Teori Bubur Panas, Membangun dari Pinggiran Terus ke Kota

Rabu, 10 Juni 2015 - 08:33 WIB
Teori Bubur Panas, Membangun...
Teori Bubur Panas, Membangun dari Pinggiran Terus ke Kota
A A A
Kabupaten Serdangbedagai (Sergai) dengan ibu kota Sei Rampah, yang berjarak 60 kilometer dari Kota Medan, merupakan kabupaten pemekaran dari Deliserdang, selaku kabupaten induk yang mengacu pada Undang- Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2003 pada 18 Desember 2003.

Sebagai kepala daerah yang mendapat amanah memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan, hal pertama yang harus saya pahami adalah seperti apa Sergai dengan luas wilayah 1.900,22 kilometer (km) persegi tersebut hingga ke pelosok desa. Secara administrasi Sergai terbagi atas 237 desa, di mana pemerintahan desa itu termasuk wilayah 17 kecamatan.

Nah , yang patut diperhatikan adalah bentang pantai sepanjang 55 km mulai dari Pantai Cermin, perbatasan Kabupaten Deliserdang, hingga Tebing Syahbandar, perbatasan Kabupaten Batubara, maka sebagian potensi tersebut adalah sektor maritim. Dalam catatan Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Sergai, saat ini hasil tangkap 200-an kelompok nelayan mencapai 22.000 ton ikan laut.

Setidaknya 160 kelompok pembudi daya kolam air tawar menghasilkan produksi hingga 12.000 ton. Lewat beragam upaya pemberdayaan nelayan setempat serta program minapolitan yang kini diusung, kami akan terus menggenjot produksi perikanan tangkap dan budi daya dari tahun ke tahun. Untuk sumber daya alam (SDA) di darat, saat ini setidaknya ada 100.000 hektare (ha) areal pertanian holtikultura serta perkebunan, baik itu yang dikelola warga, swasta, maupun BUMN.

Untuk luas baku lahan sawah 40.598 ha. Seperti daerah agraris kebanyakan, banyak warga Sergai mengandalkan perekonomiannya di sektor pertanian. Biasanya, areal pertanian itu berada di daerah perdesaan. Mengacu potensi itu, peningkatan infrastruktur yang menyokong sektor pertanian menjadi pilihan saya. Hingga saat ini, selain terus menggiatkan pembangunan irigasi tersier, sejak 2013 Sergai mulai mengoperasionalkan Irigasi Sei Ular.

Proyek nasional yang berlokasi di Desa Pulau Gambar, Kecamatan Serbajadi itu ditaksir mampu menyuplai air hingga 18.500 ha sawah yang tersebar dari Sergai hingga Kabupaten Deliserdang. Adapun proyek nasional Irigasi Bendungan Gerak Batak Jawa Melayu (Bajayu) Sei Padang sedang digarap dan ditarget kelar pada 2017.

Irigasi ini ditaksir siap mengairi 7.538 ha sawah di wilayah Tebingtinggi, Tebing Syahbandar, Dolok Merawan, dan sebagian wilayah Sei Bamban. Ditambah lagi, proyek Irigasi Sei Belutu di Sei Bamban yang pada 2014 telah dimulai pengerjaannya untuk target menyuplai 5.300 ha sawah di wilayah itu.

Jelas, proyek irigasi ini menjadi penting. Apalagi setelah Sei Ular dioperasionalkan, tercatat ada kenaikan produksi rata-rata pada wilayah yang tersuplai irigasi itu. Misalnya, petani sawah di Perbaungan mengaku pada 2010 panennya hanya 50,21 kuintal per ha, namun kini naik 56,62 kuintal per ha. Begitu juga petani padi di Teluk Mengkudu, dari 49,52 kuintal per ha menjadi 55,31kuintal perha.

Petani di Pantai Cermin juga mengaku bisa panen 55,44 kuintal per ha dari sebelumnya 49,94 kuintal. Sedangkan di Serbajadi dari 49,49 kuintal per ha menjadi 54,15 kuintal per ha, Pegajahan 49,76 kuintal per ha menjadi 56,32 kuintal per ha. Secara keseluruhan, saat ini produksi beras Sergai mencapai 247.693 ton. Nah, karena populasi hanya 650.000 jiwa, hitungan surplus mencapai 165.032 ton.

Berkah itu membuat Sergai penyangga pangan untuk masyarakat Sumut. Untuk meningkatkan nilai ekonomis produk pertanian itu, kami juga harus terus menggenjot peningkatan infrastruktur transportasi desa dengan peningkatan ruas jalan hingga pembangunan jembatan. Kalau ditanyakan kenapa pembangunan digiatkan pada daerah pinggiran, itu ibarat bubur panas, yang lebih mudah dimakan dari pinggiran piring.

Setelah warga desa makmur, mereka akan sering belanja ke kota. Kondisi itu akan membuat majunya perdagangan di kota. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman pada November 2014 datang ke Sergai untuk memberi semangat. Saat menyaksikan kondisi infrastruktur persawahan milik pusat di Sergai yang sudah puluhan tahun tak tersentuh, mentan bahkan menyatakan, pemerintah pusat mengapresiasi dan siap memberi dukungan upaya peningkatan infrastruktur daerah pinggiran.

Meski begitu, beragam terobosan pembangunan harus dipastikan tak merusak lingkungan hidup. Komitmen itu diatur jelas dari beragam peraturandaerah( perda) sertaupayamemotivasi generasi muda untuk lebih mengenal lingkungan.

Saat ini saya cukup bangga karena Presiden Joko Widodo mengapresiasi dengan memberikan penghargaan Adiwiyata Mandiri pada 2015 langsung kepada Kepala SMA Negeri I Pegajahan, Ridwan Ginting. Bagi SMA Negeri I Pegajahan, prestasi itu yang kedua kalinya setelah pada 2013 menyabet Adiwiyata Mandiri. Untuk 2014, diambil oleh SMA Negeri I Sei Rampah.

Dari sisi lain, saya juga memahami bahwa memberi pelayanan kepada warga bukanlah kerja sendiri, melainkan kerja tim dari aparatur pemda. Karena itu, selaku kepala daerah, saya terus menerus mengajak para PNS bersemangat dan termotivasi agar selalu profesional. Komitmen itu saya tuangkan lewat jargon ”Sergai Bangkit, Raih Prestasi, dan Bantu yang Lemah.”

Untuk itu, memang tak dimungkiri para PNS itu tak hanya cakap dan sigap, namun mereka juga harus dibiasakan taat menuruti peraturan yang ada dan melaksanakan tugas pokok fungsinya dengan baik sebagai aparatur negara, juga agen perubahan. Beruntungnya, hal itu sesuai tuntutan reformasi birokrasi mewujudkan peningkatan pelayanan sesuai bidang tugas pokok dan fungsi (tupoksi) PNS yang diorientasikan kebutuhan masyarakat, maka tolok ukur keberhasilan PNS sudah jelas.

Para PNS memang harus siap dan mampu mengemban Tri Sukses yakni administrasi dan regulasi, pelayanan publik, dan pertanggungjawaban. Hal itu selalu menjadi perhatian serius karena tanpa itu berat sekali mewujudkan visi misi Sergai sebagai kabupaten terbaik dengan masyarakat yang Pancasilais, Religius, Modern, Kompetitif, dan Berwawasan Lingkungan.

Selain berkomunikasi dengan warga, saya selalu menyempatkan diri bisa mengontrol kinerja instansi yang juga menjadi syarat mutlak. Seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), harus benar-benar difungsikan sebagai bumper atas seluruh rencana proyek pembangunan. Jangan lagi seperti asbak, yang hanya dimasukkan yang tak berguna dan sampah.

Tapi, harus menjadi lesung, dimasukkan ihwal yang baik dan berguna. Maka, hasilnya proyek pembangunan tepat sasaran, dan bila selesai, harus bisa berfungsi. Selaras dengan itu, Bappeda bersama seluruh instansi harus terus didorong agar penyusunan rencana pembangunan ke depan lewat konsep partisipasi masyarakat. Bagi saya, urusan pemerintahan juga tak terlepas dari faktor sosial budaya dan politik.

Meski tak berhubungan dengan kesejahteraan rakyat, dimensi tersebut memiliki peran penting karena memengaruhi perekonomian setempat. Bahkan hal itu ibarat garam. Meski ikan laut, tanpa ada garam, semuanya akan terasa tawar. Makanya, hingga kini kami terus giat melestarikan budaya daerah. Selain lebih mengenal adat budaya, kegiatan ini sangat positif dalam upaya pemersatu bangsa.

Beragam pagelaran adat budaya yang sejak awal kepemimpinan 2005-2010 dan berlanjut 2010- 2015, hingga kini giat digelar di tingkat desa, itu bukan semata pestapora. Semua merupakan upaya temu aspirasi antara negara dan warga. Terlebih, komunikasi adalah kata kunci yang selalu saya sempatkan untuk menemukan terobosan yang aspiratif dari bawah.

Sekali lagi saya merasa beruntung sebab Presiden Joko Widodo saat ini mengeluarkan program Nawacita. Nah , temu aspirasi yang dikemas dalam beragam pagelaran budaya lokal itu ternyata termasuk dari sembilan poin penting. Malah yang teratas menghadirkan negara di tengah rakyat. Dengan artian, Nawacita sekarang ini sudah dikibarkan di bumi Sergai, Kabupaten Tanah Bertuah Negeri Beradat.

Soekirman
Bupati Serdangbedagai
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5754 seconds (0.1#10.140)