Si Nyonya Tua Penakluk Juara
A
A
A
MADRID - Juventus mempertegas reputasi sebagai spesialis penakluk juara bertahan. Namun, mereka wajib berjuang keras agar keberhasilan ini tidak sia-sia.
La Vecchia Signora (si Nyonya Tua) memupus harapan Real Madrid untuk kembali bertakhta di Liga Champions melalui kemenangan agregat 3-2seusai bermain 1-1 pada leg kedua semifinal di Santiago Bernabeu dini hari kemarin. Inilah kelima kali mereka melakukannya di panggung termegah antarklub Benua Biru, dua di antaranya terhadap Los Blancos.
Sebelum musim ini Juventus mengganjal Madrid di 4 besar kompetisi 2002/2003. Korban mereka lain adalah Aston Villa (8 besar 1982/1983), Liverpool (final 1984/ 1985), dan Ajax Amsterdam (final 1995/ 1996). Terdapat fenomena unik pada prestasi Juventus tersebut. Kesuksesan menumbangkan sang raja lama pada final membuahkan trofi (1984/ 1985, 1995/1996).
Namun, capaian menyisihkan juara bertahan pada babak sebelumnya menyebabkan sakit hati. Juventus justru menyerah di partai puncak, dikalahkan Hamburg SV (1982/1983) dan AC Milan (2002/2003). Juventus harus menghancurkan pola ini saat meladeni Barcelona di Olimpiastadion, 6 Juni mendatang. Mereka kurang diunggulkan mengingat kehadiran trio maut Lionel Messi, Luis Suarez, Neymar andalan Barcelona.
Namun, La Vecchia Signora berjanji menciptakan kejutan. ”Kami datang ke Berlin bukan sebagai turis. Kami akan melakoni laga yang sangat berarti. Bermain pada final Liga Champions tidak datang setiap tahun. Karena itu, kami mesti mengerahkan segala kemampuan,” tutur kiper Juventus Gianluigi Buffon, yang mengangkat Trofi Piala Dunia di Olimpiastadion pada 2006.
Asa Juventus terbang ke Jerman bulan depan sempat tertutup setelah Cristiano Ronaldo mengeksekusi penalti. Inilah gol ke-307 pemain terbaik dunia itu bagi Madrid, menyamai torehan striker legendaris Alfredo di Stefano. Namun, langkah Juventus tidak terbendung menyusul kontribusi Alvaro Morata. Kedudukan 1-1 bertahan hingga wasit Jonas Eriksson meniup peluit akhir.
Hasil ini sekaligus memupus impian Madrid menjadi tim pertama yang bisa mempertahankan gelar di era Liga Champions. Nama terakhir yang sukses melakukannya adalah AC Milan (1988/1989- 1989/1990). ”Kami semua berpikir sudah menang begitu Ronaldo menciptakan gol. Ulah Morata kemudian membuat keadaan kembali sulit. Ini pelajaran berharga.
Meski begitu, saya merasa Juventus pantas ke final. Mereka tampil lebih baik di dua pertemuan,” papar bek Madrid Sergio Ramos. Final Liga Champions nanti merupakan duel dua tim dengan performa terbaik musim ini. Juventus dan Barcelona sama-sama berpeluang merebut tiga gelar. Peristiwa serupa sempat hadir ketika Inter Milan bersua Bayern Muenchen pada 2009/2010.
La Vecchia Signora sejauh ini telah mengamankan mahkota Seri A dan dijadwalkan bersua SS Lazio pada laga puncak Coppa Italia, yang dimajukan 20 Mei. Pertandingan itu sebelumnya dijadwalkan berlangsung 7 Juni, atau sehari selepas final Liga Champions. Sementara Barcelona memimpin empat angka dari Madrid pada persaingan Primera Liga.
Namun, masih diperbincangkan apakah Primera Liga bakal bergulir atau tidak menyusul rencana pemogokan pemain. Aksi demonstrasi tersebut turut menciptakan tanda tanya terkait status final Copa del Rey yang mempertemukan Barcelona dan Athletic Bilbao. ”Kami coba tidak menyianyiakan momen ini dan berusaha tampil baik di dua final. Barcelona mungkin paling menyulitkan.
Mustahil meladeni tim seperti mereka. Namun, partai nanti ditentukan di satu pertandingan, bukan dua leg . Karena itu, semua mungkin terjadi. Kami percaya dapat memenangkan Liga Champions,” tutur Pelatih Juventus Massimiliano Allegri. Duel Juventus-Barcelona merupakan pertarungan ketujuh Italia dan Spanyol di final Piala/Liga Champions.
Spanyol didukung sejarah karena memenangkan empat laga sebelumnya. Meski begitu, Juventus memiliki rekor personal baik atas Barcelona. Mereka meraih 4 kemenangan dan Cuma tumbang 2 kali.
Harley ikhsan
La Vecchia Signora (si Nyonya Tua) memupus harapan Real Madrid untuk kembali bertakhta di Liga Champions melalui kemenangan agregat 3-2seusai bermain 1-1 pada leg kedua semifinal di Santiago Bernabeu dini hari kemarin. Inilah kelima kali mereka melakukannya di panggung termegah antarklub Benua Biru, dua di antaranya terhadap Los Blancos.
Sebelum musim ini Juventus mengganjal Madrid di 4 besar kompetisi 2002/2003. Korban mereka lain adalah Aston Villa (8 besar 1982/1983), Liverpool (final 1984/ 1985), dan Ajax Amsterdam (final 1995/ 1996). Terdapat fenomena unik pada prestasi Juventus tersebut. Kesuksesan menumbangkan sang raja lama pada final membuahkan trofi (1984/ 1985, 1995/1996).
Namun, capaian menyisihkan juara bertahan pada babak sebelumnya menyebabkan sakit hati. Juventus justru menyerah di partai puncak, dikalahkan Hamburg SV (1982/1983) dan AC Milan (2002/2003). Juventus harus menghancurkan pola ini saat meladeni Barcelona di Olimpiastadion, 6 Juni mendatang. Mereka kurang diunggulkan mengingat kehadiran trio maut Lionel Messi, Luis Suarez, Neymar andalan Barcelona.
Namun, La Vecchia Signora berjanji menciptakan kejutan. ”Kami datang ke Berlin bukan sebagai turis. Kami akan melakoni laga yang sangat berarti. Bermain pada final Liga Champions tidak datang setiap tahun. Karena itu, kami mesti mengerahkan segala kemampuan,” tutur kiper Juventus Gianluigi Buffon, yang mengangkat Trofi Piala Dunia di Olimpiastadion pada 2006.
Asa Juventus terbang ke Jerman bulan depan sempat tertutup setelah Cristiano Ronaldo mengeksekusi penalti. Inilah gol ke-307 pemain terbaik dunia itu bagi Madrid, menyamai torehan striker legendaris Alfredo di Stefano. Namun, langkah Juventus tidak terbendung menyusul kontribusi Alvaro Morata. Kedudukan 1-1 bertahan hingga wasit Jonas Eriksson meniup peluit akhir.
Hasil ini sekaligus memupus impian Madrid menjadi tim pertama yang bisa mempertahankan gelar di era Liga Champions. Nama terakhir yang sukses melakukannya adalah AC Milan (1988/1989- 1989/1990). ”Kami semua berpikir sudah menang begitu Ronaldo menciptakan gol. Ulah Morata kemudian membuat keadaan kembali sulit. Ini pelajaran berharga.
Meski begitu, saya merasa Juventus pantas ke final. Mereka tampil lebih baik di dua pertemuan,” papar bek Madrid Sergio Ramos. Final Liga Champions nanti merupakan duel dua tim dengan performa terbaik musim ini. Juventus dan Barcelona sama-sama berpeluang merebut tiga gelar. Peristiwa serupa sempat hadir ketika Inter Milan bersua Bayern Muenchen pada 2009/2010.
La Vecchia Signora sejauh ini telah mengamankan mahkota Seri A dan dijadwalkan bersua SS Lazio pada laga puncak Coppa Italia, yang dimajukan 20 Mei. Pertandingan itu sebelumnya dijadwalkan berlangsung 7 Juni, atau sehari selepas final Liga Champions. Sementara Barcelona memimpin empat angka dari Madrid pada persaingan Primera Liga.
Namun, masih diperbincangkan apakah Primera Liga bakal bergulir atau tidak menyusul rencana pemogokan pemain. Aksi demonstrasi tersebut turut menciptakan tanda tanya terkait status final Copa del Rey yang mempertemukan Barcelona dan Athletic Bilbao. ”Kami coba tidak menyianyiakan momen ini dan berusaha tampil baik di dua final. Barcelona mungkin paling menyulitkan.
Mustahil meladeni tim seperti mereka. Namun, partai nanti ditentukan di satu pertandingan, bukan dua leg . Karena itu, semua mungkin terjadi. Kami percaya dapat memenangkan Liga Champions,” tutur Pelatih Juventus Massimiliano Allegri. Duel Juventus-Barcelona merupakan pertarungan ketujuh Italia dan Spanyol di final Piala/Liga Champions.
Spanyol didukung sejarah karena memenangkan empat laga sebelumnya. Meski begitu, Juventus memiliki rekor personal baik atas Barcelona. Mereka meraih 4 kemenangan dan Cuma tumbang 2 kali.
Harley ikhsan
(bbg)