Merayakan 70 Tahun Kemerdekaan
A
A
A
JONATHAN ALFRENDI
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Setiap memperingati hari ulang tahun kemerdekaan, spirit nasionalisme kita kembali dibakar. Kita kembali diingatkan pada kisah heroik para pejuang bangsa dalam meraih kemerdekaan.
Dan, pada saat yang sama selalu muncul pertanyaan, sudahkah kita menjadi bangsa merdeka? Pada kenyataannya, setelah 70 tahun, mimpi indah kemerdekaan sebagai jembatan emas menuju kehidupan yang berdaulat lekas berubah menjadi mimpi buruk. Secara umum, pemerintah belum mampu melunasi janji kemerdekaan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Kekayaan alam yang dimiliki negeri tak mendorong kesejahteraan kepada rakyatnya. Namun, Indonesia masih mantap. Kita masih memiliki jiwa-jiwa patriot yang berhasil mengharumkan bangsa di pentas dunia. Mereka mengisi kemerdekaan dengan meraih prestasi karena cinta pada negeri.
Tulisan ini mau mengangkat keberhasilan para prajurit TNI dalam menyabet gelar-gelar terbaik di panggung internasional. Di tengah pesimisme publik terhadap kemampuan sekaligus mutu persenjataan, justru para prajurit bangsa mampu menggulingkan keraguan tersebut.
Lewat kejuaraan menembak internasional, para prajurit TNI AD berhasil meraih juara umum Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015 yang berlangsung di Puckapunyal, Victoria, Australia, beberapa waktu lalu. Meski berstatus sebagai juara bertahan sejak 2008, TNI AD tetap diremehkan dalam kompetisi tahun ini. Namun, kontingen kita tak gentar.
Dengan bermodalkan senjata buatan domestik dan latihan keras selama tiga bulan, kontingen Indonesia berhasil mengibarkan merah putih dengan naik podium juara lagi. Lokasi medan laga yang sulit disertai angin kencang serta suhu dingin justru semakin melecutkan semangat para prajurit kita.
Keberhasilan anggota tentara Indonesia di ajang bergengsi tersebut menunjukkan dua hal sekaligus. Pertama , ketangguhan dan semangat patriotik yang ditampilkan oleh para sniper TNI merupakan kado manis untuk bangsa Indonesia. Mereka berhasil memuliakan Indonesia di tingkat global.
Kedua , sebagai bangsa, kita bangga melihat senjata-senjata yang digunakan oleh anggota sniper TNI adalah buatan domestik, PT Pindad. Pabrik senjata yang berlokasi diJawa Barat ini ternyata mampu mengalahkan persenjataan canggih yang dipakai oleh tentara dari negara maju.
Pada akhirnya, setelah 70 tahun kemerdekaan, kita menyaksikan rantai sejarah yang berulang. Jika dulu, para pahlawan berhasil mengusir penjajah dengan senjata tradisional seperti bambu runcing.
Kini hal serupa kembali dilakukan oleh tentara kita. Menggunakan senjata buatan dalam negeri, mereka berhasil memecundangi senjata-senjata multicanggih buatan negara adikuasa di tanah The Socceroos.
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Setiap memperingati hari ulang tahun kemerdekaan, spirit nasionalisme kita kembali dibakar. Kita kembali diingatkan pada kisah heroik para pejuang bangsa dalam meraih kemerdekaan.
Dan, pada saat yang sama selalu muncul pertanyaan, sudahkah kita menjadi bangsa merdeka? Pada kenyataannya, setelah 70 tahun, mimpi indah kemerdekaan sebagai jembatan emas menuju kehidupan yang berdaulat lekas berubah menjadi mimpi buruk. Secara umum, pemerintah belum mampu melunasi janji kemerdekaan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Kekayaan alam yang dimiliki negeri tak mendorong kesejahteraan kepada rakyatnya. Namun, Indonesia masih mantap. Kita masih memiliki jiwa-jiwa patriot yang berhasil mengharumkan bangsa di pentas dunia. Mereka mengisi kemerdekaan dengan meraih prestasi karena cinta pada negeri.
Tulisan ini mau mengangkat keberhasilan para prajurit TNI dalam menyabet gelar-gelar terbaik di panggung internasional. Di tengah pesimisme publik terhadap kemampuan sekaligus mutu persenjataan, justru para prajurit bangsa mampu menggulingkan keraguan tersebut.
Lewat kejuaraan menembak internasional, para prajurit TNI AD berhasil meraih juara umum Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015 yang berlangsung di Puckapunyal, Victoria, Australia, beberapa waktu lalu. Meski berstatus sebagai juara bertahan sejak 2008, TNI AD tetap diremehkan dalam kompetisi tahun ini. Namun, kontingen kita tak gentar.
Dengan bermodalkan senjata buatan domestik dan latihan keras selama tiga bulan, kontingen Indonesia berhasil mengibarkan merah putih dengan naik podium juara lagi. Lokasi medan laga yang sulit disertai angin kencang serta suhu dingin justru semakin melecutkan semangat para prajurit kita.
Keberhasilan anggota tentara Indonesia di ajang bergengsi tersebut menunjukkan dua hal sekaligus. Pertama , ketangguhan dan semangat patriotik yang ditampilkan oleh para sniper TNI merupakan kado manis untuk bangsa Indonesia. Mereka berhasil memuliakan Indonesia di tingkat global.
Kedua , sebagai bangsa, kita bangga melihat senjata-senjata yang digunakan oleh anggota sniper TNI adalah buatan domestik, PT Pindad. Pabrik senjata yang berlokasi diJawa Barat ini ternyata mampu mengalahkan persenjataan canggih yang dipakai oleh tentara dari negara maju.
Pada akhirnya, setelah 70 tahun kemerdekaan, kita menyaksikan rantai sejarah yang berulang. Jika dulu, para pahlawan berhasil mengusir penjajah dengan senjata tradisional seperti bambu runcing.
Kini hal serupa kembali dilakukan oleh tentara kita. Menggunakan senjata buatan dalam negeri, mereka berhasil memecundangi senjata-senjata multicanggih buatan negara adikuasa di tanah The Socceroos.
(bbg)