Garuda Indonesia Incar Rute Prancis-Jerman

Rabu, 20 Mei 2015 - 10:56 WIB
Garuda Indonesia Incar...
Garuda Indonesia Incar Rute Prancis-Jerman
A A A
Sebagai maskapai bintang lima, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tidak ingin kehilangan momentum. Berbagai upaya ekspansi dilakukan demi mempertahankan predikat bergengsi di industri penerbangan itu.

Di industri penerbanga, rekam jejak Garuda Indonesia memang tidak perlu diragukan. Maskapai pelat merah ini terkenal dengan layanan yang mumpuni. Apalagi, Garuda secara tidak langsung membawa brand negara yang otomatis menjadi perhatian pertama para pelancong dari luar negeri.

Berbekal predikat sebagai yang terbaik dari Skytrax, lembaga pemeringkat penerbangan independen di London, Garuda bertekad terus melebarkan sayap bisnisnya di sejumlah negara, termasuk ke wilayah Timur Tengah, China, hingga Eropa. Hingga saat ini maskapai yang berdiri sejak tahun 1949 itu telah melayani 76 destinasi di seluruh dunia dan berbagai lokasi eksotis di Indonesia.

Dengan jumlah penerbangan mencapai 600 penerbangan per hari dan jumlah armada yang dioperasikan mencapai 169 unit dengan rata-rata usia 4,5 tahun. Untuk rute Eropa, sebelumnya Garuda sudah memiliki destinasi langsung ke Amsterdam (Belanda) dan London (Inggris). Dua destinasi itu bahkan akan ditambah frekuensi penerbangannya sebelum membuka rute barukenegara lain di Benua Biru.

”Untuk menjadikan sebagai pemain global perseroan tetap harus menyasar ke wilayah baru. Tentu saja dengan strategi bisnis yang telah dipertimbangkan,” ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo kepada KORAN SINDO beberapa waktu lalu. Namun, ujar dia, setiap ekspansi bisnis ke wilayah internasional memiliki risiko tersendiri yang bobotnya lebih besar dibandingkan rute penerbangan domestik.

Hal ini karena terkait tiga faktor, yakni pertama nilai tukar mata uang, kedua supply atau over supply issue, dan ketiga pertumbuhan ekonomi global. Dia mengatakan, risiko rute-rute internasional memang lebih besar, apalagi Garuda ditopang oleh internasional sebanyak 45% atau sekitar 17 destinasi. Kendati demikian, apabila dilihat availability seat kilometres (ASK) atau kapasitas produksinya, Garuda mengantongi size di kisaran 45-55.

Dengan modal tersebut, Garuda harus benar-benar memastikan semua bisnis ke depannya bisa tahan terhadap tekanan eksternal. ”Oleh sebab itu, internasional menjadi tantangan utama kami, karena harus berhadapan dengan pemainpemain yang sudah sangat lama berada di pasar itu,” katanya.

Menurut Arif, ekspansi bisnis menuju pasar global yang dilakukan Garuda memang tidak akan mudah. Namun, bukan berarti tidak mungkin. Setelah Belanda dan Inggris, ke depan Garuda mengincar Prancis dan Jerman sebagai rute yang akan diterbangi. Pertimbangan rute kedua negara tersebut karena pertumbuhan ekonomi yang masih potensial di tengah krisis keuangan zona euro. ”Kita akan buka ke Prancis dan Jerman. Namun, saat ini kita akan fokus untuk penambahan frekuensi seperti yang ke Amsterdam, kita akan tambah dari sebelumnya lima menjadi enam penerbangan,” sebut Arif.

Meski demikian, perseroan masih belum memastikan kapan pembukaan rute baru ke Jerman dan Prancis bisa mulai dibuka. Ini karena Garuda masih harus menunggu datangnya pesawat pesanan jenis Boeing 777 dari produsennya di Amerika Serikat (AS). Wilayah Asia Pasifik juga akan terus menjadi ladang pemasukan baru bagi perseroan pada tahun ini.

Jika sebelumnya Garuda hanya melayani rute penerbangan reguler ke wilayah China, perseroan akan mengembangkan bisnis melalui penerbangan charter di sembilan kota di China. Kota tersebut adalah Chengdu, Chong Qin, Ningbo, Kunming, Junan, Harbin, Xian, Shenyang, Chengzhou untuk menuju Denpasar dan Manado. Untuk pasar Timur Tengah, Garuda berkomitmen menyasar pasar umrah yang jumlahnya dari tahun ke tahun terus meningkat.

Saat ini Garuda memiliki 21 penerbangan setiap pekan ke Jeddah dari Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar. Melalui penerbangan Jakarta-Jeddah, yang dilayani 14 kali per pekan, perseroan memperkenalkan layanan firstclass dengan menggunakan armada terbaru Boeing 777-300ER.

Merujuk pada hasil kinerja kuartal I 2015 yang mencetak laba bersih sebesar USD11,3 juta, Garuda Indonesia bisa jadi tambah percaya diri untuk melakukan ekspansi. Kinerja tersebut jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang menderita rugi bersih USD168 juta. Menurut Arif, kinerja positif tiga bulan pertama tahun ini berkat efisiensi yang dilakukan perseroan, termasuk memangkas pengeluaran yang tidak perlu.

Berbekal hasil tersebut, Garuda kini memfokuskan perhatian pada pengembangan layanan dan operasi dengan menganggarkan belanja modal sekitar USD135 juta. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askara Danadiputra mengatakan, manajemen Garuda telah melakukan efisiensi-efisiensi dengan memangkas belanja modal cukup besar.

Heru febrianto/Ichsan amin
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0668 seconds (0.1#10.140)