Polisi Sudah Kantongi Nama Pembunuh Siswi MTs di Ciledug

Rabu, 17 Juni 2015 - 08:38 WIB
Polisi Sudah Kantongi...
Polisi Sudah Kantongi Nama Pembunuh Siswi MTs di Ciledug
A A A
JAKARTA - Polisi sudah mengantongi identitas pelaku pembunuhan siswi MTs Al- Islamiyah Ciledug, Kota Tangerang, Putri Mariska Sakinah, 13.

Korban dibunuh di rumahnya di Jalan Masjid Al Baido, Sudimara Selatan, Ciledug, Minggu (7/6). Sang kakak, Muhammad Rizky Silaban, 15, juga menderita luka serius akibat pisau yang menancap di lehernya. ”Kami hanya tinggal menunggu hasil tes DNA untuk menunjuk siapa pelaku pembunuhan,” ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Khrisna Murti kemarin.

Kakak korban sebelumnya dirawat di RS Bhakti Asih, KarangTengah, KotaTangerang. Kemudian polisi memindahkan Rizky ke RS Polri Kramat Djati, Jakarta Timur. ”Itu dipindah karena kuota BPJS di rumah sakit tempat dia dirawat sudah habis. Makanya kami pindah ke RS Polri,” katanya.

Menurut Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Kombes Pol Musyafak, pihaknya memang memfokuskan pada tes DNA untuk mengungkap pelaku pembunuhan. Hasil tes DNA yang akan keluar adalah hasil tes DNA sperma yang ditemukan di kemaluan korban. Selain itu, juga akan keluar hasil tes DNA darah sang kakak dan ibunda, Rahmawati.

Dalam penyelidikan Rizky sempat memberikan ciri-ciri pelaku penusukan dirinya dan adiknya. Namun, setelah ditelusuri ternyata tak ada satu pun tetangga yang pernah melihat pelaku dengan ciri-ciri yang disebutkan oleh Rizky. Padahal, saat peristiwa banyak warga di dekatlokasikejadian, tapitaksatu pun melihat penjahat tersebut. Tetangga korban selama ini mengenal Rizky dan Putri memiliki hubungan kakak beradik yang akur. Tidak ada ihwal aneh yang terjadi di antara mereka.

”Mereka biasa saja, paling suka bertengkar, tapi ya berantem sepele. Biasa, namanya kakak-adik. Kalau di rumah enggak tahu ya, di luar kelihatannya tidak ada masalah,” kata tetangga korban, Rita, kemarin. Psikolog Universitas Pancasila Aully Grashinta menuturkan, pembunuhan disertai tindak perkosaan tanpa ada motif pencurian biasanya dilakukan orang dekat. Antara pelaku dan korban biasanya memiliki hubungan emosional.

”Biasanya masalah perkosaan dan pembunuhan banyak terjadi karena konflik yang sudah lama dan bukan hanya satu pemicunya. Ini karena pola hubungan bertahun-tahun dan terus- menerus. Misalnya, ada kekecewaan dalam diri pelaku sehingga memutuskan membunuh,” ungkapnya.

Jika dilihat dari polanya, pembunuhan dan kekerasan seksual yang dilakukan pelaku bisa dikatakan terencana. Apalagi saat itu orang tua tidak ada di rumah. Itu mengindikasikan pelaku sudah memahami kapan dia akan melakukan eksekusi.

Helmi syarif/ denny irawan/ r ratna purnama
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5686 seconds (0.1#10.140)