Evakuasi Erri dari Kawah Merapi Dramatis
A
A
A
BOYOLALI - Perjuangan penuh tantangan maut yang dilakukan Bakat “lahar” Setyawan, Indro Sambodo, Andri Susanto, Muksin, Rahmad Diyono, dan Rido akhirnya membuahkan hasil.
Tepat pukul 11.41 WIB kemarin, 6 anggota SAR Barameru Boyolali dan DIY ini berhasil menyentuh bibir kawah dengan membawa jasad Erri Yunanto, 21, mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta(UAJY) yang jatuh kekawah Gunung Merapi, Sabtu(16/5) sianglalu. Pengangkatan jasad Erri yang penuh risiko ini sangat dramatis.
Selama ini, tim SAR setempat belum pernah sekali pun berpengalaman mengevakuasi korban dari dalam kawah gunung. Lebih-lebih kawah Merapi yang dikenal sangat berbahaya karena merupakan salah satu sebagai gunung teraktif di dunia. Selain ancaman gas beracun dan terbakar, pengangkatan tubuh Erri dari kedalaman sekitar 100 meter dari kawah juga membutuhkan teknik tinggi. ”Tim harus memasang lebih dulu tambatan tali secara hatihati dan tidak boleh terjadi gesekan dengan batu,” ujar Kepala Kantor SAR Semarang Agus Hariyono kemarin.
Agus mengakui, sekali salah perhitungan, proses evakuasi justru rawan menimbulkan korban jiwa bagi tim rescue. Kendala yang dialami tim evakuasi, khususnya mereka turun ke dalam kawah, adalah medan yang sulit, suhu yang tidak stabil, dan gas beracun. Agar tak terbakar, tim pun menggunakan pakaian antiapi dan dilengkapi tabung oksigen.
Pengangkatan korban dari posisinya setelah diangkat 50 meter menuju bibir kawah pun tidak mudah. Tim setidaknya membutuhkan waktu hingga dua jam. ”Caranya dengan ditarik berlahan agar tidak mengenai batu. Jaraknya sekitar 100 meter. Ada dua personel rescue yang berada di posisi korban,” ungkap Agus.
Tim yang turun ke kawah dilengkapi dua tali guna mengantisipasi jika ada tali yang putus. Karena jaraknya jauh, tali pun harus disambung-sambung. Setelah sampai di bibir kawah, kemudian jasad Erri dibawa secara estafet yang dibagi dalam 4 titik. Terdapat 10 tim dengan total 100 orang yang dikerahkan untuk membawa jenazah korban dari Pasar Bubrah hingga ke kaki Gunung.
Agus mengakui kasus evakuasi ini cukup unik dan baru pertama kali terjadi di Gunung Merapi. Dia sangat mengapresiasi dedikasi dan keberanian tim ini. Pihaknya akan mengusulkan ke Basarnas agar semua tim evakuasi, terutama 6 orang yang turun ke kawah, diberi penghargaan atas keberhasilannya.
Proses evakuasi kemarin merupakan lanjutan setelah sehari sebelumnya jasad Erri berhasil diangkat dari dasar kawah sampai ketinggian 50 meter. Proses evakuasi dimulai pukul 06.00 WIB.
Satu jam kemudian, 28 personel dari Kamp Pasar Bubrah menuju ke puncak. Tim lantas mulai mempersiapkan lintasan pengangkatan. Sekitar 49 menit kemudian, proses pengangkatan dengan cara vertical rescue dilakukan. ”Pada pukul 11.41 WIB korban berhasil diangkat ke bibir kawah,” ungkap Staf Operasi SAR Gabungan Irwan Santoso kemarin.
Pada pukul 13.15 WIB, tim evakuasi membawanya turun sampai ke Pasar Bubrah. Selang dua jam berikutnya, jenazah korban sudah sampai di Pos I. Evakuasi tuntas setelah sampai dibawah kaki Merapi sekitar pukul 16.23 WIB. Proses evakuasi dari Pos I sampai ke posko induk dilakukan melalui jalur alternatif, bukannya lewat New Selo, titik masuk jalur pendakian. ”Pengalihan jalur dilakukan tim evakuasi karena jalur pendakian umum dinilai terlalu curam sehingga tim evakuasi memutuskan mengambiljalurlain,” terangnya.
Jenazah lantas dijemput mobil ambulans dari PMI Kabupaten Sleman di Plalangan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali. Selanjutnya jasad mahasiswa Jurusan Teknik Industri ini dibawa ke RSUD Pandanarang Boyolali. Lokasi serah terima jenazah korban berubah dari rencana semula. ”Rencana semula dilaksanakan di Joglo Lencoh, namun permintaan pihak keluarga korban langsung dilaksanakan di rumah sakit,” sambungnya.
Kapolres Boyolali AKBP Budi Sartono mengatakan, dari pemeriksaan medis, tubuh Eri Yunanto mengalami luka di beberapa bagian. Selain itu tampak luka bakar antara lain di kepala, perut, dan kaki patah. Luka tersebut diperkirakan akibat benturan saat jatuh. ”Hasil visum secara resmi belum keluar, tetapi luka yang dialami korban antara lain itu,” terangnya.
Langsung Dimakamkan
Isak tangis orang tua dan kerabat Erri langsung pecah begitu mobil ambulans AB 1646 CE milik PMI Sleman tiba di rumah duka, Dusun Biru, Desa Trihanggo, Gamping, Sleman, DIY tadi malam sekitar pukul 20.00 WIB. Kakak Erri, Ekky, yang ikut dalam proses pencarian Erri di New Selo, Boyolali, juga tak kuasa menahan air mata setelah turun dari mobil.
Bupati Sleman Sri Purnomo dan camat Gamping Priyo Handoko juga terlihat hadir di rumah duka. Setelah disalatkan dan didoakan, jenazah mahasiswa UAJY angkatan 2012 itu langsung dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) dusun setempat.
Liang kubur untuk Erri pun sudah disiapkan para tetangga sejak siang. Lokasi TPU berjarak 200 meter sebelah utara dari rumah orang tua Erri. Ayah Erri Yunanto, Nuryanto, mengaku sudah mengikhlaskan setelah mendapat kabar anaknya ditemukan dalam keadaan meninggal.
”Kami sudah mengikhlaskan,” kata Nuryanto singkat. Perwakilan keluarga Erri, Sentot, menambahkan, keluarga sudah menggelar pengajian sejak Minggu malam secara berturut-turut sampai tiga hari.
Ary wahyu wibowo/ Priyo setyawan
Tepat pukul 11.41 WIB kemarin, 6 anggota SAR Barameru Boyolali dan DIY ini berhasil menyentuh bibir kawah dengan membawa jasad Erri Yunanto, 21, mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta(UAJY) yang jatuh kekawah Gunung Merapi, Sabtu(16/5) sianglalu. Pengangkatan jasad Erri yang penuh risiko ini sangat dramatis.
Selama ini, tim SAR setempat belum pernah sekali pun berpengalaman mengevakuasi korban dari dalam kawah gunung. Lebih-lebih kawah Merapi yang dikenal sangat berbahaya karena merupakan salah satu sebagai gunung teraktif di dunia. Selain ancaman gas beracun dan terbakar, pengangkatan tubuh Erri dari kedalaman sekitar 100 meter dari kawah juga membutuhkan teknik tinggi. ”Tim harus memasang lebih dulu tambatan tali secara hatihati dan tidak boleh terjadi gesekan dengan batu,” ujar Kepala Kantor SAR Semarang Agus Hariyono kemarin.
Agus mengakui, sekali salah perhitungan, proses evakuasi justru rawan menimbulkan korban jiwa bagi tim rescue. Kendala yang dialami tim evakuasi, khususnya mereka turun ke dalam kawah, adalah medan yang sulit, suhu yang tidak stabil, dan gas beracun. Agar tak terbakar, tim pun menggunakan pakaian antiapi dan dilengkapi tabung oksigen.
Pengangkatan korban dari posisinya setelah diangkat 50 meter menuju bibir kawah pun tidak mudah. Tim setidaknya membutuhkan waktu hingga dua jam. ”Caranya dengan ditarik berlahan agar tidak mengenai batu. Jaraknya sekitar 100 meter. Ada dua personel rescue yang berada di posisi korban,” ungkap Agus.
Tim yang turun ke kawah dilengkapi dua tali guna mengantisipasi jika ada tali yang putus. Karena jaraknya jauh, tali pun harus disambung-sambung. Setelah sampai di bibir kawah, kemudian jasad Erri dibawa secara estafet yang dibagi dalam 4 titik. Terdapat 10 tim dengan total 100 orang yang dikerahkan untuk membawa jenazah korban dari Pasar Bubrah hingga ke kaki Gunung.
Agus mengakui kasus evakuasi ini cukup unik dan baru pertama kali terjadi di Gunung Merapi. Dia sangat mengapresiasi dedikasi dan keberanian tim ini. Pihaknya akan mengusulkan ke Basarnas agar semua tim evakuasi, terutama 6 orang yang turun ke kawah, diberi penghargaan atas keberhasilannya.
Proses evakuasi kemarin merupakan lanjutan setelah sehari sebelumnya jasad Erri berhasil diangkat dari dasar kawah sampai ketinggian 50 meter. Proses evakuasi dimulai pukul 06.00 WIB.
Satu jam kemudian, 28 personel dari Kamp Pasar Bubrah menuju ke puncak. Tim lantas mulai mempersiapkan lintasan pengangkatan. Sekitar 49 menit kemudian, proses pengangkatan dengan cara vertical rescue dilakukan. ”Pada pukul 11.41 WIB korban berhasil diangkat ke bibir kawah,” ungkap Staf Operasi SAR Gabungan Irwan Santoso kemarin.
Pada pukul 13.15 WIB, tim evakuasi membawanya turun sampai ke Pasar Bubrah. Selang dua jam berikutnya, jenazah korban sudah sampai di Pos I. Evakuasi tuntas setelah sampai dibawah kaki Merapi sekitar pukul 16.23 WIB. Proses evakuasi dari Pos I sampai ke posko induk dilakukan melalui jalur alternatif, bukannya lewat New Selo, titik masuk jalur pendakian. ”Pengalihan jalur dilakukan tim evakuasi karena jalur pendakian umum dinilai terlalu curam sehingga tim evakuasi memutuskan mengambiljalurlain,” terangnya.
Jenazah lantas dijemput mobil ambulans dari PMI Kabupaten Sleman di Plalangan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali. Selanjutnya jasad mahasiswa Jurusan Teknik Industri ini dibawa ke RSUD Pandanarang Boyolali. Lokasi serah terima jenazah korban berubah dari rencana semula. ”Rencana semula dilaksanakan di Joglo Lencoh, namun permintaan pihak keluarga korban langsung dilaksanakan di rumah sakit,” sambungnya.
Kapolres Boyolali AKBP Budi Sartono mengatakan, dari pemeriksaan medis, tubuh Eri Yunanto mengalami luka di beberapa bagian. Selain itu tampak luka bakar antara lain di kepala, perut, dan kaki patah. Luka tersebut diperkirakan akibat benturan saat jatuh. ”Hasil visum secara resmi belum keluar, tetapi luka yang dialami korban antara lain itu,” terangnya.
Langsung Dimakamkan
Isak tangis orang tua dan kerabat Erri langsung pecah begitu mobil ambulans AB 1646 CE milik PMI Sleman tiba di rumah duka, Dusun Biru, Desa Trihanggo, Gamping, Sleman, DIY tadi malam sekitar pukul 20.00 WIB. Kakak Erri, Ekky, yang ikut dalam proses pencarian Erri di New Selo, Boyolali, juga tak kuasa menahan air mata setelah turun dari mobil.
Bupati Sleman Sri Purnomo dan camat Gamping Priyo Handoko juga terlihat hadir di rumah duka. Setelah disalatkan dan didoakan, jenazah mahasiswa UAJY angkatan 2012 itu langsung dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) dusun setempat.
Liang kubur untuk Erri pun sudah disiapkan para tetangga sejak siang. Lokasi TPU berjarak 200 meter sebelah utara dari rumah orang tua Erri. Ayah Erri Yunanto, Nuryanto, mengaku sudah mengikhlaskan setelah mendapat kabar anaknya ditemukan dalam keadaan meninggal.
”Kami sudah mengikhlaskan,” kata Nuryanto singkat. Perwakilan keluarga Erri, Sentot, menambahkan, keluarga sudah menggelar pengajian sejak Minggu malam secara berturut-turut sampai tiga hari.
Ary wahyu wibowo/ Priyo setyawan
(ftr)