudnya, tentunya adalah untuk makin menarik perhatian Angel, siapa tahu dia akan ngajak kenalan. Anehnya, walaupun jendela kamar Angel sedang tertutup dan yang pasti Angel tidak sedang muncul menampilkan wajahnya yang ayu itu, Adi tidak menghentikan usahanya.
Pokoknya setiap masuk sore hari sampai menjelang magrib, Adi tetap saja melajukan motornya bolak-balik di depan jendela yang tertutup. Kata Adi, rasanya ada yang kurang kalau enggak lewat rumah Angel setiap sore. Pokoknya, kata Adi, melihat genteng rumah Angel saja rasanya sudah bahagiaaa .... sekali sehingga kawan-kawannya pun sering mengolok-olok Adi dengan kata-kata “cinta genteng”.
Dalam ilmu psikologi, intensitas Adi untuk menarik perhatian Angel dengan sering dan rutinnya Adi memacu motornya di depan rumah Angel itu menunjukkan dorongan (drive) yang besar dan dorongan ini merupakan perwujudan dari motivasi yang tinggi dari Adi untuk PDKT ke Angel.
Sebagian pakar psikologi, terutama dari aliran Behaviorisme, lebih percaya pada dorongan yang diekspresikan secara kasatmata ini ketimbang motivasi yang dinyatakan secara lisan seperti rayuan melalui HP dari cowokcowok lain yang naksir Angel juga. Jadi, menurut para pakar ini, untuk menilai motivasi, melalui perilaku yang kasatmata adalah yang paling sahih (valid) dan tepercaya (reliable).
Kalau motivasi merupakan faktor yang utama, ada baiknya Angel mengajak kenalan dengan Adi. Tetapi, tidak selalu intensitas perilaku cukup untuk menilai sifat atau watak seseorang, apalagi kalau untuk dijadikan andalan sebagai teman, pacar, apalagi pasangan, ataupun sebagai mitra kerja, atau sebagai wakil rakyat di DPR atau untuk menjadi anggota kabinet dari seorang presiden misalnya.
Bisa saja, saat ini intensitas perilaku itu tinggi, tetapi ketika sudah tercapai apa yang diingininya, motivasinya berkurang, atau hilang, dorongan pun berkurang dan perilaku sedikit demi sedikit menghilang. Betapa banyak perkawinan yang awalnya sangat indah karena dorongan untuk menjadi suami-istri sangat tinggi, tetapi bubar setelah beberapa tahun karena motivasi salah satu atau kedua belah pihak berubah.
Karena itu, selain intensitas yang tinggi, perlu dicermati apakah perilaku itu betul-betul eksklusif dilakukan oleh seseorang (dalam situasi yang sama perilakunya tidak sama dengan orang lain pada umumnya) dan konsisten (walaupun situasi berubah perilaku tetap sama).
Tentu saja dalam kasus Adi, dia tidak perlu lagi memacu Yamahanya kalau Angel sudah jadi pacarnya atau istrinya, tetapi perhatiannya yang besar, yang melebihi perhatian orang lain pada umumnya terhadap Angel, tetap berlangsung. Selain itu, dalam keadaan apa pun misalnya Angel dalam keadaan sakit atau mengalami masalah yang serius dan lain-lain, Adi tetap mencurahkan dorongannya kepada Angel. Cinta gentengnya sudah menyatu dengan cinta kepada Angel karena buat Adi genteng rumah Angel identik dengan diri Angel sendiri.
Sayangnya, kita di Indonesia masih sangat banyak yang lebih percaya pada lisan dari pada perbuatan. Hampir di seluruh sektor. Selain perkawinanperkawinan yang bubar karena rayuan gombal, betapa banyak masyarakat yang tertipu arisan bodong karena tergiur ingin mendapat untung berlipatlipat secara cepat, padahal siapa yang menawarkan arisan itu belum diketahui.
Akibatnya, uang miliaran rupiah raib begitu saja. Sebaliknya, seorang kepala cabang sebuah bank menerima telepon dari seorang nasabahnya yang sudah sangat dikenalnya, yang meminta agar bank membayarkan sejumlah uang kepada rekan kerja si nasabah, lembar cek akan menyusul. Walaupun melanggar prosedur, kepala cabang mengiyakan permintaan nasabahnya dan ketika mitra kerja nasabah datang, uang yang diminta diserahkan begitu saja.
Benar saja, sebelum waktu clearing sopir si nasabah datang dengan membawa lembar cek beserta setoran harian nasabah dari hasil bisnisnya hari itu yang besarnya ratusan juta rupiah. Sebenarnya si kepala cabang bisa masuk penjara, tetapi dia tidak takut karena sangat percaya kepada nasabah yang satu ini sebab track record -nya selama ini selalu baik.
Track record inilah yang seharusnya merupakan acuan untuk mengenali kepribadian seseorang, termasuk untuk memilihnya menjadi anggota DPR atau menteri atau pimpinan KPK dan lainnya. Sayang, kita memang lebih suka mendengar orang bicara-bicara (termasuk melalui media massa dan media sosial) dan marah-marah kalau ternyata yang dibicarakan hanya kebohongan. Sudah saatnya kita hentikan NATO (no action talk only ) dan kita mulai kerja...kerja...kerja!!!
Sarlito Wirawan Sarwono
Guru Besar Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia
Kadang dia memandangi jalanan saja, entah apa yang dilihat atau dibayangkannya, tetapi lebih sering dia mengobrol dengan seseorang, entah siapa, melalui HP-nya. Jujur aja, walaupun ngebet, Adi enggak punya nyali untuk PDKT (pendekatan) ke Angel. Biasa, enggak PD (percaya diri), takut ditolak.
Dasarnya juga Adi tergolong laki-laki yang enggak PD-an sama lawan jenis. Tetapi, jangan dikira Adi tidak berusaha. Kebetulan Adi punya motor Yamaha Mio M3, kebanggaannya, yang baru dibelikan ayahnya di pameran automotif di Balai Sidang beberapa waktu lalu. Maka, setiap sore, kira-kira saat Angel duduk di jendelanya, Adi pun meluncur dengan Yamahanya, kadang pelanpelan, kadang ngebut dengan melakukan zig-zag untuk menarik perhatian Angel,
bahkan pernah juga dia berakrobatik dengan berdiri di sadel Yamahanya dengan lepas tangan seperti the hell drivers. Maksudnya, tentunya adalah untuk makin menarik perhatian Angel, siapa tahu dia akan ngajak kenalan. Anehnya, walaupun jendela kamar Angel sedang tertutup dan yang pasti Angel tidak sedang muncul menampilkan wajahnya yang ayu itu, Adi tidak menghentikan usahanya.
Pokoknya setiap masuk sore hari sampai menjelang magrib, Adi tetap saja melajukan motornya bolak-balik di depan jendela yang tertutup. Kata Adi, rasanya ada yang kurang kalau enggak lewat rumah Angel setiap sore. Pokoknya, kata Adi, melihat genteng rumah Angel saja rasanya sudah bahagiaaa .... sekali sehingga kawan-kawannya pun sering mengolok-olok Adi dengan kata-kata “cinta genteng”.
Dalam ilmu psikologi, intensitas Adi untuk menarik perhatian Angel dengan sering dan rutinnya Adi memacu motornya di depan rumah Angel itu menunjukkan dorongan (drive) yang besar dan dorongan ini merupakan perwujudan dari motivasi yang tinggi dari Adi untuk PDKT ke Angel.
Sebagian pakar psikologi, terutama dari aliran Behaviorisme, lebih percaya pada dorongan yang diekspresikan secara kasatmata ini ketimbang motivasi yang dinyatakan secara lisan seperti rayuan melalui HP dari cowokcowok lain yang naksir Angel juga. Jadi, menurut para pakar ini, untuk menilai motivasi, melalui perilaku yang kasatmata adalah yang paling sahih (valid) dan tepercaya (reliable).
Kalau motivasi merupakan faktor yang utama, ada baiknya Angel mengajak kenalan dengan Adi. Tetapi, tidak selalu intensitas perilaku cukup untuk menilai sifat atau watak seseorang, apalagi kalau untuk dijadikan andalan sebagai teman, pacar, apalagi pasangan, ataupun sebagai mitra kerja, atau sebagai wakil rakyat di DPR atau untuk menjadi anggota kabinet dari seorang presiden misalnya.
Bisa saja, saat ini intensitas perilaku itu tinggi, tetapi ketika sudah tercapai apa yang diingininya, motivasinya berkurang, atau hilang, dorongan pun berkurang dan perilaku sedikit demi sedikit menghilang. Betapa banyak perkawinan yang awalnya sangat indah karena dorongan untuk menjadi suami-istri sangat tinggi, tetapi bubar setelah beberapa tahun karena motivasi salah satu atau kedua belah pihak berubah.
Karena itu, selain intensitas yang tinggi, perlu dicermati apakah perilaku itu betul-betul eksklusif dilakukan oleh seseorang (dalam situasi yang sama perilakunya tidak sama dengan orang lain pada umumnya) dan konsisten (walaupun situasi berubah perilaku tetap sama).
Tentu saja dalam kasus Adi, dia tidak perlu lagi memacu Yamahanya kalau Angel sudah jadi pacarnya atau istrinya, tetapi perhatiannya yang besar, yang melebihi perhatian orang lain pada umumnya terhadap Angel, tetap berlangsung. Selain itu, dalam keadaan apa pun misalnya Angel dalam keadaan sakit atau mengalami masalah yang serius dan lain-lain, Adi tetap mencurahkan dorongannya kepada Angel. Cinta gentengnya sudah menyatu dengan cinta kepada Angel karena buat Adi genteng rumah Angel identik dengan diri Angel sendiri.
Sayangnya, kita di Indonesia masih sangat banyak yang lebih percaya pada lisan dari pada perbuatan. Hampir di seluruh sektor. Selain perkawinanperkawinan yang bubar karena rayuan gombal, betapa banyak masyarakat yang tertipu arisan bodong karena tergiur ingin mendapat untung berlipatlipat secara cepat, padahal siapa yang menawarkan arisan itu belum diketahui.
Akibatnya, uang miliaran rupiah raib begitu saja. Sebaliknya, seorang kepala cabang sebuah bank menerima telepon dari seorang nasabahnya yang sudah sangat dikenalnya, yang meminta agar bank membayarkan sejumlah uang kepada rekan kerja si nasabah, lembar cek akan menyusul. Walaupun melanggar prosedur, kepala cabang mengiyakan permintaan nasabahnya dan ketika mitra kerja nasabah datang, uang yang diminta diserahkan begitu saja.
Benar saja, sebelum waktu clearing sopir si nasabah datang dengan membawa lembar cek beserta setoran harian nasabah dari hasil bisnisnya hari itu yang besarnya ratusan juta rupiah. Sebenarnya si kepala cabang bisa masuk penjara, tetapi dia tidak takut karena sangat percaya kepada nasabah yang satu ini sebab track record -nya selama ini selalu baik.
Track record inilah yang seharusnya merupakan acuan untuk mengenali kepribadian seseorang, termasuk untuk memilihnya menjadi anggota DPR atau menteri atau pimpinan KPK dan lainnya. Sayang, kita memang lebih suka mendengar orang bicara-bicara (termasuk melalui media massa dan media sosial) dan marah-marah kalau ternyata yang dibicarakan hanya kebohongan. Sudah saatnya kita hentikan NATO (no action talk only ) dan kita mulai kerja...kerja...kerja!!!
Sarlito Wirawan Sarwono
Guru Besar Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia
(bbg)