Momentum Taubat Nasuha
A
A
A
JAKARTA - Bertobat secara sungguhsungguh (taubatan nasuha ) efektif untuk menjauhkan manusia dari segala bentuk perbuatan tercela. Ibadah puasa Ramadan merupakan momentum yang baik untuk memperkuat ikhtiar dalam melakukan tobat yang sebenarnya.
Pendiri Cinta Quran, Ustad Fatih Karim, menjelaskan bahwa seseorang disebut sukses melaksanakan taubat nasuha ketika dia menyesali perbuatan tercela yang telah lalu, bertekad tidak akan mengulangi, serta berusaha menumbuhkan kebencian atas perbuatan tercela tersebut. Menurutnya, bentuk penyesalan secara sungguhsungguh ini sangat dicintai Allah.
Terlebih jika itu dilakukan di bulan Ramadan, kemungkinan doa pertobatan akan diterima oleh Allah SWT sangat besar. Perlunya pertobatan sungguh-sungguh ini tak terkecuali berlaku bagi mereka yang selama ini berperilaku menyimpang dengan mabukmabukan dan menyalahgunakan narkoba.
”Di Alquran dan hadis, banyak yang menjelaskan tentang kewajiban taubatan nasuha karena ini sangat dicintai Allah SWT,” ujar Fatih Karim kepada KORAN SINDO kemarin. Berkenaan dengan bulan Ramadan, kata dia, taubat nasuha bukan hanya bentuk introspeksi diri, tetapi juga tekad untuk berubah menjadiindividufitrahpada hari kemenangan kelak.
Fatih Karim mengatakan, bertobat sungguh-sungguh memang bukan hal mudah karena bagi yang menjalankannya akan mendapat cobaan besar dari luar. Oleh karena itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memperteguh keimanan demi mencapai kualitas insan yang bertakwa. ”Perlu memupuk tekad kuat untuk mau berubah. Selain itu, mengubah pergaulan sosial dengan lebih banyak berkumpul dengan orangorang saleh.
Juga harus lebih mendalami agama karena dengan begitu seseorang bisa menyadari bahwa apa yang telah diperbuatnya salah,” ujarnya. Cara lain adalah berkomitmen tulus untuk mau mendakwahkan pengalaman yang telah dialaminya kepada orang lain. ”Selanjutnya tentu bermohon kepada Allah agar diberikan ketetapan hati, karena godaan dari luar yang menginginkan agar dia kembali berbuat dosa tentu sangat besar,” tuturnya.
Sementara itu, momentum Ramadan dinilai sangat baik bagi para penyalah guna narkoba untuk kembali memperbaiki dan menata hidup. Kebergantungan akan zat-zat berbahaya harus bisa dihentikan dengan berkomitmen memulai kehidupan baru.
”Ini adalah momentum yang paling bagus untuk mengajak para penyalah guna yang telanjur mengonsumsi narkoba untuk bisa merenung,” ujar Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Anang Iskandar saat menggelar silaturahmi dengan awak media di Jakarta kemarin. Menurut Anang, apabila di bulan lain para penyalah guna masih takut dan malu untuk mulai memperbaiki diri, maka bulan suci ini dapat menjadi titik balik untuk mencapai sehat.
Menurut jenderal bintang tiga Polri ini, Ramadan adalah sarana belajar yang sangat baik bagi umat untuk melatih diri tidak mengulangi kesalahan yang pernah diperbuat. ”Kita bisa belajar apa saja pada Ramadan ini,” tambahnya. Di beberapa tempat rehabilitasi, kata Anang, pendekatan melalui agama sudah dilakukan kepada para penyalah guna.
Dian ramdhani
Pendiri Cinta Quran, Ustad Fatih Karim, menjelaskan bahwa seseorang disebut sukses melaksanakan taubat nasuha ketika dia menyesali perbuatan tercela yang telah lalu, bertekad tidak akan mengulangi, serta berusaha menumbuhkan kebencian atas perbuatan tercela tersebut. Menurutnya, bentuk penyesalan secara sungguhsungguh ini sangat dicintai Allah.
Terlebih jika itu dilakukan di bulan Ramadan, kemungkinan doa pertobatan akan diterima oleh Allah SWT sangat besar. Perlunya pertobatan sungguh-sungguh ini tak terkecuali berlaku bagi mereka yang selama ini berperilaku menyimpang dengan mabukmabukan dan menyalahgunakan narkoba.
”Di Alquran dan hadis, banyak yang menjelaskan tentang kewajiban taubatan nasuha karena ini sangat dicintai Allah SWT,” ujar Fatih Karim kepada KORAN SINDO kemarin. Berkenaan dengan bulan Ramadan, kata dia, taubat nasuha bukan hanya bentuk introspeksi diri, tetapi juga tekad untuk berubah menjadiindividufitrahpada hari kemenangan kelak.
Fatih Karim mengatakan, bertobat sungguh-sungguh memang bukan hal mudah karena bagi yang menjalankannya akan mendapat cobaan besar dari luar. Oleh karena itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memperteguh keimanan demi mencapai kualitas insan yang bertakwa. ”Perlu memupuk tekad kuat untuk mau berubah. Selain itu, mengubah pergaulan sosial dengan lebih banyak berkumpul dengan orangorang saleh.
Juga harus lebih mendalami agama karena dengan begitu seseorang bisa menyadari bahwa apa yang telah diperbuatnya salah,” ujarnya. Cara lain adalah berkomitmen tulus untuk mau mendakwahkan pengalaman yang telah dialaminya kepada orang lain. ”Selanjutnya tentu bermohon kepada Allah agar diberikan ketetapan hati, karena godaan dari luar yang menginginkan agar dia kembali berbuat dosa tentu sangat besar,” tuturnya.
Sementara itu, momentum Ramadan dinilai sangat baik bagi para penyalah guna narkoba untuk kembali memperbaiki dan menata hidup. Kebergantungan akan zat-zat berbahaya harus bisa dihentikan dengan berkomitmen memulai kehidupan baru.
”Ini adalah momentum yang paling bagus untuk mengajak para penyalah guna yang telanjur mengonsumsi narkoba untuk bisa merenung,” ujar Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Anang Iskandar saat menggelar silaturahmi dengan awak media di Jakarta kemarin. Menurut Anang, apabila di bulan lain para penyalah guna masih takut dan malu untuk mulai memperbaiki diri, maka bulan suci ini dapat menjadi titik balik untuk mencapai sehat.
Menurut jenderal bintang tiga Polri ini, Ramadan adalah sarana belajar yang sangat baik bagi umat untuk melatih diri tidak mengulangi kesalahan yang pernah diperbuat. ”Kita bisa belajar apa saja pada Ramadan ini,” tambahnya. Di beberapa tempat rehabilitasi, kata Anang, pendekatan melalui agama sudah dilakukan kepada para penyalah guna.
Dian ramdhani
(bbg)