Faktor Manusia

Rabu, 15 Juli 2015 - 08:23 WIB
Faktor Manusia
Faktor Manusia
A A A
Liburan Lebaran 2015 atau biasa disebut mudik 2015 diwarnai peristiwa tragis setelah Bus Rukun Sayur menabrak pembatas jalan di tol Palimanan-Kanci (Palikanci) Km 202 yang mengakibatkan 11 orang meninggal dunia. Dugaan sementara, sopir bus mengantuk hingga mengakibatkan peristiwa tragis tersebut.

Perjalanan mudik yang semestinya diiringi suasana gembira justru berubah menjadi petaka. Tentu semua pemudik tak menginginkan hal ini terjadi, tetapi kadang pemicu terjadinya musibah tidak mereka hiraukan.

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mencatat setidaknya ada empat penyebab utama kecelakaan di jalan raya, di antaranya karena faktor manusia (human error ), kendaraan, infrastruktur, dan cuaca. Empat penyebab tersebut sebenarnya bisa saja dihindari para pengguna jalan jika memang menginginkan perjalanan panjang dengan diiringi kegembiraan.

Hal-hal yang diduga memicu kecelakaan semestinya bisa diantisipasi sehingga menekan kemungkinan sekecil mungkin terjadi kecelakaan. Faktor manusia bisa disiapkan dengan cara menjaga fisik sebaik mungkin. Keadaan badan yang segar, tidak lelah, tentu bisa memudahkan dan membuat nyaman dalam memacu kendaraan.

Apalagi jika kendaraan tersebut membawa penumpang lain karena nasib semua penumpang seolah dipasrahkan hanya kepada pengemudi. Pengemudi harus bisa menakar kekuatan dan jangan memaksakan diri. Selain itu, etika dalam berkendaraan di jalan juga harus diperhatikan.

Cara berkendara ugal-ugalan atau hanya mengandalkan kecepatan tanpa menghormati pengendara lain juga harus dijaga. Hal tersebut bisa dilakukan oleh pengemudi sebelum dan selama melakukan perjalanan yang panjang. Kendaraan pun bisa diantisipasi dengan baik sebelum perjalanan panjang.

Kondisi mesin, kelayakan rem, lampu penerangan, kondisi ban, dan lain-lain sudah selayaknya dicek terlebih dahulu. Jika memang kendaraan tidak layak, misalnya mesinnya harus diperbaiki secara total, maka tidak usah memaksakan diri. Hal-hal inilah yang sering dianggap remeh sehingga mengakibatkan kecelakaan di jalan. Begitu juga dengan infrastruktur.

Meskipun faktor ini lebih banyak ditentukan pemerintah, tidak ada salahnya jika kita juga mewaspadai. Jika kita mengetahui jalanan yang dilalui rusak dan sempit, tentu pengemudi bisa mencari jalur alternatif meski terkadang lebih jauh. Atau jika tidak bisa menemukan jalur alternatif, menjaga kecepatan dan berhati-hati menjadi modal berikutnya.

Mungkin pengemudi akan menyalahkan pemerintah dan memang ada benarnya. Namun jika kita hanya menyalahkan pemerintah, tetapi tidak waspada, akibatnya justru membahayakan. Cuaca pun bisa dihindari jika memang pengemudi menginginkan.

Misalnya jika hujan deras mengguyur perjalanan hingga jarak pandang tidak maksimal, alangkah lebih baik pengemudi meminggirkan kendaraannya dan menunggu cuaca bersahabat untuk kembali berjalan. Akankah atas faktor cuaca ini kita menyalahkan alam atau bahkan Tuhan? Sungguh bukan hal yang dibenarkan. Artinya, faktor cuaca pun bisa kita antisipasi dengan baik.

Di tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang saat ini menjadi ”idola” bagi para pemudik telah terjadi sekitar 54 kecelakaan. Pihak Kementerian Perhubungan mengatakan 88% kecelakaan diakibatkan faktor manusia. Sebagian besar karena pengemudi mengantuk dan sisanya lelah.

Adapun Rifat Sungkar, mantan pembalap yang juga pemerhati lalu lintas darat, mengatakan 70% kecelakaan di tol Cipali karena kecelakaan tunggal. Dari hal di atas, sebenarnya kecelakaan bisa dihindari oleh diri pengemudi terlebih dahulu. Memang pilihannya, ingin melakukan perjalanan yang aman atau berisiko? Jika ingin aman, tentu halhal di atas bisa diperhatikan.

Tentu pula, jika semua pemudik pada Lebaran 2015 menginginkan mudik dengan kegembiraan, fisik dan kendaraan harus dipersiapkan dengan baik.
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1107 seconds (0.1#10.140)