5 Daerah di Jateng Darurat Kekeringan

Selasa, 04 Agustus 2015 - 08:52 WIB
5 Daerah di Jateng Darurat Kekeringan
5 Daerah di Jateng Darurat Kekeringan
A A A
SEMARANG - Akibat kemarau panjang, lima kabupaten di Jawa Tengah (Jateng) berstatus darurat kekeringan. Mereka kini berharap uluran tangan pemerintah pusat untuk mengatasi bencana tersebut.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Sarwa Pramana menyebutkan, lima daerah yang sudah dinyatakan darurat kekeringan itu adalah Temanggung, Kendal, Cilacap, Wonogiri, dan Boyolali. ”Status darurat kekeringan dikeluarkan setelah dilakukan kajian akademis, minimal di daerah tersebut sudah ada dua kecamatan yang terkena kekeringan,” kata Sarwa di Semarang kemarin.

Status darurat kekeringan itu dinyatakan sampai akhir Oktober mendatang. Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau diperkirakan masih akan terjadi sampai November mendatang. Sarwa mengatakan, sebenarnya ada 16 kabupaten di Jateng yang telah mengajukan dana tak terduga dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengatasi kekeringan di daerahnya.

Dana yang diajukan dari 16 daerah itu senilai Rp8,6 miliar. Namun, hanya daerah yang sudah menyatakan status darurat yang diperkirakan akan disetujui pencairan dananya. ”Lima daerah yang sudah menyatakan darurat itu saya pastikan akan mendapatkan dana tak terduga dari BNPB,” kata dia.

Meski begitu, dana tersebut diharapkan tidak untuk pengadaan air bersih, melainkan untuk program pipanisasi dan sumur sehingga sumber air bisa disalurkan ke rumah-rumah penduduk. Langkah itu sebagai solusi agar kekeringan tidak meluas. Menurut Sarwa, program pipanisasi itu membutuhkan anggaran cukup besar. Pipanisasi di Wonogiri saja membutuhkan anggaran sekitar Rp8 miliar karena medannya naik-turun.

Dalam waktu dekat Pemerintah Provinsi Jateng juga akan mengeluarkan status darurat kekeringan. Jadi, dana tak terduga yang dari APBD Pemprov Jateng juga bisa dikeluarkan, apalagi saat ini masih ada anggaran Rp21 miliar yang bisa dialokasikan untuk korban bencana. ”Saya sudah diminta Gubernur agar mengajukan status darurat kekeringan di Jateng,” imbuhnya.

Sarwa mengatakan, pihaknya juga terus melakukan langkah- langkah penanganan kekeringan di wilayah ini. Selain memasok air bersih sampai ke desa-desa, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan kementerian- kementerian terkait. Bencana kekeringan tidak hanya berdampak pada kekurangan air bersih, juga pada sektor pertanian.

Hingga kini tercatat ada 6.578 hektare lahan pertanian di provinsi tersebut yang gagal panen karena kekeringan. Selain di lima Kabupaten Jateng, kekeringan juga melanda di beberapa wilayah lainnya di Jawa. Di Sleman, Yogyakarta misalnya, lima sungai besar mengalami kekeringan di bagian hulunya. Lima sungai besar itu adalah Sungai Opak, Sungai Gendol, Sungai (Kali) Kuning, Sungai Boyong, dan Sungai Krasak.

Karena itu, guna mencukupi kebutuhan air untuk lahan pertanian, Pemerintah Kabupaten Sleman akan mengoperasikan 39 sumur pompa air dalam dan meminjamkan puluhan pompa air portabel kepada petani.

Kepala Bidang Penyediaan dan Pembinaan Sumber Daya Air (PPSDA) dari Dinas Sumber Daya Air Energi dan Mineral (SDAEM) Kabupaten Sleman Warsono mengatakan, struktur dasar sungai-sungai di Kabupaten Sleman yang berhulu di Gunung Merapi itu merupakan pasir.

Ketika musim kemarau, air di bagian hulunya cepat mengering dan tidak bisa lagi mengalir. Kondisi sama terjadi di Karanganyar, Jateng. Ratusan hektare (ha) tanaman padi di kabupaten tersebut terancam gagal panen akibat kekurangan air.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertaninan Kehutanan dan Perkebunan (Distanhutbun) Karanganyar Danik Sri Handayani menyebutkan, kekurangan pasokan air itu terjadi di Kecamatan Karanganyar Kota, Tasikmadu, Jumapolo, Jaten, Jumantono, dan Kebakramat.

Sebagian tanaman padi bahkan dalam kondisi rusak. Di Garut, Jawa Barat, tiga saluran irigasi bahkan telah mengering karena kemarau. Ketiga saluran irigasi itu adalah Irigasi Cipacing, Ciparigi, dan Cidahu.

Akibatnya, areal pertanian yang berdekatan dengan tiga saluran itu ikut mengering. ”Saluran irigasi Cipacing sudah kering dan tidak bisa mengairi sekitar 300 hektare sawah di Cibatu,” kata Kepala Dinas Sumber Daya Air Mineral dan Pertambangan (SDAP) Kabupaten Garut Uu Saefudin.

Saluran irigasi Ciparigi juga sudah kering karena penyusutan permukaan air di Situ Bagendit. Akibatnya, 290 ha sawah di Banyuresmi tidak dapat terairi. Saluran irigasi Cidahu merupakan saluran irigasi ketiga yang ikut mengering. Saluran ini tidak bisa mengairi 190 ha sawah di Karangpawitan pada musim kemarau ini.

Amin fauzi/ Muji barnugroho/ Arief Setiadi/ Fani ferdiansyah
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4805 seconds (0.1#10.140)