Terpana Paras Cantik Gadis Pujaan, Jenderal TNI Ini Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
loading...
A
A
A
"Kesukaan Bapak mah gampang, yang penting ada tempe atau tahu, Bapak pasti senang," kata Sri Suharti.
Foto pernikahan Bibit Waluyo dan Sri Suharti. REPRO/Love Story (Kisah Cinta Tokoh-Tokoh Terkemuka)
Setelah berpacaran, Bibit tak pernah absen apel malam minggu. Uniknya, taruna kelahiran Klaten, 5 Agustus 1949 itu tidak pernah mengajak teman-temannya di Akmil. Bukan tanpa alasan, Bibit tidak ingin ada saingan untuk mendapatkan Sri Suharti. Bibit sengaja memonopoli perhatian pujaan hati agar tidak melirik ke pria lain.
"Bapak selalu datang sendirian. Jadi, bagaimana mau kenal taruna yang lain? Walhasil, hanya Bapak taruna yang saya kenal," ujar Sri Suharti.
Gaya pacaran Bibit dan Sri tidak neko-neko. Keduanya lebih banyak bercengkerama di rumah dan makan masakan ibunda Sri Suharti. Ketika mempunyai uang lebih, Bibit baru mengajak Sri keluar berboncengan naik sepeda sore-sore. Makan bakso dan ketupat tahu jadi ritual rutin ketika keluar rumah.
Masa indah pacaran Bibit dan Sri selama dua tahun tiba-tiba harus terhenti. Bibit yang lulus dari AKABRI Darat pada 1972 ditugaskan ke Medan, Sumatera Utara. Surat menjadi satu-satunya media bagi dua sejoli itu untuk berkomunikasi dan melepas rindu. Meski jauh, Bibit dan Sri sama-sama memegang komitmen untuk selalu bersama.
"Kami sama-sama memegang komitmen. Di Medan, saya tidak punya pacar dan tidak pacaran dengan yang lain. Ikatan kami hanya surat. Surat-suratan seminggu sekali," kata mantan Pangkostrad ini.
Tiga tahun menjalani LDR (long distance relationship), Sri lulus SMA. Usianya sudah 19 tahun. Bibit pun memberanikan diri untuk melamarnya. Akhirnya pada Juni 1975 kedua menikah dalam suasana sederhana.
"Jauh dari kemewahan seperti sekarang ini. Maskawinnya saja hanya Al-Qur'an," tutur Sri.
Kehidupan sederhana dijalani Sri saat awal-awal Bibit meniti karier di militer. Namun tahun demi tahun karier Bibit terus menanjak. Ia pernah menjabat sebagai Danyonif 407/Padma Kusuma, lalu promosi menjadi Dandim 0703/Cilacap, Danrem 043/garuda Hitam, Kasdam IV/Diponegoro, Pangdam IV/Diponegoro, Komandan Seskoad, Panglima Kodam Jaya, dan Pangkostrad.
Foto pernikahan Bibit Waluyo dan Sri Suharti. REPRO/Love Story (Kisah Cinta Tokoh-Tokoh Terkemuka)
Setelah berpacaran, Bibit tak pernah absen apel malam minggu. Uniknya, taruna kelahiran Klaten, 5 Agustus 1949 itu tidak pernah mengajak teman-temannya di Akmil. Bukan tanpa alasan, Bibit tidak ingin ada saingan untuk mendapatkan Sri Suharti. Bibit sengaja memonopoli perhatian pujaan hati agar tidak melirik ke pria lain.
"Bapak selalu datang sendirian. Jadi, bagaimana mau kenal taruna yang lain? Walhasil, hanya Bapak taruna yang saya kenal," ujar Sri Suharti.
Gaya pacaran Bibit dan Sri tidak neko-neko. Keduanya lebih banyak bercengkerama di rumah dan makan masakan ibunda Sri Suharti. Ketika mempunyai uang lebih, Bibit baru mengajak Sri keluar berboncengan naik sepeda sore-sore. Makan bakso dan ketupat tahu jadi ritual rutin ketika keluar rumah.
Masa indah pacaran Bibit dan Sri selama dua tahun tiba-tiba harus terhenti. Bibit yang lulus dari AKABRI Darat pada 1972 ditugaskan ke Medan, Sumatera Utara. Surat menjadi satu-satunya media bagi dua sejoli itu untuk berkomunikasi dan melepas rindu. Meski jauh, Bibit dan Sri sama-sama memegang komitmen untuk selalu bersama.
"Kami sama-sama memegang komitmen. Di Medan, saya tidak punya pacar dan tidak pacaran dengan yang lain. Ikatan kami hanya surat. Surat-suratan seminggu sekali," kata mantan Pangkostrad ini.
Tiga tahun menjalani LDR (long distance relationship), Sri lulus SMA. Usianya sudah 19 tahun. Bibit pun memberanikan diri untuk melamarnya. Akhirnya pada Juni 1975 kedua menikah dalam suasana sederhana.
"Jauh dari kemewahan seperti sekarang ini. Maskawinnya saja hanya Al-Qur'an," tutur Sri.
Kehidupan sederhana dijalani Sri saat awal-awal Bibit meniti karier di militer. Namun tahun demi tahun karier Bibit terus menanjak. Ia pernah menjabat sebagai Danyonif 407/Padma Kusuma, lalu promosi menjadi Dandim 0703/Cilacap, Danrem 043/garuda Hitam, Kasdam IV/Diponegoro, Pangdam IV/Diponegoro, Komandan Seskoad, Panglima Kodam Jaya, dan Pangkostrad.