Minyak Tumpah, Ratusan Nelayan Cilacap Tak Melaut
A
A
A
CILACAP - Ratusan nelayan di Cilacap, Jawa Tengah, terpaksa tidak melaut akibat adanya tumpahan minyak mentah (crude oil ) dari fasilitas single point mooring (SPM) Pertamina Refinery Unit IV Cilacap yang mengotori Pantai Teluk Penyu.
Dari pantauan kemarin, ratusan nelayan tampak mengumpulkan minyak mentah yang mengapung di air dan memasukkannya ke dalam drumdrum yang mereka bawa. ”Kami dalam beberapa hari terakhir tidak melaut akibat ada tumpahan minyak mentah ini. Padahal sekarang sudah mulai banyak ikan yang bermunculan karena telah memasuki musim angin timuran,” kata salah seorang nelayan Warsito.
Atas kejadian ini, dia mengharapkan Pertamina memberi ganti rugi kepada nelayan karena selain mengotori Pantai Teluk Penyu, rembesan minyak mentah tersebut berdampak buruk terhadap ikan. Legal and General Affair Manager Pertamina RU IV Cilacap Eko Hernanto mengatakan pihaknya akan membicarakan masalah ganti rugi tersebut dengan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap.
”Yang terpenting saat ini adalah upaya membersihkan pantai dari minyak,” katanya. Menurut dia, upaya pembersihan pantai dilakukan dengan cara manual berupa mengumpulkan minyak mentah maupun menggunakan cairan khusus oil dispersant . Dalam kesempatan terpisah, Public Relations Section Head Pertamina RU IV Cilacap Musriyadi menduga minyak mentah yang mengotori Pantai Teluk Penyu merupakan sisa rembesan yang keluar dari sambungan pipa karet (rubber hose) SPM yang mengalami kerusakan pada Rabu (20/5) malam.
”Kami sudah melakukan pengecekan kembali ke dalam air, di bawah SPM, tidak ada lagi kebocoran. Ini (minyak mentah) diyakini berasal dari sisa yang kemarin yang terjebak di daerah Karangbolong Nusakambangan, mungkin juga dari bagian-bagian yang tidak sempat tersisir sehingga baru hari ini menepi,” jelasnya.
Selain itu, menurut dia, minyak mentah di Pantai Teluk Penyu tidak menutup kemungkinan dari minyak-minyak yang sebenarnya telah terlokalisasi, tetapi terlepas akibat gelombang laut. Mengenai tumpahan minyak di Pantai Teluk Penyu, dia mengatakan bahwa pihaknya segera menanganinya dengan bantuan personel TNI/Polri dan nelayan.
”Minyak yang terlihat di tepi pantai merupakan sisa-sisa yang terpisah dari ceceran yang telah dilokalisasi. Oleh sebab itu Pertamina meningkatkan upaya penanggulangan pembersihan minyak hingga ke area tepi pantai,” tegasnya. Fasilitas SPM Pertamina RU IV Cilacap yang berlokasi sekitar 16 mil laut sebelah selatan Cilacap atau sekitar perairan selatan Pulau Nusakambangan mengalami kerusakan pada sambungan pipa karet (rubber hose ) yang digunakan untuk menyalurkan minyak mentah dari kapal tanker menuju kilang.
Pada saat yang sama sedang dilakukan aktivitas bongkar muat minyak mentah dari sebuah kapal tanker. Akibatnya, minyak mentah yang disalurkan melalui pipa karet bawah laut itu merembes keluar dari sambungan sehingga tercecer di perairan selatan Nusakambangan. Pertamina RU IV Cilacap pun segera menerjunkan tim penyelam untuk memperbaiki sambungan pipa karet.
Sementara HNSI Kabupaten Cilacap merumuskan permintaan ganti rugi untuk diajukan kepada Pertamina Refinery Unit IV Cilacap akibat tumpahan minyak mentah di perairan Nusakambangan dan sekitarnya. ”Kami sedang rumuskan. Waktu rapat yang pertama, Pertamina sudah menyampaikan permintaan maaf atas terjadinya tumpahan minyak akibat pipa minyak yang pecah,” kata Ketua HNSI Cilacap Indon Tjahjono.
Selain itu, menurut dia, Pertamina menyatakan sanggup untuk membersihkan wilayah perairan dari tumpahan minyak tersebut dan mengganti kerugian yang muncul. ”Tetapi kan ini, bentuk kerugiannya seperti apa, belum kita adakan pertemuan itu. Jadi, masih dalam proses,” katanya. Di Pantai Teluk Penyu, menurut dia, nelayan telah membersihkan pantai itu dari tumpahan minyak yang menepi dan sampai siang kemarin, proses itu masih berjalan.
”Nanti mereka (nelayan) mendapatkan semacam upah capai untuk membersihkan pantai dari tumpahan minyak itu. Yang lainnya nanti menyusul,” katanya. Dia mengatakan pembersihan tersebut telah dilakukan sejak Kamis (21/5) oleh nelayan dari Sentolo Kawat dengan mengerahkan 470 perahu, masingmasing mendapat tali asih dari Pertamina Rp500.000.
Dia mengatakan utusan Menteri Kelautan dan Perikanan serta Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup sudah melakukan investigasi atas tumpahan minyak mentah di perairan Nusakambangan dan sekitarnya. Dalam investigasi tersebut, kata dia, tim dari dua kementerian itu meminta keterangan dari Pertamina RU IV Cilacap maupun nelayan serta mengambil sampel air laut yang terkena minyak mentah dan mengambil foto dari tengah laut. ”Saya juga sedang menyusun kronologi kejadian tumpahan minyak itu untuk dilaporkan ke Menteri Kelautan dan Perikanan,” katanya.
Ant
Dari pantauan kemarin, ratusan nelayan tampak mengumpulkan minyak mentah yang mengapung di air dan memasukkannya ke dalam drumdrum yang mereka bawa. ”Kami dalam beberapa hari terakhir tidak melaut akibat ada tumpahan minyak mentah ini. Padahal sekarang sudah mulai banyak ikan yang bermunculan karena telah memasuki musim angin timuran,” kata salah seorang nelayan Warsito.
Atas kejadian ini, dia mengharapkan Pertamina memberi ganti rugi kepada nelayan karena selain mengotori Pantai Teluk Penyu, rembesan minyak mentah tersebut berdampak buruk terhadap ikan. Legal and General Affair Manager Pertamina RU IV Cilacap Eko Hernanto mengatakan pihaknya akan membicarakan masalah ganti rugi tersebut dengan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap.
”Yang terpenting saat ini adalah upaya membersihkan pantai dari minyak,” katanya. Menurut dia, upaya pembersihan pantai dilakukan dengan cara manual berupa mengumpulkan minyak mentah maupun menggunakan cairan khusus oil dispersant . Dalam kesempatan terpisah, Public Relations Section Head Pertamina RU IV Cilacap Musriyadi menduga minyak mentah yang mengotori Pantai Teluk Penyu merupakan sisa rembesan yang keluar dari sambungan pipa karet (rubber hose) SPM yang mengalami kerusakan pada Rabu (20/5) malam.
”Kami sudah melakukan pengecekan kembali ke dalam air, di bawah SPM, tidak ada lagi kebocoran. Ini (minyak mentah) diyakini berasal dari sisa yang kemarin yang terjebak di daerah Karangbolong Nusakambangan, mungkin juga dari bagian-bagian yang tidak sempat tersisir sehingga baru hari ini menepi,” jelasnya.
Selain itu, menurut dia, minyak mentah di Pantai Teluk Penyu tidak menutup kemungkinan dari minyak-minyak yang sebenarnya telah terlokalisasi, tetapi terlepas akibat gelombang laut. Mengenai tumpahan minyak di Pantai Teluk Penyu, dia mengatakan bahwa pihaknya segera menanganinya dengan bantuan personel TNI/Polri dan nelayan.
”Minyak yang terlihat di tepi pantai merupakan sisa-sisa yang terpisah dari ceceran yang telah dilokalisasi. Oleh sebab itu Pertamina meningkatkan upaya penanggulangan pembersihan minyak hingga ke area tepi pantai,” tegasnya. Fasilitas SPM Pertamina RU IV Cilacap yang berlokasi sekitar 16 mil laut sebelah selatan Cilacap atau sekitar perairan selatan Pulau Nusakambangan mengalami kerusakan pada sambungan pipa karet (rubber hose ) yang digunakan untuk menyalurkan minyak mentah dari kapal tanker menuju kilang.
Pada saat yang sama sedang dilakukan aktivitas bongkar muat minyak mentah dari sebuah kapal tanker. Akibatnya, minyak mentah yang disalurkan melalui pipa karet bawah laut itu merembes keluar dari sambungan sehingga tercecer di perairan selatan Nusakambangan. Pertamina RU IV Cilacap pun segera menerjunkan tim penyelam untuk memperbaiki sambungan pipa karet.
Sementara HNSI Kabupaten Cilacap merumuskan permintaan ganti rugi untuk diajukan kepada Pertamina Refinery Unit IV Cilacap akibat tumpahan minyak mentah di perairan Nusakambangan dan sekitarnya. ”Kami sedang rumuskan. Waktu rapat yang pertama, Pertamina sudah menyampaikan permintaan maaf atas terjadinya tumpahan minyak akibat pipa minyak yang pecah,” kata Ketua HNSI Cilacap Indon Tjahjono.
Selain itu, menurut dia, Pertamina menyatakan sanggup untuk membersihkan wilayah perairan dari tumpahan minyak tersebut dan mengganti kerugian yang muncul. ”Tetapi kan ini, bentuk kerugiannya seperti apa, belum kita adakan pertemuan itu. Jadi, masih dalam proses,” katanya. Di Pantai Teluk Penyu, menurut dia, nelayan telah membersihkan pantai itu dari tumpahan minyak yang menepi dan sampai siang kemarin, proses itu masih berjalan.
”Nanti mereka (nelayan) mendapatkan semacam upah capai untuk membersihkan pantai dari tumpahan minyak itu. Yang lainnya nanti menyusul,” katanya. Dia mengatakan pembersihan tersebut telah dilakukan sejak Kamis (21/5) oleh nelayan dari Sentolo Kawat dengan mengerahkan 470 perahu, masingmasing mendapat tali asih dari Pertamina Rp500.000.
Dia mengatakan utusan Menteri Kelautan dan Perikanan serta Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup sudah melakukan investigasi atas tumpahan minyak mentah di perairan Nusakambangan dan sekitarnya. Dalam investigasi tersebut, kata dia, tim dari dua kementerian itu meminta keterangan dari Pertamina RU IV Cilacap maupun nelayan serta mengambil sampel air laut yang terkena minyak mentah dan mengambil foto dari tengah laut. ”Saya juga sedang menyusun kronologi kejadian tumpahan minyak itu untuk dilaporkan ke Menteri Kelautan dan Perikanan,” katanya.
Ant
(bbg)