Jumlah Kunjungan Wisata Berastagi Menurun 60%
A
A
A
KARO - Erupsi dan awan panas guguran Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara telah menyebabkan Kota Wisata Berastagi diselimuti debu vulkanik. Akibatnya, aktivitas pariwisata di kota berhawa sejuk itu pun menurun drastis.
Meski aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat belum sepenuhnya lumpuh, kota kecil berjarak sekitar 15 km dari puncak kawah Sinabung ini terlihat lenggang. Hal itu akibat gempuran material debu vulkanik yang terus menerus mendarat di atap rumah, jalan raya, serta lahan pertanian warga. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Karo Dinasti Sitepu, sejak status Sinabung dinaikkan menjadi level IV (Awas) pada 2 Juni 2015 lalu, telah terjadi penurunan tingkat kunjungan wisata 50-60%.
Hal itu bisa dilihat dari data pos retribusi tiap objek wisata seperti Bukit Gundaling, Pemandian Air Panas Lau Debukdebuk, Raja Berneh, dan objek wisata lainnya. ”Angka itu pun di luar kunjungan wisata pada bulan puasa seperti sekarang ini. Karena biasanya, walau bulan puasa, kunjungan turis lumayan tinggi,” terang Dinasti.
Menurunnya tingkat kunjungan secara drastis akibat erupsi Sinabung telah terjadi berulang kali sejak erupsi Gunung Sinabung pertama pada 28 Agustus 2010. ”Hal seperti ini sudah berulang kali terjadi. Saat kegiatan pariwisata mulai bergairah kembali, letusan Sinabung yang membawa material debu vulkanik ke Berastagi langsung membuat calon wisatawan enggan berkunjung.
Kami tidak tahu hal ini sampai kapan berlangsung. Namun, kami berharap masalah ini cepat berlalu agar aktivitas perekonomian masyarakat yang bergantung dari sektor pariwisata tidak terancam,” harapnya. Menurut Sitepu, pihaknya sudah menggagas agenda wisata vulkanologi. Hal itu sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata di tengah bencana Gunung Api Sinabung yang berkepanjangan dan telah menurunkan perekonomian masyarakat dari berbagai sektor.
”Kami telah menggagas wisata vulkanologi. Namun, itu belum maksimal karena sedang bulan puasa, dan material debu masih cukup tebal akibat erupsi. Ke depan kami akan melanjutkan program itu,” tegasnya. Sementara itu, berdasarkan data Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Kecamatan Simpang Empat, Karo, aktivitas vulkanik Sinabung masih tinggi dan fluktuatif hingga kemarin.
”Hingga pukul 18.00 WIB hari ini (kemarin) telah terjadi 10 kali guguran awan panas dengan jarak luncur 1,5-3,2 km ke arah selatan, tenggara, dan timur gunung. Sedangkan ketinggian kolom debu erupsi mencapai 2 km membumbung ke atas langit dan bergerak perlahan seiring arah angin ke tenggara-timur,” papar Kepala PPGA Sinabung Armen Putra.
Riza pinem
Meski aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat belum sepenuhnya lumpuh, kota kecil berjarak sekitar 15 km dari puncak kawah Sinabung ini terlihat lenggang. Hal itu akibat gempuran material debu vulkanik yang terus menerus mendarat di atap rumah, jalan raya, serta lahan pertanian warga. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Karo Dinasti Sitepu, sejak status Sinabung dinaikkan menjadi level IV (Awas) pada 2 Juni 2015 lalu, telah terjadi penurunan tingkat kunjungan wisata 50-60%.
Hal itu bisa dilihat dari data pos retribusi tiap objek wisata seperti Bukit Gundaling, Pemandian Air Panas Lau Debukdebuk, Raja Berneh, dan objek wisata lainnya. ”Angka itu pun di luar kunjungan wisata pada bulan puasa seperti sekarang ini. Karena biasanya, walau bulan puasa, kunjungan turis lumayan tinggi,” terang Dinasti.
Menurunnya tingkat kunjungan secara drastis akibat erupsi Sinabung telah terjadi berulang kali sejak erupsi Gunung Sinabung pertama pada 28 Agustus 2010. ”Hal seperti ini sudah berulang kali terjadi. Saat kegiatan pariwisata mulai bergairah kembali, letusan Sinabung yang membawa material debu vulkanik ke Berastagi langsung membuat calon wisatawan enggan berkunjung.
Kami tidak tahu hal ini sampai kapan berlangsung. Namun, kami berharap masalah ini cepat berlalu agar aktivitas perekonomian masyarakat yang bergantung dari sektor pariwisata tidak terancam,” harapnya. Menurut Sitepu, pihaknya sudah menggagas agenda wisata vulkanologi. Hal itu sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata di tengah bencana Gunung Api Sinabung yang berkepanjangan dan telah menurunkan perekonomian masyarakat dari berbagai sektor.
”Kami telah menggagas wisata vulkanologi. Namun, itu belum maksimal karena sedang bulan puasa, dan material debu masih cukup tebal akibat erupsi. Ke depan kami akan melanjutkan program itu,” tegasnya. Sementara itu, berdasarkan data Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Kecamatan Simpang Empat, Karo, aktivitas vulkanik Sinabung masih tinggi dan fluktuatif hingga kemarin.
”Hingga pukul 18.00 WIB hari ini (kemarin) telah terjadi 10 kali guguran awan panas dengan jarak luncur 1,5-3,2 km ke arah selatan, tenggara, dan timur gunung. Sedangkan ketinggian kolom debu erupsi mencapai 2 km membumbung ke atas langit dan bergerak perlahan seiring arah angin ke tenggara-timur,” papar Kepala PPGA Sinabung Armen Putra.
Riza pinem
(bbg)