Mencari Lagi Arti Merdeka

Rabu, 12 Agustus 2015 - 08:29 WIB
Mencari Lagi Arti Merdeka
Mencari Lagi Arti Merdeka
A A A
Jika sejarah mengatakan semangat kemerdekaan dimulai sejak lahirnya kebangkitan pemuda- pemudi dengan mendirikan Boedi Oetomo dan mengikrarkan Sumpah Pemuda, tak dapat dimungkiri kebenarannya.

Tapi, tunggu dulu. Pemuda-pemudi kritis saat itu seperti Sutomo, Soekarno, Cipto Mangunkusumo atau Suwardi Suryaningrat tak lahir begitu saja. Mereka lahir dari rahim pendidikan kolonial Hindia-Belanda yang sedang melakukan politik etis. Politik etis atau balas budi pada dasarnya digunakan pemerintah kolonial untuk memproduksi tenaga kerja dan murah dari kalangan pribumi.

Menggunakan jasa pribumi untuk menjalankan mesin produksi tentu saja membuat anggaran pemerintah kolonial tetap terjaga sebab pribumi bisa dibayar murah. Di sisi lain, pribumi yang mendapatkan fasilitas pendidikan tak selamanya bekerja untuk pemerintahan kolonial. Pemikiran pribumi semakin terbuka terhadap dunia luar misalnya tentang kebebasan dan kemerdekaan.

Salah satu pelopornya adalah Tirto Adhi Soerjo dengan Medan Prijaji -nya. Medan Prijaji adalah surat kabar pribumi pertama yang dimiliki bangsa ini. Melalui surat kabarnya itu, Tirto Adhi Soerjomulaimenyebarkanpaham-paham nasionalisme kepada pembacanya.

Ia juga banyak mengkritik perusahaan-perusahaan kolonial yang dengan sewenang-wenang memperlakukan pekerjanya. Akibat aktivitasnya itu, Tirto tidak diberi siaran pers dari pemerintah kolonial. Namun, ia tak kehilangan akal. Ia membuat kantorberitanya sendiriyang berfungsi sebagai kantor pengaduan pribumi terhadap segala kesewenang-wenangan Hindia-Belanda.

Beritaberita seperti itu yang diproduksi Medan Prijaji sehingga menciptakan pandangan ”sama rasa” di antara para pribumi dan melahirkan rasa nasionalisme. Sebagai surat kabar pada zamannya, Medan Prijaji berhasil membakar rasa nasionalisme bangsa ini.

Nasionalisme inilah yang menyatukan berbagai suku untuk bersatu, menjadikan Indonesia sebagai tanah air, bangsa, dan bahasa. Nasionalisme yang akhirnya menjadikan kita merdeka.

Tapi, tunggu dulu, apa kita benar-benar sudah merdeka kalau pemimpin kita saat ini ingin menghidupkan kembali hukum warisan kolonial Hindia-Belanda seperti penghinaan terhadap Presiden? Atau, merdeka sesungguhnya memang tidak ada? Betapa sia-sianya perjuangan pelopor bangsa ini kalau nyatanya saat ini kita masih belum merdeka.

Bayu Adji P
Mahasiswa Jurusan Ilmu Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0695 seconds (0.1#10.140)