Idul Fitri dan Kejayaan Bangsa

Senin, 20 Juli 2015 - 09:34 WIB
Idul Fitri dan Kejayaan Bangsa
Idul Fitri dan Kejayaan Bangsa
A A A
Setelah berpuasa Ramadan selama sebulan penuh, kini kita sudah memasuki bulan Syawal.

Ini merupakan bulan yang memiliki banyak makna khusus dan berkah, terutama bagaimana kita bisa memulai hidup yang baru setelah sebulan penuh digembleng di bulan suci Ramadan. Di Hari Raya Idul Fitri ini kita seperti bayi yang baru dilahirkan. Dosa-dosa kita telah terkikis. Ada tradisi menarik di negara ini, setelah dilaksanakan salat Idul Fitri, kaum muslim biasanya melakukan silaturahmi untuk saling memaafkan.

Tak mengherankan kalau bulan ini dimaknai sebagai kesempatan bagi kaum Muslim untuk melebur dosa-dosanya secara total. Makna silaturahmi begitu mulia, begitu agung. Karena dengan silaturahmi, dimulaikan babak baru hubungan personal maupun sosial yang lebih baik. Tak ada lagi kebencian, tak ada lagi kedengkian, tak ada lagi dendam, tak ada lagi permusuhan.

Mereka bersatu dalam persaudaraan. Umat Islam kembali ke fitrahnya yang suci, yaitu kesucian hakiki seperti kanvas putih yang masih kosong atau polos. Nilai-nilai dan makna-makna yang terkandung dalam prosesi di hari Idul Fitri ini tentu sangat baik dan tepat untuk diimplementasikan secara total dan serius dalam membangun bangsa ini.

Terutama bagaimana kita membangun rekonsiliasi bersama seluruh komponen bangsa agar bisa bersinergi dalam memajukan negara ini. Tentu sangat positif kalau nilai-nilai yang fitri itu diejawantahkan menjadi kekuatan bersama seluruh bangsa karena nilai-nilai ini sebenarnya selaras dengan muatan yang terkandung dalam dasar negara kita, Pancasila.

Dalam kehidupan berbangsa, nilai-nilai fitri ini sangat relevan untuk menjawab atau menjadi solusi bangsa yang kini mudah dibakar amarah. Kalau kita mau jujur, kita sebenarnya sudah melenceng dari pedoman dasar kita, Pancasila. Pergeseran nilai inilah yang akhirnya membuat bangsa ini menjadi terpuruk. Kita lihat masih banyak tawuran antarkampung, perampokan merajalela dan makin sadis, hingga konflik antaraparat keamanan.

Padahal, kita sudah merdeka selama 70 tahun. Dulu kita dikenal sebagai masyarakat yang penuh ramahtamah, suka menolong, dan berjiwa gotong-royong. Namun, sekarang nilai-nilai suci ini mulai terkikis. Banyak orang sudah berpikir pragmatis, bertindak hanya untuk kepentingan sesaat memenuhi nafsu pribadi.

Satu contoh konkret adalah bagaimana negara ini sekarang benar-benar lumpuh karena dikuasai oleh koruptor. Hal yang mengherankan adalah banyak kalangan merasa bangga menjadi kaya raya, meskipun tahu kekayaan itu berasal dari uang korupsi. Padahal, kalau aksinya terendus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hidup para koruptor tersebut akan selesai.

Seluruh keluarga besarnya akan menanggung aib seumur hidup. Meski begitu, penjarahan uang rakyat tetap saja marak. Banyak kalangan yang ingin memasuki dunia tersebut untuk menjadi kaya secara instan. Budaya malu belum tertanam erat di tengah masyarakat kita.

Fenomena ini tentu harus menjadi perhatian kita semua, kalau tidak bangsa ini akan semakin terpuruk dan akan semakin tertinggal dengan negara lain. Satu lagi fenomena, betapa masyarakat kita saat ini sangat sensitif, sangat mudah tersinggung.

Hanya karena ada sedikit perbedaan pendapat, tak jarang diakhiri dengan kekerasan, bahkan sampai ada yang terbunuh. Ini tentu sangat ironis dan memilukan. Kenyataan-kenyataan di atas harus segera diakhiri. Pemerintah dan aparat keamanan tentu tidak mungkin bisa menyelesaikan masalah-masalah ini sendirian.

Dibutuhkan goodwill seluruh komponen bangsa ini untuk bisa mewujudkan cita-cita para founding fathers kita, yakni untuk menjadikan bangsa ini adil dan makmur. Tanpa dukungan seluruh lapisan masyarakat, tujuan mulia para pendiri negara ini hanya utopia. Karena itu, Idul Fitri ini harus dijadikan momentum untuk bersama-sama saling berinstrospeksi diri. Sudah saatnya kita bangun rasa saling percaya dan saling menghargai.

Dilandasi jiwa yang bersih dan solidaritas kuat, seluruh masyarakat harus bersatu demi kejayaan bangsa ini. Hanya dengan persatuan dan kesatuan negara ini bisa menjadi besar dan maju.
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5657 seconds (0.1#10.140)