Biaya Bikin Website Revolusi Mental Perlu Diinvestigasi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Koordintor bidang Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) baru saja meluncurkan website Revolusi Mental. Namun baru beberapa hari diluncurkan, website tersebut tidak bisa diakses. Bahkan kabarnya, pembuatan website ini menelan biaya hingga Rp149 miliar.
Pakar IT yang juga menjabat Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan, besarnya biaya pembuatan website Revolusi Mental perlu diinvestigasi.
"Perlu diinvestigasi, biaya tersebut untuk apa saja. Apakah sekadar bangun website atau berikut untuk membangun tim lintas departemen, penyediaan perangkat server kapasitas UPS, aplikasi untuk android, BB maupun ios, atau juga ditambahkan tim analisis big data," kata Heru kepada Sindonews, kemarin.
Menurut Heru, kalau sekadar bikin website, angka setinggi itu tidak masuk logika. Maka perlu diselidiki, infrastrukturnya seperti apa? Kalau memang besar, luas dan kompleks serta macam-macam seperti internet banking, memang bisa triliunan.
"Tapi kalau sederhana ya terlalu mahal. Kuncinya perlu diinvestigasi, beli barang dan jasa apa saja, harga satuannya bagaimana, proses lelang bagaimana dan pemenang lelangnya siapa," ucapnya.
Diakui Heru, biaya sebesar Rp140 miliar dalam pembuatan website adalah tidak logis.
"Kalau hanya front office dalam bentuk website tidak logis. Kalau website +++ dengan back office macam-macam perlu dicek lagi apakah harga satuannya masuk atau tidak," ungkapnya.
Pilihan:
Pesawat Tempur TNI AU Serang Angkatan Udara Australia
SBY: Persoalan Bangsa Bermuara pada Kepemimpinan
Pakar IT yang juga menjabat Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan, besarnya biaya pembuatan website Revolusi Mental perlu diinvestigasi.
"Perlu diinvestigasi, biaya tersebut untuk apa saja. Apakah sekadar bangun website atau berikut untuk membangun tim lintas departemen, penyediaan perangkat server kapasitas UPS, aplikasi untuk android, BB maupun ios, atau juga ditambahkan tim analisis big data," kata Heru kepada Sindonews, kemarin.
Menurut Heru, kalau sekadar bikin website, angka setinggi itu tidak masuk logika. Maka perlu diselidiki, infrastrukturnya seperti apa? Kalau memang besar, luas dan kompleks serta macam-macam seperti internet banking, memang bisa triliunan.
"Tapi kalau sederhana ya terlalu mahal. Kuncinya perlu diinvestigasi, beli barang dan jasa apa saja, harga satuannya bagaimana, proses lelang bagaimana dan pemenang lelangnya siapa," ucapnya.
Diakui Heru, biaya sebesar Rp140 miliar dalam pembuatan website adalah tidak logis.
"Kalau hanya front office dalam bentuk website tidak logis. Kalau website +++ dengan back office macam-macam perlu dicek lagi apakah harga satuannya masuk atau tidak," ungkapnya.
Pilihan:
Pesawat Tempur TNI AU Serang Angkatan Udara Australia
SBY: Persoalan Bangsa Bermuara pada Kepemimpinan
(maf)