Membidik Perempuan Menjadi Nasabah Keuangan
A
A
A
Saat ini perempuan memegang peranan vital baik dalam bisnis maupun rumah tangga. Sayangnya, baru 18,84% perempuan yang melek mengenai keuangan. Perlu sosialisasi dan edukasi agar perempuan lebih mengetahui mengenai perencanaan keuangan termasuk investasi yang menguntungkan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini merilis survei yang mereka lakukan terhadap perempuan. Hasilnya perempuan memegang peranan besar dalam pengambilan keputusan di keuangan bisnis dan keluarga.
Mereka bertanggung jawab atas 51% perencanaan keuangan keluarga dan 33% usaha kecil di Indonesia. Tidak hanya itu, 57% pengguna produk dan layanan keuangan adalah perempuan. Sayangnya, survei OJK itu menunjukkan, hanya ada 18,84% perempuan Indonesia dengan tingkat literasi keuangan yang memadai.
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono mengatakan, pemberdayaan perempuan Indonesia dalam pengelolaan ekonomi di lintas sektor penting untuk mewujudkan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.
”Hal ini juga penting untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan, pria, keluarga, dan komunitas,” kata dia. Dia menjelaskan, lebih dari 40% dari total tenaga kerja di dunia adalah perempuan. Di banyak negara sektor-sektor yang berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi banyak bergantung pada tenaga kerja perempuan.
Menurut data Bank Dunia, perempuan menguasai 30-37% dari total kepemilikan usaha kecil menengah (8-10 juta perusahaan dimiliki oleh perempuan) di negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut perempuan yang akrab dipanggil Titu itu, akses kredit dapat membuka kesempatan ekonomi bagi perempuan, sementara akses ke penyimpanan uang di bank menawarkan pelayanan keuangan lainnya.
Namun, edukasi keuangan yang baik bagi perempuan sangatlah diperlukan mengingat kurangnya pengetahuan mereka di bidang ini. Hal itu berdampak pada keterbatasan perempuan memperoleh manfaat yang maksimal dari produk dan layanan keuangan yang disediakan. Di Indonesia survei OJK pada 2013 menunjukkan bahwa perempuan Indonesia memiliki tingkat literasi keuangan yang relatif rendah yaitu sekitar 18,84% dibandingkan lelaki yang berada di angka 25%.
Padahal, 51% pengelolaan uang keluarga dilakukan oleh istri. Kurangnya pemahaman atas produk atau instrumen keuangan ini cenderung disebabkan rendahnya tingkat literasi keuangan perempuan secara umum terhadap instrumen investasi lainnya, terutama yang masih tergolong baru seperti reksa dana, obligasi, dan unit link .
”Sangat disayangkan karena perempuan memiliki peran besar dalam mengelola keuangan keluarga. Di antaranya dalam mengambil keputusan keuangan keluarga dan 33% dari usaha kecil di Indonesia dimiliki perempuan,” terang EVP Head of Wealth Management and Business Strategy Commonwealth Bank Rian Kaslan. Rian mengatakan, peningkatan tingkat literasi keuangan perempuan merupakan hal yang perlu diwujudkan.
Perempuan Indonesia harus lebih menyadari peran penting mereka dalam pengelolaan keuangan baik itu dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun bisnis. Besarnya peran perempuan dalam mengelola keuangan dalam keluarga dan bisnis, lanjut dia, tidak sebanding dengan pemanfaatan instrumen investasi yang ada. Kendati begitu, ada beberapa instrumen investasi yang diminati perempuan seperti tabungan dan deposito.
Sementara itu, Direktur Utama BNI Asset Management Reita Farianti menambahkan, saat ini semakin banyak jumlah kaum perempuan yang melakukan perencanaan keuangan bagi keluarganya. Selain itu, menurut survei, sebesar 57% pengguna produk dan layanan keuangan pun adalah perempuan. Dengan begitu, kebutuhan untuk meningkatkan literasi keuangan perempuan sangatlah penting untuk dapat mencapai kesejahteraan bagi keluarga.
Menurut dia, peran lembaga-lembaga seperti OJK sangat penting untuk meningkatkan literasi keuangan, terutama bagi masyarakat menengah ke bawah yang tidak hanya berdomisili di perkotaan, tetapi juga di pedesaan. Lembaga keuangan lain seperti bank dan sekuritas pun dapat berkontribusi untuk meningkatkan literasi lewat program-program edukasi. Program ini dapat disampaikan lewat kelas-kelas kecil dan seminar ataupun lewat program dan aplikasi yang mudah diakses oleh semua orang.
Dia menyarankan, bagi perempuan terutama yang baru akan memulai berinvestasi, lebih baik memulai dengan yang produk yang simpel, murah, dan nyaman seperti produk reksa dana.
Hermansah
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini merilis survei yang mereka lakukan terhadap perempuan. Hasilnya perempuan memegang peranan besar dalam pengambilan keputusan di keuangan bisnis dan keluarga.
Mereka bertanggung jawab atas 51% perencanaan keuangan keluarga dan 33% usaha kecil di Indonesia. Tidak hanya itu, 57% pengguna produk dan layanan keuangan adalah perempuan. Sayangnya, survei OJK itu menunjukkan, hanya ada 18,84% perempuan Indonesia dengan tingkat literasi keuangan yang memadai.
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono mengatakan, pemberdayaan perempuan Indonesia dalam pengelolaan ekonomi di lintas sektor penting untuk mewujudkan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.
”Hal ini juga penting untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan, pria, keluarga, dan komunitas,” kata dia. Dia menjelaskan, lebih dari 40% dari total tenaga kerja di dunia adalah perempuan. Di banyak negara sektor-sektor yang berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi banyak bergantung pada tenaga kerja perempuan.
Menurut data Bank Dunia, perempuan menguasai 30-37% dari total kepemilikan usaha kecil menengah (8-10 juta perusahaan dimiliki oleh perempuan) di negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut perempuan yang akrab dipanggil Titu itu, akses kredit dapat membuka kesempatan ekonomi bagi perempuan, sementara akses ke penyimpanan uang di bank menawarkan pelayanan keuangan lainnya.
Namun, edukasi keuangan yang baik bagi perempuan sangatlah diperlukan mengingat kurangnya pengetahuan mereka di bidang ini. Hal itu berdampak pada keterbatasan perempuan memperoleh manfaat yang maksimal dari produk dan layanan keuangan yang disediakan. Di Indonesia survei OJK pada 2013 menunjukkan bahwa perempuan Indonesia memiliki tingkat literasi keuangan yang relatif rendah yaitu sekitar 18,84% dibandingkan lelaki yang berada di angka 25%.
Padahal, 51% pengelolaan uang keluarga dilakukan oleh istri. Kurangnya pemahaman atas produk atau instrumen keuangan ini cenderung disebabkan rendahnya tingkat literasi keuangan perempuan secara umum terhadap instrumen investasi lainnya, terutama yang masih tergolong baru seperti reksa dana, obligasi, dan unit link .
”Sangat disayangkan karena perempuan memiliki peran besar dalam mengelola keuangan keluarga. Di antaranya dalam mengambil keputusan keuangan keluarga dan 33% dari usaha kecil di Indonesia dimiliki perempuan,” terang EVP Head of Wealth Management and Business Strategy Commonwealth Bank Rian Kaslan. Rian mengatakan, peningkatan tingkat literasi keuangan perempuan merupakan hal yang perlu diwujudkan.
Perempuan Indonesia harus lebih menyadari peran penting mereka dalam pengelolaan keuangan baik itu dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun bisnis. Besarnya peran perempuan dalam mengelola keuangan dalam keluarga dan bisnis, lanjut dia, tidak sebanding dengan pemanfaatan instrumen investasi yang ada. Kendati begitu, ada beberapa instrumen investasi yang diminati perempuan seperti tabungan dan deposito.
Sementara itu, Direktur Utama BNI Asset Management Reita Farianti menambahkan, saat ini semakin banyak jumlah kaum perempuan yang melakukan perencanaan keuangan bagi keluarganya. Selain itu, menurut survei, sebesar 57% pengguna produk dan layanan keuangan pun adalah perempuan. Dengan begitu, kebutuhan untuk meningkatkan literasi keuangan perempuan sangatlah penting untuk dapat mencapai kesejahteraan bagi keluarga.
Menurut dia, peran lembaga-lembaga seperti OJK sangat penting untuk meningkatkan literasi keuangan, terutama bagi masyarakat menengah ke bawah yang tidak hanya berdomisili di perkotaan, tetapi juga di pedesaan. Lembaga keuangan lain seperti bank dan sekuritas pun dapat berkontribusi untuk meningkatkan literasi lewat program-program edukasi. Program ini dapat disampaikan lewat kelas-kelas kecil dan seminar ataupun lewat program dan aplikasi yang mudah diakses oleh semua orang.
Dia menyarankan, bagi perempuan terutama yang baru akan memulai berinvestasi, lebih baik memulai dengan yang produk yang simpel, murah, dan nyaman seperti produk reksa dana.
Hermansah
(ars)