Potensi Indonesia Menjadi Kekuatan Ekonomi Global

Rabu, 10 Juni 2015 - 08:22 WIB
Potensi Indonesia Menjadi...
Potensi Indonesia Menjadi Kekuatan Ekonomi Global
A A A
Indonesia adalah negara besar dengan potensi dan peluang ekonomi yang menjanjikan. Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang bisa menjadi peluang memajukan perekonomian.

Sumber daya manusia juga melimpah yang bisa menjadi potensi sekaligus menciptakan peluang pasar yang bisa menggerakkan perekonomian. Selain bertumpu pada faktor sumber daya alam, Indonesia juga tumbuh dengan ditopang oleh besarnya konsumsi domestik yang besar. Masa mendatang pertumbuhan kelas menengah baru bahkan kian membesar.

McKinsey Global Institute memperkirakan pada 2030 pertumbuhan kelas konsumen Indonesia menjadi 135 juta dari 45 juta penduduk yang saat ini berpendapatan USD3.600 per kapita per tahun. Indonesia juga memiliki potensi dan peluang menjadi negara besar dalam kekuatan ekonomidunia. SurveiMcKinsey Global Institute (2012) menyebutkan Indonesia berpotensi menjadi negara maju, setidaknya akan tercapai pada 2030 dan memperkirakan ekonomi Indonesia menjadi terbesar ketujuh dunia pada 2030.

Setidaknya ada empat sektor potensial yang akan menopang laju perekonomian Indonesia pada masa mendatang yakni pelayanan konsumen atau jasa, pertanian dan perikanan, sumber daya alam, serta pendidikan. Potensi pasar domestik pada empat sektor tersebut akan meningkat dari USD0,5 triliun menjadi USD1,8 triliun. Selainitu, menurutMcKinsey Global Institute (2012) ada beberapa faktor yang mendorong Indonesia menjadi negara industri maju di antaranya:

Pertama, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai paling stabil di dunia. Kesimpulan ini juga diperkuat oleh laporan Bank Indonesia bahwa perekonomian Indonesia paling stabil di dunia dalam periode 4-5 tahun terakhir. Kedua, sekitar 90% pertumbuhan ekonomi nasional berasal dari wilayah di luar Jawa. Jadi, pertumbuhan ekonomi ini bukan hanya terjadi di Jawa atau Jakarta.

Ketiga, sekitar 11% ekspor komoditas berasal dari sektor nonmigas. Ini membantah mitos bahwa model pertumbuhan dalam negeri didominasi ekspor. Keempat, pemakaian sumber daya sudah berkurang, bahkan sudah berkurang hingga 7%. Ini juga membantah bahwa sumber daya adalah penopang utama perekonomian. Kelima, sekitar 60% pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan produktivitas. Ini juga membantah bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dari pertumbuhan angkatan kerja. ***

Pada satu sisi, ada optimisme bahwa ekonomi Indonesia memiliki peluang untuk menjadi kekuatan ekonomi besar dunia. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana kita mampu mendayagunakan kemampuan dan kapasitas bangsa kita sendiri dalam mengeliminasi berbagai hambatan dan sekaligus mengoptimalkan potensi dan peluang sumber daya yang ada.

Dari sisi sumber daya alam, Indonesia memang banyak kehilangan peluang dalam mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Sumber daya alam tidak mampu dikelola untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Salah kelola itu bisa dilihat dari potensi yang hilang akibat dari illegal logging, illegal fishing, dan illegal mining. Potensi yang ada juga tidak dimanfaatkan melalui penciptaan nilai tambah bagi perekonomian.

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang besar, terutama sektor pertanian/ kelautan, kehutanan, dan pertambangan. Investasi di sektor-sektor tersebut juga terus tumbuh. Selama 2014 hingga triwulan I/2015, investasi di sektor pertambangan dan pertanian/ kelautan tumbuh signifikan.

Potensi yang besar ini bisa menjadi sumber pertumbuhan pada masa depan dengan dukungan perangkat ekonomi nasional seperti kebijakan investasi, kebijakan fiskal, moneter, dan perbankan yang diarahkan pada pengembangan sektor-sektor tersebut. Di samping sektor pertambangan dan perikanan/kelautan, politik energi juga semakin penting pada masa mendatang.

Indonesia harus mengadopsi kebijakan bioenergi atau lebih populer disebut dengan energi hijau karena energi konvensional yang berasal dari sumber energi fosil sudah semakin terbatas. Dari sisi pengelolaan makroekonomi, kita masih terpaku pada kebijakan konvensional yang sudah terbukti tidak mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi lebih cepat. Keberhasilan dalam mengelola stabilitas makroekonomi, belum menyentuh perbaikan secara menyeluruh di sektor riil.

Sektor riil belum memperoleh manfaat dari stabilitas makroekonomi berupa penurunan suku bunga yang mampu memberikan dukungan penciptaan daya saing. Suku bunga yang rendah diperlukan untuk menggerakkan sektor riil dan memacu investasi. Dorongan investasi diperlukan untuk menciptakan kualitas pertumbuhan yang mampu mendukung tingkat penyerapan laju angkatan kerja dan penurunan kemiskinan.

Laju pertumbuhan juga harus lebih tinggi dari pencapaian inflasi sehingga ada kenaikan pendapatan yang diterima masyarakat. Potensi penduduk yang besar dan daya beli kelompok kelas menengah yang terus meningkat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Perekonomian juga memiliki peluang untuk tumbuh lebih cepat jika pemerintah mampu mengelola iklim investasi dan daya saing ekspor. Pengeluaran pemerintah (government spending) juga mulai memberikan peran penting, seiring pemangkasan beban subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang dialihkan untuk pembangunan infrastruktur. ***

Perbaikan iklim investasi menjadi sangat penting karena krisis global telah mendorong para investor mencari tempat investasi yang aman dan menguntungkan. Perbaikan iklim investasi harus mencakup tiga komponen utama.

Pertama, kelompok kebijakan pemerintah yang memengaruhi biaya (cost) seperti pajak, beban regulasi, dan pungli (red tape); korupsi, infrastruktur, ongkos operasi, dan investasi perusahaan (finance cost); dan intervensi di pasar tenaga kerja. Kedua, kelompok yang memengaruhi risiko yang terdiri atas stabilitas makroekonomi, stabilitas, prediktibilitas kebijakan, hak properti (property right), kepastian kontrak, dan hak untuk mentransfer keuntungan.

Ketiga, hambatan untuk kompetisi yang terdiri atas hambatan regulasi untuk masuk dan keluar dari kegiatan bisnis, berfungsinya pasar keuangan dan infrastruktur. Perekonomian kita juga harus mempromosikan kekuatan usaha kecil menengah dan koperasi untuk semakin berkembang dan memberikan kontribusi terhadap perekonomian.

Investasi tidak hanya mengandalkan usaha besar yang cenderung banyak dibebani utang, tetapi juga harus mempromosikan sektor UKM yang lebih tahan terhadap guncangan krisis. Indonesia memiliki potensi UKM yang besar yang bisa menjadi katup pengaman dalam menampung angkatan kerja saat industri manufaktur yang kini terus merosot. Tidak kalah penting adalah kekuatan ekonomi harus didukung oleh kekuatan industri manufaktur yang berdaya saing.

Potensi sektor manufaktur memang sudah semakin menurun karena sektor industri manufaktur kini sudah masuk fase deindustrialisasi secara berlanjut dan memperburuk daya saing industri dan ekspor. Ancaman deindustrialisasi itu ditandai oleh kontribusi sektor industri manufaktur yang lebih rendah daripada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). Suatu negara berhasil dalam proses industrialisasinya jika kontribusi sektor industri manufaktur mencapai 35%.

Data Kemenperin menunjukkan, pada 2011 kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB nasional tercatat 20,92% dan pada 2012 industri manufaktur menyumbang 20,8% terhadap PDB. Pada 2014 sektor manufaktur mampu menyumbang sebesar 20,65% terhadap PDB.

Aunur Rofiq
Sekjen DPP PPP/Praktisi Bisnis
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0611 seconds (0.1#10.140)