Pancasila Bukan Dilema

Sabtu, 20 Juni 2015 - 12:06 WIB
Pancasila Bukan Dilema
Pancasila Bukan Dilema
A A A
ISTI SRI ULFIARTI
Mahasiswi Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia

Mendengar kata Pancasila, mungkin hal pertama yang tersirat dalam benak adalah Soeharto, tanggal 1 Juni sebagai Kesaktian Pancasila, Orde Baru, Penataran P4, ABRI, ataupun ihwal yang memang berhubungan dengan Orde Baru sebagai rezim yang terkenal memurnikan dan mengamalkan Pancasila sedalam jiwa raga mulai dari para birokrat hingga masyarakat Indonesia.

Setelah Orde Baru runtuh dan digantikan Era Reformasi, sepertinya segala bentuk kebijakan ataupun ihwal yang menyangkut Orde Baru harus disingkirkan, termasuk Pancasila. Sepertinya masyarakat lupa bahwa Pancasila bukanlah buatan Orde Baru, dan bukan karena Pancasila juga Orde Baru terlanggengkan kekuasaannya hingga tiga dekade lamanya.

Justru Pancasila yang sebagaimana termuat dalam Pasal 2 UU No 10 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa “Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara” : “Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara sehingga setiap materi muatan peraturan perundang- undangan tidak boleh bertentangan dengan nilainilai yang terkandung dalam Pancasila”.

Maka jelaslah Pancasila, dalam hal ini nilai-nilai yang dikandungnya memang merupakan hal yang harus kita amalkan tanpa harus terjebak konteks pemerintahan Orde Baru yang dengan jelas telah menyelewengkan Pancasila untuk kekuasaannya. Pancasila sebagai sebuah falsafah negara dikemukakan pertama kali oleh Soekarno pada salah satu sidang BPUPKI yang mana isinya merupakan pengejawantahan dari segala aspek bangsa baik itu semangat bangsa, nilai-nilai luhur, maupun segala perbedaannya yang disusun dalam setiap butir-butirnya sehingga dapat menyatukan bangsa Indonesia.

Di tengah zaman yang sedang menghadapi banjir globalisasi, jati diri bangsa sedikitsedikit mulai terkikis. Tidak salah mengenal dan mempelari hal baru yang sedang terjadi, tapi akan lebih baik apabila masyarakat sendiri tidak lupa akan jati dirinya karena tanpa pedoman dan pijakan yang kuat, globalisasi berpotensi menghancurkan bangsa itu sendiri.

Jangan jadikan Pancasila masa Orde Baru sebagai dilema dan trauma berkepanjangan. Justru dengan ada sejarah tersebut bangsa Indonesia dapat belajar lebih baik lagi untuk mengamalkan dan melanggengkan Pancasila yang sesuai harapan para founding fathers dalam setiap jati diri bangsa supaya tidak terselewengkan kembali.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4018 seconds (0.1#10.140)