Para Biksu Semayamkan Air Berkah di Mendut
A
A
A
TEMANGGUNG - Puluhan biksu mengambil air berkah di Umbul Jumprit di Desa Tegalrejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, kemarin. Prosesi itu bagian dari rangkaian perayaan Tri Suci Waisak 2559 BE/ 2015.
Delapan majelis mengikuti ritual pengambilan air berkah yakni Sangha Theravada, Tantrayana, Tridharma, Kasogatan, Mahayana, Mapanbumi, Madhatantri, dan Sangha Mahanikaya. Sebelum perwakilan sangha mengambil air berkah dengan kendi, mereka melakukan puja bakti di altar di Kompleks Umbul Jumprit.
”Persiapan pengambilan air berkah telah dimulai sejak 18 Mei 2015 dengan melakukan pembersihan dan pengecatan ulang area Umbul Jumprit,” ujar Ketua Panitia Pengambilan Air Berkah Waisak 2015 Martinus Nata. Menurut Martinus, kegiatan dilanjutkan dengan pengisian air berkah Waisak ke dalam 12.000 botol pada 27 Mei 2015.
Air berkah itu juga telah disemayamkan di Candi Mendut, Kabupaten Magelang, Jateng, oleh para Biksu Sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) kemarin sore. ”Pada hari ini (kemarin) kami melakukan sarana puja kepada Tri Ratna dengan alunan ayat-ayat suci yang dilanjutkan dengan membawa air berkah dari Umbul Jumprit ke Candi Mendut,” sebut Martinus.
Prosesi dilakukan sekitar pukul 17.45 WIB ditandai pembacaan doa dan parita suci oleh 10 majelis Walubi di depan altar besar dengan patung Buddha Gautama dan hiasan buahbuahan serta rangkaian bunga di samping candi. Air berkah yang dibawa dengan kendi dari Umbul Jumprit itu tiba di pelataran Candi Mendut sekitar pukul 16.00 WIB.
Air itu diserahkan sejumlah perwakilan biksu antara lain kepada Wakil Ketua Umum Walubi Arief Harsono, Koordinator Dewan Sangha Walubi Biksu Thadisa Paramitha Mahastavira, dan Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Caliadi. Mereka meletakkan air berkah di altar, dilanjutkan penyalaan lilin pancawarna (biru, kuning, merah, putih, dan oranye) oleh 20 perwakilan majelis Walubi.
Cahaya bulan tampak di langit yang bersih di atas Candi Mendut, saat para biksu menyemayamkan air berkah ke dalam candi tersebut dalam suasana takzim. Diiringi pembacaan mantra dan parita oleh umat yang duduk bersila di pelataran bangunan bersejarah peninggalan zaman Buddha tersebut.
Air berkah dan api suci Waisak akan diarak oleh umat bersama para biksu dari Candi Mendut ke Candi Borobudur melalui prosesi akbar. Api suci Waisak diambil dari sumber api alam di Mrapen Kabupaten Grobogan, Jateng, hari ini, untuk selanjutnya disemayamkan di Candi Mendut.
Ketua Umum DPP Walubi S Hartati Murdaya dalam sambutan tertulis yang disampaikan Bhante Pabhakaro mengatakan, air berkah yang dibawa ke Candi Mendut untuk disemayamkan dan disakralkan itu akan dibawa melalui prosesi Waisak menuju Candi Borobudur.
Air berkah itu dipersembahkan sebagai sarana puja kepada para dewa dan bodhisattva sesuai tradisi umat Buddha Indonesia sejak masa lalu yang kemudian dibagikan kepada seluruh umat Buddha dan siapa saja sebagai simbol dari kesejukan, kemurnian, kesucian, kesehatan, dan kesejahteraan.
”Sebagai hikmah dari peristiwa itu, umat Buddha menjadikan peristiwa itu sebagai contoh dan teladan untuk senantiasa menggunakan air berkah yang telah dijadikan sarana puja dengan pembacaan parita-parita suci. Air berkah yang sakral akan membawa kesejukan, kesembuhan, ketenteraman, dan keselamatan,” katanya.
Ant
Delapan majelis mengikuti ritual pengambilan air berkah yakni Sangha Theravada, Tantrayana, Tridharma, Kasogatan, Mahayana, Mapanbumi, Madhatantri, dan Sangha Mahanikaya. Sebelum perwakilan sangha mengambil air berkah dengan kendi, mereka melakukan puja bakti di altar di Kompleks Umbul Jumprit.
”Persiapan pengambilan air berkah telah dimulai sejak 18 Mei 2015 dengan melakukan pembersihan dan pengecatan ulang area Umbul Jumprit,” ujar Ketua Panitia Pengambilan Air Berkah Waisak 2015 Martinus Nata. Menurut Martinus, kegiatan dilanjutkan dengan pengisian air berkah Waisak ke dalam 12.000 botol pada 27 Mei 2015.
Air berkah itu juga telah disemayamkan di Candi Mendut, Kabupaten Magelang, Jateng, oleh para Biksu Sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) kemarin sore. ”Pada hari ini (kemarin) kami melakukan sarana puja kepada Tri Ratna dengan alunan ayat-ayat suci yang dilanjutkan dengan membawa air berkah dari Umbul Jumprit ke Candi Mendut,” sebut Martinus.
Prosesi dilakukan sekitar pukul 17.45 WIB ditandai pembacaan doa dan parita suci oleh 10 majelis Walubi di depan altar besar dengan patung Buddha Gautama dan hiasan buahbuahan serta rangkaian bunga di samping candi. Air berkah yang dibawa dengan kendi dari Umbul Jumprit itu tiba di pelataran Candi Mendut sekitar pukul 16.00 WIB.
Air itu diserahkan sejumlah perwakilan biksu antara lain kepada Wakil Ketua Umum Walubi Arief Harsono, Koordinator Dewan Sangha Walubi Biksu Thadisa Paramitha Mahastavira, dan Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Caliadi. Mereka meletakkan air berkah di altar, dilanjutkan penyalaan lilin pancawarna (biru, kuning, merah, putih, dan oranye) oleh 20 perwakilan majelis Walubi.
Cahaya bulan tampak di langit yang bersih di atas Candi Mendut, saat para biksu menyemayamkan air berkah ke dalam candi tersebut dalam suasana takzim. Diiringi pembacaan mantra dan parita oleh umat yang duduk bersila di pelataran bangunan bersejarah peninggalan zaman Buddha tersebut.
Air berkah dan api suci Waisak akan diarak oleh umat bersama para biksu dari Candi Mendut ke Candi Borobudur melalui prosesi akbar. Api suci Waisak diambil dari sumber api alam di Mrapen Kabupaten Grobogan, Jateng, hari ini, untuk selanjutnya disemayamkan di Candi Mendut.
Ketua Umum DPP Walubi S Hartati Murdaya dalam sambutan tertulis yang disampaikan Bhante Pabhakaro mengatakan, air berkah yang dibawa ke Candi Mendut untuk disemayamkan dan disakralkan itu akan dibawa melalui prosesi Waisak menuju Candi Borobudur.
Air berkah itu dipersembahkan sebagai sarana puja kepada para dewa dan bodhisattva sesuai tradisi umat Buddha Indonesia sejak masa lalu yang kemudian dibagikan kepada seluruh umat Buddha dan siapa saja sebagai simbol dari kesejukan, kemurnian, kesucian, kesehatan, dan kesejahteraan.
”Sebagai hikmah dari peristiwa itu, umat Buddha menjadikan peristiwa itu sebagai contoh dan teladan untuk senantiasa menggunakan air berkah yang telah dijadikan sarana puja dengan pembacaan parita-parita suci. Air berkah yang sakral akan membawa kesejukan, kesembuhan, ketenteraman, dan keselamatan,” katanya.
Ant
(bbg)