Membaca Ulang Nilai Pancasila
A
A
A
Dalam perjalanan sejarah Indonesia, Pancasila mengandung sisi nilai historis yang mendalam. Sebuah gebrakan yang dirintis oleh Soekarno, Moh Yamin, dan lainnya.
Ini secara tidak langsung telah menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berideologi luhur, beradab, dan bermartabat. Butir- butir simbol di dalamnya telah mengisyaratkan jati diri bangsa Indonesia sesungguhnya: berketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, serta berkeadilan. Namun, agaknya zaman telah berubah 180 derajat.
Saat ini perumusan ideologi bangsa ini cenderung dimaknai sepintas oleh ragam kalangan. Tanpa berpikir lebih jauh mengenai falsafah hidup di dalamnya, beberapa oknum justru abai bahkan tak segan untuk ingkar terhadap nilai-nilai Pancasila. Tak mengherankan lagi jika kita sering menjumpai beberapa hal yang menyimpang dari bangsa ini. Dalam segi ketuhanan misalnya, saat ini marak terjadi aksi intoleransi antaragama.
Beberapa oknum justru menggunakan agama sebagai simbol untuk mengintimidasi, memerangi, hingga membunuh orang lain yang tidak sejalan dengan agama yang diyakininya. Begitu pula dari segi kemanusiaan. Tak segan saat ini orang tua cenderung mudah melakukan kekerasan terhadap anaknya ketika si anak melakukan kesalahan.
Begitu pun sebaliknya, anak-anak juga tak segan untuk bertindak nekat kepada orang tuanya ketika sedang dirundung amarah. Rasa humanisme (memanusiakan manusia) seolah terkubur dalam-dalam. Lagi, nilainilai Pancasila terlupakan. Sebagai bangsa yang terlahir dari perjuangan yang berdarahdarah, sudah sepatutnya kita berbenah dan lekas membaca ulang serta melakukan pemaknaan yang menyeluruh terhadap nilai-nilai Pancasila.
Agar Pancasila tidak hanya diingat dan dibaca ketika upacara bendera. Lebih dari itu, harus ada langkah serius untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari. Hal tersebut bisa dimulai dari hal yang terkecil yakni pendidikan karakter dari orang tua. Tanpa kita sadari sesungguhnya orang tua adalah dasar paling vital yang memengaruhi pendidikan individu.
Dalam sebuah kesempatan Bung Karno pernah menyatakan, ”...Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah.” Isyarat yang tentu saja amat penting untuk kita maknai lebih dalam agar pemaknaan terhadap nilai-nilai luhur Pancasila tidak sebatas seremonial rutin ketika upacara bendera.
Secara tidak langsung upaya untuk menengok kembali sejarah penuangan butir-butir nilai Pancasila juga bermakna sebagai penghargaan setinggitingginya terhadap usaha para pahlawan. Sekaligus, sebagai upaya merefleksi kembali arti nilai yang terkandung dalam Pancasila. Memang, tentu saja, tidak mudah untuk melakukan hal demikian.
Perlu dukungan berbagai pihak untuk melakukan itu semua. Pemerintah dan masyarakat harus lekas untuk saling rangkul tangan, mempersatukan tekad dan tenaga demi terbentuknya kehidupan berbangsa yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Apalagi pada era modern seperti ini, yang tentu saja bukan mustahil jika bangsa ini mengalami penyusutan (degradasi moral).
Tentu kita tidak berharap pada usia bangsa yang tak lagi muda ini ihwal yang menyimpang tersebut kembali menyeruak dan menyebar ke permukaan. Karena itu, amat penting bagi bangsa ini untuk memaknai Pancasila. Itu agar kita tidak terasing dengan negeri sendiri, juga mengenal secara mendalam inti berbangsa Indonesia. Semoga.
Ahmad Farid
Mahasiswa Sastra Inggris dan Redaktur Lembaga Pers Mahasiswa Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya
Ini secara tidak langsung telah menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berideologi luhur, beradab, dan bermartabat. Butir- butir simbol di dalamnya telah mengisyaratkan jati diri bangsa Indonesia sesungguhnya: berketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, serta berkeadilan. Namun, agaknya zaman telah berubah 180 derajat.
Saat ini perumusan ideologi bangsa ini cenderung dimaknai sepintas oleh ragam kalangan. Tanpa berpikir lebih jauh mengenai falsafah hidup di dalamnya, beberapa oknum justru abai bahkan tak segan untuk ingkar terhadap nilai-nilai Pancasila. Tak mengherankan lagi jika kita sering menjumpai beberapa hal yang menyimpang dari bangsa ini. Dalam segi ketuhanan misalnya, saat ini marak terjadi aksi intoleransi antaragama.
Beberapa oknum justru menggunakan agama sebagai simbol untuk mengintimidasi, memerangi, hingga membunuh orang lain yang tidak sejalan dengan agama yang diyakininya. Begitu pula dari segi kemanusiaan. Tak segan saat ini orang tua cenderung mudah melakukan kekerasan terhadap anaknya ketika si anak melakukan kesalahan.
Begitu pun sebaliknya, anak-anak juga tak segan untuk bertindak nekat kepada orang tuanya ketika sedang dirundung amarah. Rasa humanisme (memanusiakan manusia) seolah terkubur dalam-dalam. Lagi, nilainilai Pancasila terlupakan. Sebagai bangsa yang terlahir dari perjuangan yang berdarahdarah, sudah sepatutnya kita berbenah dan lekas membaca ulang serta melakukan pemaknaan yang menyeluruh terhadap nilai-nilai Pancasila.
Agar Pancasila tidak hanya diingat dan dibaca ketika upacara bendera. Lebih dari itu, harus ada langkah serius untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari. Hal tersebut bisa dimulai dari hal yang terkecil yakni pendidikan karakter dari orang tua. Tanpa kita sadari sesungguhnya orang tua adalah dasar paling vital yang memengaruhi pendidikan individu.
Dalam sebuah kesempatan Bung Karno pernah menyatakan, ”...Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah.” Isyarat yang tentu saja amat penting untuk kita maknai lebih dalam agar pemaknaan terhadap nilai-nilai luhur Pancasila tidak sebatas seremonial rutin ketika upacara bendera.
Secara tidak langsung upaya untuk menengok kembali sejarah penuangan butir-butir nilai Pancasila juga bermakna sebagai penghargaan setinggitingginya terhadap usaha para pahlawan. Sekaligus, sebagai upaya merefleksi kembali arti nilai yang terkandung dalam Pancasila. Memang, tentu saja, tidak mudah untuk melakukan hal demikian.
Perlu dukungan berbagai pihak untuk melakukan itu semua. Pemerintah dan masyarakat harus lekas untuk saling rangkul tangan, mempersatukan tekad dan tenaga demi terbentuknya kehidupan berbangsa yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Apalagi pada era modern seperti ini, yang tentu saja bukan mustahil jika bangsa ini mengalami penyusutan (degradasi moral).
Tentu kita tidak berharap pada usia bangsa yang tak lagi muda ini ihwal yang menyimpang tersebut kembali menyeruak dan menyebar ke permukaan. Karena itu, amat penting bagi bangsa ini untuk memaknai Pancasila. Itu agar kita tidak terasing dengan negeri sendiri, juga mengenal secara mendalam inti berbangsa Indonesia. Semoga.
Ahmad Farid
Mahasiswa Sastra Inggris dan Redaktur Lembaga Pers Mahasiswa Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya
(ftr)