Mengurangi Kemacetan

Rabu, 08 Juli 2015 - 08:25 WIB
Mengurangi Kemacetan
Mengurangi Kemacetan
A A A
Alat transportasi merupakan salah satu bukti dari perkembangan peradaban manusia. Dahulu untuk menuju suatu tempat manusia menggunakan hewan seperti kuda dan unta.

Setelah ditemukan mesin, manusia membuat mobil sebagai alat transportasi baru yang lebih cepat dibanding menunggangi hewan. Mobil kemudian diproduksi dan dijual bebas di pasar. Kini setiap belahan dunia terdapat mobil untuk membantu si pemiliknya dalam bepergian. Seiring perkembangan zaman, mobil tidak sekadar alat transportasi, melainkan juga sebagai simbol status sosial seseorang. Jika seseorang tidak memiliki mobil, dicapmiskin.

Mereka yang memiliki mobil dianggap kaya. Karena bersangkutan dengan harga diri individu, banyak orang memilih menggunakan mobil dalam membantu aktivitas sehari-hari meski terdapat kendaraan umum yang siap menghantar mereka ke tempat tujuan. Setiap individu menggunakan mobilnya masingmasing ketika beraktivitas. Kemacetan pun terjadi. Ini sedang dialami di Jakarta.

Seiring berjalannya waktu, kemacetan bertambah parah. Pemerintah kemudian mengupayakan mengurangi kemacetan dengan menambah ruas jalan dan menyediakan transportasi umum. Jika mereka merasa lelah dengan macet, masyarakat dapat memilih menggunakan transportasi umum. Tetapi, meski kedua solusi itu telah dilaksanakan, macet masih terjadi di kebanyakan jalan di Jakarta.

Karena tetap macet, beberapa pendapat pun timbul salah satunya menghakimi kondisi infrastruktur transportasi yang ada sehingga perlu ada perbaikan atau pembaharuan. Transportasi umum yang ada dinilai belum maksimal sehingga gagal membuat masyarakat umum beralih dari mobil. Penambahan ruas jalan juga dinilai tidak efektif karena akan macet juga.

Walaupun ada benarnya, tetaplah kita tidak bisa berpendapat seperti itu. Terlebih jika menghakimi ketersediaan jasa angkutan umum. Andaikan masyarakat mau mengubah pola berpikir dengan menghilangkan persepsi mobil adalah bagian dari harga diri, penggunaan mobil dapat ditekan dan macet pun berkurang.

Perubahan persepsi inilah seharusnya menjadi perhatian dalam rangka mengurangi kemacetan, tetapi langkah konkretnya bukan ada pada pemerintah, melainkan pada setiap individu pengguna mobil. Jika mereka mau mengubah persepsi dan beralih pada transportasi umum, tentunya kemacetan akan berkurang.

Bayu Suryo Wiranto
Universitas Negeri Jakarta Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Aktivis HMI, Ketua Umum LKM UNJ
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0745 seconds (0.1#10.140)