Jihad Melawan Hawa Nafsu

Sabtu, 04 Juli 2015 - 12:38 WIB
Jihad Melawan Hawa Nafsu
Jihad Melawan Hawa Nafsu
A A A
Umat Islam kini sudah berada di 10 hari kedua Ramadan. Pada saat ini lebih empat belas abad yang lalu terjadi dua peristiwa yang mengubah sejarah, yakni Nuzulquran dan Perang Badar.

Pada tanggal 17 Ramadan diyakini terjadi peristiwa Nuzululquran yakni saat Muhammad SAW memperoleh wahyu pertama kali yang menandai diutusnya beliau sebagai Rasul akhir zaman. Inilah peristiwa pertama yang terjadi pada sepuluh hari kedua Ramadan, yang mengubah sejarah manusia.

Adapun Perang Badar adalah perang pertama yang dialami oleh kaum muslimin melawan kaum kafir Quraisy. Terjadi pada sepuluh hari kedua bulan Ramadan, tepatnya pada Jumat, 17 Ramadan tahun kedua Hijriah (13 Maret 624 M) di Padang Badar. Peta kekuatan pada perang tersebut sesungguhnya tidak berimbang.

Dari segi personel tentara kaum muslimin hanya 313 orang menghadapi kekuatan tentara kafir Quraisy sebanyak 950 orang dengan persenjataan jauh lebih baik. Namun, akhirnya perang tersebut dimenangkan oleh kaum muslimin. Kemenangan ini tentu saja disambut gembira dan gegap gempita oleh kaum muslimin.

Namun, sesampai di Kota Madinah, Nabi Muhammad SAW menyatakan, ” Kita baru saja kembali dari perang/ jihad kecil menuju perang/jihad yang besar. ” Pernyataan ini tentu saja mengagetkan para sahabat. Perang yang begitu dahsyat dan menelan korban tidak sedikit itu dikatakan Nabi SAW perang/jihad kecil.

Para sahabat pun bertanya, ” Perang/jihad apakah yang lebih besar ya Rasulullah?” Nabi menjawab, ” Perang/jihad melawan hawa nafsu.” Pernyataan Nabi SAW itu merupakan perubahan paradigma atau mindset yang luar biasa hebat. Sampai saat itu menang dalam peperangan melawan musuh yang tampak/nyata adalah suatu pencapaian keberhasilan yang luar biasa.

Nabi SAW membalik mindset bahwa perang melawan musuh yang nyata hanyalah perang kecil yang tak perlu disikapi berlebihan. Kalau kita berhasil menang dalam perang besar yakni perang melawan hawa nafsu itu baru hebat. Nabi SAW memberi contoh bagaimana kita bersikap dan bertindak seusai perang, antara lain menginstruksikan untuk memberikan perawatan terhadap tawanan perang.

Ada 70 orang tawanan perang Badar yang dibebaskan dengan atau tanpa tebusan. Kaum muslim yang memiliki makanan diperintahkan untuk berbagi dengan tawanan perang. Nabi Muhammad SAW juga memberikan perintah untuk tidak memaksa tawanan perang berpindah agama.

Nabi Muhammad SAW juga tidak membiarkan para tawanan berpakaian lusuh. Nabi memerintahkan para sahabat untuk memberikan pakaian yang layak. Ini semua merupakan perintah dan contoh konkret dari Nabi SAW untuk tidak menuruti nafsu balas dendam. Sebab, dengan begitu berarti kita kalah melawan hawa nafsu. Bagaimana kita sekarang? Kebanyakan dari kita, rasarasanya, jauh dari tuntunan itu.

Kita lihat saja saat kita “perang” memperebutkan kursi baik di legislatif maupun eksekutif di semua tingkatan. Kebanyakan dari kita membiarkan hawa nafsu menuntun kita untuk menghalalkan segala cara demi kemenangan. Menjanjikan ini-itu sementara kita tahu tak bakal bisa memenuhinya. Dan setelah menang kita tak pernah menunaikan amanat yang dipikulkan di pundak kita.

Marilah Ramadan ini kita jadikan momentum untuk melakukan revolusi mental diri kita, masyarakat kita, bangsa kita, umat kita. Presiden Jokowi sebelum terpilih menyatakan supaya perubahan-perubahan di negara kita bermakna, berkesinambungan, dan sesuai cita-cita Proklamasi Indonesia yang merdeka, adil, dan makmur, kita perlu melakukan revolusi mental.

Menurut Presiden, sedikitnya ada delapan karakteristik budaya yang saat ini masih berlangsung, bahkan beberapa di antaranya memperlihatkan gejala yang semakin parah. Karakteristik tersebut korupsi, intoleransi terhadap perbedaan, sifat rakus, ingin menang sendiri, ingin kaya secara instan, kecenderungan menggunakan kekerasan dalam memecahkan masalah, pelecehan hukum, dan sifat oportunis.

Kalau kita ingin mengikis itu, maka bagi umat Islam rangkaian ibadah yang baik dan benar di bulan Ramadan ini bisa menjadi jawaban, tak perlu mencari jawaban ke mana-mana.

HZ ARIFIN JUNAIDI
Ketua PP LP Ma'arif Nahdlatul Ulama
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4607 seconds (0.1#10.140)