Membangkitkan Tenaga Kerja Indonesia

Rabu, 13 Mei 2015 - 09:43 WIB
Membangkitkan Tenaga Kerja Indonesia
Membangkitkan Tenaga Kerja Indonesia
A A A
M MULYAWAN TUANKOTTA
Mahasiswa Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia

Momentum pada Mei ditandai dengan perayaan Hari Buruh Internasional yang jatuh pada 1 Mei atau biasa dikenal dengan nama Mayday. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang merayakan hari buruh internasional. Di Amerika Serikat, negara di mana sejarah Hari Buruh tersebut lahir justru tidak merayakan.

Namun berkaitan dengan hal tersebut, Indonesia memiliki momentum lain yakni Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei. Lalu apakah hubungan dari kedua hari besar tersebut? Konteks perburuhan erat kaitannya dengan terbukanya kesempatan kerja yang luas, dan tingkat kesejahteraan yang sesuai dengan waktu kerja ekonomis dan serta peningkatan produktivitas.

Secara agregat, hal tersebut akan membantu meningkatkan kapasitas tenaga kerja Indonesia. Tenaga kerja Indonesia yang tangguh merepresentasikan kekuatan sumber daya manusia, dan di situlah tujuan momentum Hari Kebangkitan Nasional. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan Agustus 2013 menunjukkan dari 118 juta angkatan kerja di Indonesia, ada 110 juta orang yang bekerja, menyisakan sekitar 7,3 juta penganggur.

Angka ini mengalami stagnasi dari Agustus 2012 (year on year), di mana jumlah pengangguran sekitar 7,2 juta. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia mengalami peningkatan sekitar 0,11% dari Agustus 2012–Agustus 2013 (2012: 6.14%; 2013: 6.25%).

Dari pengangguran terbuka tersebut, mayoritas didominasi oleh penganggur dengan latar belakang pendidikan SMA dan SMP masing-masing 25%, dan 23% pada tahun yang sama. Diperlukan instrumen kebijakan dari pemerintah untuk menyerap para lulusan SMA, terkhususnya yang tidak berkesempatan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi agar dapat masuk ke sektor pekerjaan formal.

Selama ini, Indonesia telah memiliki badan latihan kerja (BLK). BLK adalah saran pelatihan teknis dan keahlian untuk mempersiapkan SDM Indonesia menuju pekerjaan praktis sesuai dengan jenis kejuruannya. BLK pertama kali dibangun pada era Presiden Soekarno, kemudian lebih lanjut dibangun lagi pada era Soeharto.

Saat ini jumlah BLK yang dimiliki oleh pemerintah pusat ada sekitar 296, dan oleh pemerintah daerah sekitar 24 BLK. Namun, tidak semua dari BLK tersebut dapat difungsikan dengan baik, mayoritas berstatus rusak/catat, tidak sesuai spesifikasi kejuruan, dan kekurangan instruktur tenaga kerja.

Langkah pemerintahan Jokowi-JK dalam penghematan anggaran dengan memotong belanja subsidi BBM dapat dialihkan kepada pembangunan BLK, selain hanya infrastruktur. Pembangunan SDM lanjutan semisal pelatihan juga perlu mendapat prioritas, mengingat desain pendidikan nasional sudah terselenggarakan, namun desain persiapan tenaga kerja Indonesia yang berkualitas tidak urung dirampungkan.

Dengan demikian, memaknai hari Kebangkitan Nasional 20 Mei sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing bangsa, lewat pembangunan manusianya.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6101 seconds (0.1#10.140)