Jalan Gresik-Lamongan Masih Belum Memadai
A
A
A
GRESIK - Hari Raya Idul Fitri sudah semakin dekat. Ironisnya, jalan-jalan di wilayah Gresik dan Lamongan, Jawa Timur, masih banyak yang rusak parah. Kerusakan bahkan bukan hanya terjadi di jalan kabupaten, juga provinsi dan nasional.
Pemudik diimbau berhati- hati melintasi jalanan itu demi keselamatan. Berdasarkan pantauan lapangan, kerusakan terparah terjadi di jalur pantai utara (pantura) Gresik-Lamongan. Wilayah Gresik untuk jalan nasional relatif tidak ada masalah. Hanya, pelebaran badan jalan di Duduksampeyan belum tuntas sehingga kerap menjadi langganan macet saat mudik maupun arus balik Lebaran setiap tahun.
Sedangkan di jalur pantura, Jalan Raya Deandles, ada perbaikan dua jembatan. Pertama di Jembatan Manyar dan Jembatan Gumeno atau lebih dikenal dengan Jembatan Tanggok. Perbaikan dua jembatan itu diprediksi selesai sebelum H-7 Lebaran sehingga tidak mengganggu arus mudik maupun balik.
”Penggarapannya sudah 50%. Kami berharap sebelum Lebaran atau H-7 Lebaran sudah tuntas,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Gresik Bambang Isdianto, Jalur selatan juga mengalami kerusakan baik jalan-jalan provinsi maupun kabupaten. Kerusakan jalan provinsi terjadi di wilayah Cerme, Menganti, dan terparah di wilayah Driyorejo, tepatnya di Jalan Legundi hingga Wringinanom.
Kerusakan berupa jalan bergelombang dan lubang-lubang akibat padatnya volume kendaraan bertonase besar. ”Legundi, kemudian ke wilayah Wringinanom dan sebagian di Menganti dan Cerme rusak. Sedangkan jalan kabupaten yang cukup parah ada di wilayah Balongpanggang,” kata Lono, 51, warga Balongpanggang. Berbeda dengan wilayah Lamongan.
Kerusakan terjadi di jalur-jalur nasional, provinsi, maupun kabupaten. Yang terparah di jalur nasional baik untuk jalur Deandles maupun jalur Lamongan kota hingga Kecamatan Babat. Kerusakan tidak hanya bergelombang, juga berlubang cukup parah. Sepanjang keluar Lamongan kota hingga Kecamatan Babat banyak ditemui jalan bergelombang dan lubang.
Juga dengan jalur Deandles dari Kecamatan Paciran hingga perbatasan Kabupaten Tuban banyak bergelombang. Padahal, baik jalur Lamongan kota maupun Deandles baru diperbaiki. Sementara itu, jalur Ngawi- Bojonegoro bisa menjadi salah satu alternatif jalur mudik selama Lebaran. Jalur itu biasanya dipilih bagi para pemudik dari Jakarta untuk menghindari kemacetan di jalur utama.
Jalur Ngawi-Bojonegoro, Jawa Timur, sepanjang kurang lebih 50 kilometer (km) ini biasanya tidak terlalu padat saat arus mudik dan arus balik berlangsung. Namun, pemudik baik pengendara sepeda motor maupun mobil pribadi perlu memahami kondisi medan yang dilalui di jalur tengah ini. Saat memasuki wilayah Bojonegoro, tepatnya di wilayah Kecamatan Margomulyo, pemudik harus berhati-hati karena akan melalui jalur di kawasan hutan dan perbukitan.
Kondisi jalan di daerah Margomulyo terutama di wilayah hutan Watu Jago banyak jalan curam naikturun. Selain itu, banyak tebing di sisi kiri dan kanan jalan raya. Namun, kondisi jalannya sudah beraspal mulus. Hanya, di daerah kawasan hutan itu minim penerangan jalan umum.
Ashadi ik/ muhammad roqib
Pemudik diimbau berhati- hati melintasi jalanan itu demi keselamatan. Berdasarkan pantauan lapangan, kerusakan terparah terjadi di jalur pantai utara (pantura) Gresik-Lamongan. Wilayah Gresik untuk jalan nasional relatif tidak ada masalah. Hanya, pelebaran badan jalan di Duduksampeyan belum tuntas sehingga kerap menjadi langganan macet saat mudik maupun arus balik Lebaran setiap tahun.
Sedangkan di jalur pantura, Jalan Raya Deandles, ada perbaikan dua jembatan. Pertama di Jembatan Manyar dan Jembatan Gumeno atau lebih dikenal dengan Jembatan Tanggok. Perbaikan dua jembatan itu diprediksi selesai sebelum H-7 Lebaran sehingga tidak mengganggu arus mudik maupun balik.
”Penggarapannya sudah 50%. Kami berharap sebelum Lebaran atau H-7 Lebaran sudah tuntas,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Gresik Bambang Isdianto, Jalur selatan juga mengalami kerusakan baik jalan-jalan provinsi maupun kabupaten. Kerusakan jalan provinsi terjadi di wilayah Cerme, Menganti, dan terparah di wilayah Driyorejo, tepatnya di Jalan Legundi hingga Wringinanom.
Kerusakan berupa jalan bergelombang dan lubang-lubang akibat padatnya volume kendaraan bertonase besar. ”Legundi, kemudian ke wilayah Wringinanom dan sebagian di Menganti dan Cerme rusak. Sedangkan jalan kabupaten yang cukup parah ada di wilayah Balongpanggang,” kata Lono, 51, warga Balongpanggang. Berbeda dengan wilayah Lamongan.
Kerusakan terjadi di jalur-jalur nasional, provinsi, maupun kabupaten. Yang terparah di jalur nasional baik untuk jalur Deandles maupun jalur Lamongan kota hingga Kecamatan Babat. Kerusakan tidak hanya bergelombang, juga berlubang cukup parah. Sepanjang keluar Lamongan kota hingga Kecamatan Babat banyak ditemui jalan bergelombang dan lubang.
Juga dengan jalur Deandles dari Kecamatan Paciran hingga perbatasan Kabupaten Tuban banyak bergelombang. Padahal, baik jalur Lamongan kota maupun Deandles baru diperbaiki. Sementara itu, jalur Ngawi- Bojonegoro bisa menjadi salah satu alternatif jalur mudik selama Lebaran. Jalur itu biasanya dipilih bagi para pemudik dari Jakarta untuk menghindari kemacetan di jalur utama.
Jalur Ngawi-Bojonegoro, Jawa Timur, sepanjang kurang lebih 50 kilometer (km) ini biasanya tidak terlalu padat saat arus mudik dan arus balik berlangsung. Namun, pemudik baik pengendara sepeda motor maupun mobil pribadi perlu memahami kondisi medan yang dilalui di jalur tengah ini. Saat memasuki wilayah Bojonegoro, tepatnya di wilayah Kecamatan Margomulyo, pemudik harus berhati-hati karena akan melalui jalur di kawasan hutan dan perbukitan.
Kondisi jalan di daerah Margomulyo terutama di wilayah hutan Watu Jago banyak jalan curam naikturun. Selain itu, banyak tebing di sisi kiri dan kanan jalan raya. Namun, kondisi jalannya sudah beraspal mulus. Hanya, di daerah kawasan hutan itu minim penerangan jalan umum.
Ashadi ik/ muhammad roqib
(bbg)