Hujan Meteor Buatan Segera Hiasi Langit Malam

Minggu, 05 Juli 2015 - 10:29 WIB
Hujan Meteor Buatan...
Hujan Meteor Buatan Segera Hiasi Langit Malam
A A A
Mengharapkan hujan meteor melintasi langit malam untuk memeriahkan hari ulang tahun Anda? Harapan Anda mungkin akan segera terwujud.

Satu perusahaan baru asal Jepang berencana menciptakan meteor buatan dan merancang warnanya sesuai keinginan klien. Menurut para peneliti, ini bukan hanya tentang membuat gambaran besar di langit malam yang akan terlihat jutaan orang. Meteor buatan juga dapat membantu kita memahami lebih banyak tentang atmosfer Bumi.

Lena Okajima yang memegang gelar doktor dalam astronomi menjelaskan, perusahaannya, ALE, berencana meluncurkan satelit mikro yang dapat mengeluarkan bintang jatuh pada waktu dan tempat yang tepat untuk pertunjukan di angkasa. ”Saya membayangkan hujan meteor yang langka di alam. Ini buatan tapi saya ingin membuatnya benar-benar indah sehingga dapat membuat para penonton terkesan,” ujar Okajima pada kantor berita AFP .

Dalam kolaborasi dengan para penelitidaninsinyurdisejumlahuniversitasdi Jepang, tim ALE mengembangkan satelit yang akan mengorbit Bumi dan mengeluarkan puluhan bola, beberapa sentimeter diameternya, dalam satu waktu. Bola-bola ini akan melintasi atmosfer dengan kecepatan 7-8 kilometer per detik, mengeluarkan cahaya terang dari gesekan yang tercipta saat bergerak melintasi udara. Formula kimia untuk bola- bola itu tentu sangat dirahasiakan.

Meski kecepatannya 7-8 kilometer per detik, sebenarnya lebih lambat dibandingkan meteor sesungguhnya yang bisa mencapai kecepatan 80 kilometer per detik. Adanya berbagai formula kimia dalam bola-bola tersebut memungkinkan terjadinya perubahan warna pada meteor buatan sehingga dapat menampilkan beragam warna bintang jatuh. Bintang jatuh buatan itu dirancang untuk bersinar selama beberapa detik sebelum akhirnya terbakar seluruh bagiannya, dengan demikian tidak akan membahayakan siapa pun di Bumi.

”Orang mungkin menjadi bosan melihat bintang jatuh jika mereka sendiri. Tapi mereka dapat berpasangan dalam sejumlah acara di lokasi tertentu. Membuat langit sebagai layar merupakan daya tarik terbesar proyek ini sebagai hiburan. Ini penampilan angkasa,” papar Okajima. Sejumlah tes formula rahasia bola angkasa itu dilakukan bersama Shinsuke Abe, kandidat profesor antariksa di Nihon University.

Dalam uji coba, bola-bola itu dapat terbakar dan menghasilkan cahaya terang hingga dapat terlihat di langit Tokyo yang mengalami polusi cahaya. Cahaya dari meteor buatan juga tetap dapat terlihat meskipun langit sedang mendung. Meski demikian, pelepasan bolabola itu dapat ditunda hingga 100 menit sebelum rencana peluncuran sehingga memungkinkan penyelenggara pesta menjadwalkan ulang untuk malam lain saat kondisi cuaca cerah. Indah sudah pasti, tapi tentu tidak murah.

Setiap bintang jatuh akan berharga sekitar USD8.100 karena perusahaan harus membiayai lebih dari satu miliar yen untuk pengembangan dan peluncuran satelit mikro tersebut. Satelit itu sekarang sedang dalam tahap desain, dengan bentuk kubus 50 sentimeter yang akan mengorbit Bumi pada ketinggian sekitar 400-500 kilometer di utara-selatan. ”Satelit itu hanya akan memiliki umur terbatas,” kata pakar antariksa Takeo Watanabe di Teikyo University, yang menjelaskan bahwa setelah beberapa bulan satelit akan masuk atmosfer dan terbakar hingga memancarkan cahaya terang.

Bagi Hironori Sahara, kandidat profesor di departemen antariksa Tokyo Metropolitan University, proyek ini menawarkan peluang langka untuk mengamati bagian atmosfer yang belum banyak diketahui. Ketinggian di mana meteor buatan itu akan terbakar, sekitar 60 kilometer di atas bumi, terlalu tinggi untuk balon udara dan terlalu rendah untuk satelit, jadi sangat sulit untuk dipelajari. Jika para peneliti di Bumi tahu pasti kapan dan di mana meteor akan muncul, mereka akan mampu mengarahkan peralatan mereka di lokasi itu. Selama ini hal tersebut tidak dapat diketahui.

”Analisis mendalam tentang cahaya dan jejak meteor juga akan mengungkap suhu dan kepadatan atmosfer dan pergerakannya, serta dapat memberi pemahaman tentang bagaimana lingkungan akan berubah dalam jangka menengah dan jangka panjang,” papar Sahara.

Syarifudin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8856 seconds (0.1#10.140)