Ditunggu, Solusi Konkret Pemerintah
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah insan sepak bola Tanah Air berharap pemerintah, terutama Menpora Imam Nahrawi, dan pihak terkait segera mencari solusi konkret pascasanksi Federasi Sepak Bola Dunia atau FIFA.
Langkah nyata dibutuhkan karena banyak pihak menjadi korban, terutama para pemain. Harapan tersebut di antaranya disampaikan kapten Persib Bandung Atep, gelandang muda Bali United Pusam (BUP) Bayu Gatra, dan penyerang Persipura Jayapura Boaz Solossa. “Itu (sanksi) memengaruhi kondisi kami dan juga banyak orang yang pencariannya dari sepak bola.
Ya, tentu sangat merugikan, karena sebenarnya ini yang sangat kami takutkan terjadi dari dulu, dan akhirnya sekarang semuanya sudah terjadi. Sekarang kami meminta tindakan nyata Menpora,” ungkap Atep. Bayu Gatra juga mengkhawatirkan persoalan ini akan berlangsung berlarutlarut tanpa ada penyelesaian.
Bayu pun sangat berharap kehidupan para pemain dan seluruh pihak yang berkecimpung di sepak bola Indonesia bisa diperhatikan. Sebagaipemain, diajugaberharappersoalan bisa segera diselesaikan secepatnya. “Kalau menurut saya harus dicari jalan keluar yang terbaik, karena yang dirugikan jelas adalah pemain.
Pokoknya kedua pihak harus mencari jalan tengah terbaik, harus segera islah agar persoalan ini bisa cepat selesai,” ujar pesepak bola yang sempat membela tim nasional (timnas) Indonesia U-23 di SEA Games 2013 itu Boaz Solossa mengharapkan Kemenpora bersama PSSI bisa duduk bersama membahas sanksi dari FIFA, agar klub-klub profesional dan timnas bisa kembali lagi bertanding di kejuaraan internasional.
Dia yakin jika Kemenpora, Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), dan PSSI bersediadudukbersama, sanksidari FIFA bisa secepatnya ditinjau kembali dan bisa dicabut sehingga gairah sepak bola dalam negeri bisa kembali hidup. “Kalau sampai mereka (Kemenpora dan PSSI) bisa berpikir kembali untuk sepak bola Indonesia berjalan baik, sanksi itu bisa saja tiga hari, satu minggu, atau seterusnya.
Tapi kalau yang berkompeten bisa duduk dan bahas masalah ini, pasti bisa menyelesaikan persoalan yang ada dan klubklub kembali bertanding lagi,” katanya. Dia menandaskan, seharusnya Kemenpora dan PSSI juga memikirkan nasib para pemain yang mempunyai segudang tanggungan untuk hidup mereka yang benar-benar bergantung pada sepak bola.
“Saya pernah sampaikan kepada teman pers pada saat mulai kisruh ini, ada beberapa pemain di tempat lain, di klub lain, yang sudah punya penghasilan lain mungkin pegawai negeri, yaitu mungkin itu bisa menghidupi keluarga. Tapi kasihan kepada teman-teman yang betul-betul mencari nafkah atau uang dari keringat mereka di sepak bola,” katanya.
Pelatih Indonesia U-23, Aji Santoso, mengkhawatirkan masa depan sepak bola Indonesia, terlebih jika sanksi FIFA akan berlarut-larut. Secara tegas, dia membantah anggapan sanksi FIFA merupakan awal dari kebangkitan sepak bola TanahAir. “Dasarnyadari mana? Parameternya apa? Untuk penilaian dan peringkat kita bisa naik di FIFA, kita harus menang di laga-laga resmi yang diakui FIFA.
Kalau disanksi semakin hancur dong peringkat kita,” tutur Aji. Lebih jauh dia mengatakan, pelarangan timnas berkiprah di ajang internasional akan melumpuhkan kaderisasi pemain. “Sekarang contohnya kita dibanned dua tahun terus generasinya Firman Utina, Boaz Solossa habis. Lalu yunioryunior, juga tidak bisa membela timnas di ajang internasional jika sanksi belum dicabut.
Kerugian besar itu namanya,” lanjutnya. Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyerahkan sepenuhnya solusi karutmarut sepak bola kepada Menpora. “Nantilah, biar Menpora yang evaluasi. Lihat saja,” kata Wapres di kawasan Pelabuhan Peti Kemas Kalibaru, Jakarta Utara, kemarin. FIFA secara resmi telah memberikan sanksi kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia karena dinilai telah melanggar statuta FIFA.
PSSI dianggap melanggar statuta FIFA pasal 13 dan 17 dengan adanya intervensi oleh pihak luar, dalam hal ini Kemenpora dan BOPI. Dengan adanya sanksi tersebut, PSSI yang menjadi induk olahraga sepak bola Indonesia kehilangan keanggotaannya dan timnas Indonesia dilarang mengikuti kegiatan skala internasional yang diadakan oleh FIFA dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Akan tetapi, federasi sepak bola dunia tersebut tetap memberi kesempatan pada timnas Indonesia U-23 untuk tetap berlaga di SEA Games 2015 Singapura. Sebelumnya, Kemenpora telah menegaskan bertanggung jawab atas dijatuhkannya sanksi oleh FIFA kepada PSSI dengan melakukan sejumlah langkah strategis sebagai konsekuensi dari sanksi tersebut.
Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora Gatot S Dewa Broto seperti yang dilansir tim media Kemenpora di Jakarta, mengatakan bahwa pihaknya akan segera bersinergi dengan berbagai lembaga terkait untuk menyempurnakan blue print pembenahan sepak bola nasional dalam waktu yang secepatnya. Kemenpora melalui Tim Transisi juga akan sesegera mungkin menggulirkan kembali berbagai tingkatan kompetisi untuk tataran profesional ataupun tataran amatir.
Decky irawan jasri/ muhammad ginanjar/ant
Langkah nyata dibutuhkan karena banyak pihak menjadi korban, terutama para pemain. Harapan tersebut di antaranya disampaikan kapten Persib Bandung Atep, gelandang muda Bali United Pusam (BUP) Bayu Gatra, dan penyerang Persipura Jayapura Boaz Solossa. “Itu (sanksi) memengaruhi kondisi kami dan juga banyak orang yang pencariannya dari sepak bola.
Ya, tentu sangat merugikan, karena sebenarnya ini yang sangat kami takutkan terjadi dari dulu, dan akhirnya sekarang semuanya sudah terjadi. Sekarang kami meminta tindakan nyata Menpora,” ungkap Atep. Bayu Gatra juga mengkhawatirkan persoalan ini akan berlangsung berlarutlarut tanpa ada penyelesaian.
Bayu pun sangat berharap kehidupan para pemain dan seluruh pihak yang berkecimpung di sepak bola Indonesia bisa diperhatikan. Sebagaipemain, diajugaberharappersoalan bisa segera diselesaikan secepatnya. “Kalau menurut saya harus dicari jalan keluar yang terbaik, karena yang dirugikan jelas adalah pemain.
Pokoknya kedua pihak harus mencari jalan tengah terbaik, harus segera islah agar persoalan ini bisa cepat selesai,” ujar pesepak bola yang sempat membela tim nasional (timnas) Indonesia U-23 di SEA Games 2013 itu Boaz Solossa mengharapkan Kemenpora bersama PSSI bisa duduk bersama membahas sanksi dari FIFA, agar klub-klub profesional dan timnas bisa kembali lagi bertanding di kejuaraan internasional.
Dia yakin jika Kemenpora, Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), dan PSSI bersediadudukbersama, sanksidari FIFA bisa secepatnya ditinjau kembali dan bisa dicabut sehingga gairah sepak bola dalam negeri bisa kembali hidup. “Kalau sampai mereka (Kemenpora dan PSSI) bisa berpikir kembali untuk sepak bola Indonesia berjalan baik, sanksi itu bisa saja tiga hari, satu minggu, atau seterusnya.
Tapi kalau yang berkompeten bisa duduk dan bahas masalah ini, pasti bisa menyelesaikan persoalan yang ada dan klubklub kembali bertanding lagi,” katanya. Dia menandaskan, seharusnya Kemenpora dan PSSI juga memikirkan nasib para pemain yang mempunyai segudang tanggungan untuk hidup mereka yang benar-benar bergantung pada sepak bola.
“Saya pernah sampaikan kepada teman pers pada saat mulai kisruh ini, ada beberapa pemain di tempat lain, di klub lain, yang sudah punya penghasilan lain mungkin pegawai negeri, yaitu mungkin itu bisa menghidupi keluarga. Tapi kasihan kepada teman-teman yang betul-betul mencari nafkah atau uang dari keringat mereka di sepak bola,” katanya.
Pelatih Indonesia U-23, Aji Santoso, mengkhawatirkan masa depan sepak bola Indonesia, terlebih jika sanksi FIFA akan berlarut-larut. Secara tegas, dia membantah anggapan sanksi FIFA merupakan awal dari kebangkitan sepak bola TanahAir. “Dasarnyadari mana? Parameternya apa? Untuk penilaian dan peringkat kita bisa naik di FIFA, kita harus menang di laga-laga resmi yang diakui FIFA.
Kalau disanksi semakin hancur dong peringkat kita,” tutur Aji. Lebih jauh dia mengatakan, pelarangan timnas berkiprah di ajang internasional akan melumpuhkan kaderisasi pemain. “Sekarang contohnya kita dibanned dua tahun terus generasinya Firman Utina, Boaz Solossa habis. Lalu yunioryunior, juga tidak bisa membela timnas di ajang internasional jika sanksi belum dicabut.
Kerugian besar itu namanya,” lanjutnya. Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyerahkan sepenuhnya solusi karutmarut sepak bola kepada Menpora. “Nantilah, biar Menpora yang evaluasi. Lihat saja,” kata Wapres di kawasan Pelabuhan Peti Kemas Kalibaru, Jakarta Utara, kemarin. FIFA secara resmi telah memberikan sanksi kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia karena dinilai telah melanggar statuta FIFA.
PSSI dianggap melanggar statuta FIFA pasal 13 dan 17 dengan adanya intervensi oleh pihak luar, dalam hal ini Kemenpora dan BOPI. Dengan adanya sanksi tersebut, PSSI yang menjadi induk olahraga sepak bola Indonesia kehilangan keanggotaannya dan timnas Indonesia dilarang mengikuti kegiatan skala internasional yang diadakan oleh FIFA dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Akan tetapi, federasi sepak bola dunia tersebut tetap memberi kesempatan pada timnas Indonesia U-23 untuk tetap berlaga di SEA Games 2015 Singapura. Sebelumnya, Kemenpora telah menegaskan bertanggung jawab atas dijatuhkannya sanksi oleh FIFA kepada PSSI dengan melakukan sejumlah langkah strategis sebagai konsekuensi dari sanksi tersebut.
Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora Gatot S Dewa Broto seperti yang dilansir tim media Kemenpora di Jakarta, mengatakan bahwa pihaknya akan segera bersinergi dengan berbagai lembaga terkait untuk menyempurnakan blue print pembenahan sepak bola nasional dalam waktu yang secepatnya. Kemenpora melalui Tim Transisi juga akan sesegera mungkin menggulirkan kembali berbagai tingkatan kompetisi untuk tataran profesional ataupun tataran amatir.
Decky irawan jasri/ muhammad ginanjar/ant
(bbg)