Masyarakat dalam Cengkeraman Kapitalisme
A
A
A
Sistem kapitalisme mulai berkembang di Inggris pada abad ke-18 dan kemudian menyebar luas ke kawasan Eropa Barat Laut dan Amerika Utara. Risalah terkenal Adam Smith, yaitu The Wealth of Nations (1776), dipercaya sebagai obor yang menyulut spirit kapitalisme klasik dengan ekspresi gagasan “laissez faire “ dalam ekonomi.
Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang menitikberatkan pada penguasaan modal untuk mencapai keuntungan. Ebensteinmenyebutkapitalisme sebagai sistem sosial yang holistik, bukan hanya menjurus pada sistem perekonomian. Dia mempertautkan kapitalisme dengan individualisme. Awal abad 20 kapitalisme harus menghadapi berbagai tekanan dan ketegangan yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Problematika sosial yang muncul dari implikasi kapitalisme adalah munculnya ketimpangan kelas. Sehingga hegemoni kaum kapitalis memenjarakan kebebasan manusia, inilah bentuk dehumanisasi yang tidak punya belas kasihan terhadap rakyat jelata. Sehingga yang berlaku adalah diktum Darwinisme siapa yang kuat dia yang bertahan. Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya.
Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar- besarnya. Semua orang bebas melakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara. Berangkat dari permasalahan di atas, Nur Sayyid Santoso Kristeva, lewat bukunya yang berjudul Kapitalisme, Negara dan Masyarakat mencoba menguraikan sistem kapitalisme global, menurutnya kemunculan sistem kapitalisme global ini sebagai semangat dalam menambah dan menguasai modal oleh negara-negara kapitalis yang mengakibatkan globalisasi bergerak dengan cepat dan menciptakan krisis pada masyarakat global.
Dalam hal ini penulis menekankan, untuk memahami sistem kapitalisme secara komprehensip, maka kita terlebih dahulu harus mengkritisi sejarah perkembangan ekonomi internasional, sebab kekuatan kaum kapitalis internasional semakin kuat karena berbagai aktor-aktor atau agen-agen pendukung, misalnya dengan didirikannya instrumen kapitalistik internasional.
Sejarah Ekonomi Internasional
Sejarah ekonomi internasional mulai berkembang setelah perang dunia II, khususnya pada tahun 1960- an, masa setelah tahun itu adalah masa di mana perusahaan-perusahaan multi nasional muncul di mana-mana dan waktu itu pula perdagangan internasional berkembang.
Kemudian setelah nilai tukar setengah-tetap Bretton Woods ditinggalkan pada tahun 1971- 1973, investasi dalam bentuk suratsurat berharga internasional dan pemberian kredit oleh bank mulai berkembang dengan cepat, seiring dengan meluasnya pasar modal ke seluruh dunia, yang menambah rumit hubungan ekonomi internasional dan membuka jalan bagi globalisasi ekonomi dunia yang terintegrasi dan saling tergantung (halaman 23-24).
Sejarah meluasnya kegiatan perusahaan ke seluruh dunia adalah sejarah yang teramat panjang, dan bukannya baru dimulai pada tahun 1960-an. Meski kegiatan dagang telah ada sejak zaman peradaban kuno, pada abad pertengahan khususnya di Eropa, barulah muncul kegiatan dagang yang teratur lintas negara, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang sifatnya korporasi swasta, meski sering kali mendapat dukungan dan bantuan yang besar dari pemerintah setempat.
Kemudian pada abad ke-14 perusahaan- perusahaan dagang dan bank-bank memainkan peran penting dalam kegiatan perdagangan ke seluruh dunia pada masa-masa awal Renaisans. Puncaknya pada abad ke-18 dengan dukungan penuh dari negara, berdirilah perusahaan-perusahaan dagang besar kolonial, seperti Dutch East India Company, British East India Company, Muscovy Company, Royal Africa Company, dan Hudson Bay Company.
Semua perusahaan ini menjadi pelopor perdagangan berskala besar di wilayah yang kelak menjadi wilayah jajahan yang penting (halaman 25). Oleh karena itu, dapat kita tarik suatu unsur yang paling penting dari sejarah ekonomi internasional dan kapitalisme, yaitu suatu unsur yang tampak dalam logika yang dipakai dalam dunia bisnis, namun berasal jauh di dalam sistem tersebut sebagai suatu aspek pokok dan bahkan primer dari orientasi prilakunya.
Kritik Marx terhadap kaum kapitalis adalah justru masyarakat ini menurutnya telah menjadikan hasrat untuk “memiliki” (to have ) dan mempergunakan (to use ) sebagai keinginan utama manusia. Akhirnya, terlepas dari kekurangan buku ini yang hanya sekumpulan tulisan-tulisan ketika penulis menjadi mahasiswa pascasarjana di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
NurulAnam ,
Pembina di Lembaga Kajian Kutub Yogyakarta (LKKY)
Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang menitikberatkan pada penguasaan modal untuk mencapai keuntungan. Ebensteinmenyebutkapitalisme sebagai sistem sosial yang holistik, bukan hanya menjurus pada sistem perekonomian. Dia mempertautkan kapitalisme dengan individualisme. Awal abad 20 kapitalisme harus menghadapi berbagai tekanan dan ketegangan yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Problematika sosial yang muncul dari implikasi kapitalisme adalah munculnya ketimpangan kelas. Sehingga hegemoni kaum kapitalis memenjarakan kebebasan manusia, inilah bentuk dehumanisasi yang tidak punya belas kasihan terhadap rakyat jelata. Sehingga yang berlaku adalah diktum Darwinisme siapa yang kuat dia yang bertahan. Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya.
Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar- besarnya. Semua orang bebas melakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara. Berangkat dari permasalahan di atas, Nur Sayyid Santoso Kristeva, lewat bukunya yang berjudul Kapitalisme, Negara dan Masyarakat mencoba menguraikan sistem kapitalisme global, menurutnya kemunculan sistem kapitalisme global ini sebagai semangat dalam menambah dan menguasai modal oleh negara-negara kapitalis yang mengakibatkan globalisasi bergerak dengan cepat dan menciptakan krisis pada masyarakat global.
Dalam hal ini penulis menekankan, untuk memahami sistem kapitalisme secara komprehensip, maka kita terlebih dahulu harus mengkritisi sejarah perkembangan ekonomi internasional, sebab kekuatan kaum kapitalis internasional semakin kuat karena berbagai aktor-aktor atau agen-agen pendukung, misalnya dengan didirikannya instrumen kapitalistik internasional.
Sejarah Ekonomi Internasional
Sejarah ekonomi internasional mulai berkembang setelah perang dunia II, khususnya pada tahun 1960- an, masa setelah tahun itu adalah masa di mana perusahaan-perusahaan multi nasional muncul di mana-mana dan waktu itu pula perdagangan internasional berkembang.
Kemudian setelah nilai tukar setengah-tetap Bretton Woods ditinggalkan pada tahun 1971- 1973, investasi dalam bentuk suratsurat berharga internasional dan pemberian kredit oleh bank mulai berkembang dengan cepat, seiring dengan meluasnya pasar modal ke seluruh dunia, yang menambah rumit hubungan ekonomi internasional dan membuka jalan bagi globalisasi ekonomi dunia yang terintegrasi dan saling tergantung (halaman 23-24).
Sejarah meluasnya kegiatan perusahaan ke seluruh dunia adalah sejarah yang teramat panjang, dan bukannya baru dimulai pada tahun 1960-an. Meski kegiatan dagang telah ada sejak zaman peradaban kuno, pada abad pertengahan khususnya di Eropa, barulah muncul kegiatan dagang yang teratur lintas negara, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang sifatnya korporasi swasta, meski sering kali mendapat dukungan dan bantuan yang besar dari pemerintah setempat.
Kemudian pada abad ke-14 perusahaan- perusahaan dagang dan bank-bank memainkan peran penting dalam kegiatan perdagangan ke seluruh dunia pada masa-masa awal Renaisans. Puncaknya pada abad ke-18 dengan dukungan penuh dari negara, berdirilah perusahaan-perusahaan dagang besar kolonial, seperti Dutch East India Company, British East India Company, Muscovy Company, Royal Africa Company, dan Hudson Bay Company.
Semua perusahaan ini menjadi pelopor perdagangan berskala besar di wilayah yang kelak menjadi wilayah jajahan yang penting (halaman 25). Oleh karena itu, dapat kita tarik suatu unsur yang paling penting dari sejarah ekonomi internasional dan kapitalisme, yaitu suatu unsur yang tampak dalam logika yang dipakai dalam dunia bisnis, namun berasal jauh di dalam sistem tersebut sebagai suatu aspek pokok dan bahkan primer dari orientasi prilakunya.
Kritik Marx terhadap kaum kapitalis adalah justru masyarakat ini menurutnya telah menjadikan hasrat untuk “memiliki” (to have ) dan mempergunakan (to use ) sebagai keinginan utama manusia. Akhirnya, terlepas dari kekurangan buku ini yang hanya sekumpulan tulisan-tulisan ketika penulis menjadi mahasiswa pascasarjana di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
NurulAnam ,
Pembina di Lembaga Kajian Kutub Yogyakarta (LKKY)
(bbg)