Terpana Paras Cantik Gadis Pujaan, Jenderal TNI Ini Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Cinta datang dari mata turun ke hati, bukanlah pepatah belaka. Jenderal TNI ini pun mengalaminya. Ia tak kuasa menahan tumbuhnya benih-benih cinta ketika pertama kali melihat gadis pujaan.
Itulah yang dirasakan Letnan Jenderal (Letjen) (Purn) Bibit Waluyo ketika melihat Sri Suharti yang kelak menjadi istrinya. Padahal waktu itu sang pujaan hati masih seorang pelajar menengah atas.
"Ada perasaan bagaimana gitu loh saat memandang Sri yang baru duduk di bangku SMA itu," kata Bibit Waluyo dalam buku Love Story (Kisah Cinta Tokoh-Tokoh Terkemuka) terbitan Harian Seputar Indonesia (2009) dikutip, Minggu (1/1/2023).
Baca juga: Kisah Kak Seto Jatuh Cinta pada Anak SMA
Bibit Waluyo yang saat itu masih seorang Taruna AKABRI Darat Magelang kemudian berusaha mendekati Sri Suharti. Namun upaya pedekate tidak bisa dibilang mudah. Sri berasal dari keluarga tentara yang disiplin. Setiap kali ada pria yang mendekati harus diseleksi terlebih dahulu.
Namun jalan itu terbuka untuk Bibit Waluyo. Berkat bantuan saudara ayahnya Sri, Bibit akhirnya bisa berkenalan dengan sang pujaan hati. Saat pertemuan itu getar-getar cinta semakin kuat dirasakan.
"Ketika melihat Ibu, loh cantik juga nih gadis. Mungkin dia juga melihat, kok taruna ini ganteng juga yah. Ya akhirnya kami pacaran," kata mantan Komandan Peleton Tempur Kodam II Bukit Barisan itu.
Tidak seperti umumnya, hubungan yang dijalin tidak diawali dengan mengungkapkan rasa cinta atau mengajak untuk pacaran. Mengalir begitu saja seiring dengan pertemuan yang semakin intens. Keduanya merasa cocok sehingga memunculkan rasa saling memiliki.
Baca juga: Kisah Cinta Jenderal Polisi yang Tak Pernah Menyakiti Hati Sang Istri
Selain wajah yang ayu, ada pribadi Sri Suharti yang dikagumi Bibit, sehingga membuatnya jatuh cinta. Sebagai anak tunggal, Sri Suharti bukanlah perempuan manja. Hidupnya sederhana dan tidak neko-neko. Kelebihan lainnya adalah rajin memasak. Bahkan hampir setiap minggu, Bibit selalu dikirimi makanan oleh Sri.
"Kesukaan Bapak mah gampang, yang penting ada tempe atau tahu, Bapak pasti senang," kata Sri Suharti.
Foto pernikahan Bibit Waluyo dan Sri Suharti. REPRO/Love Story (Kisah Cinta Tokoh-Tokoh Terkemuka)
Setelah berpacaran, Bibit tak pernah absen apel malam minggu. Uniknya, taruna kelahiran Klaten, 5 Agustus 1949 itu tidak pernah mengajak teman-temannya di Akmil. Bukan tanpa alasan, Bibit tidak ingin ada saingan untuk mendapatkan Sri Suharti. Bibit sengaja memonopoli perhatian pujaan hati agar tidak melirik ke pria lain.
"Bapak selalu datang sendirian. Jadi, bagaimana mau kenal taruna yang lain? Walhasil, hanya Bapak taruna yang saya kenal," ujar Sri Suharti.
Gaya pacaran Bibit dan Sri tidak neko-neko. Keduanya lebih banyak bercengkerama di rumah dan makan masakan ibunda Sri Suharti. Ketika mempunyai uang lebih, Bibit baru mengajak Sri keluar berboncengan naik sepeda sore-sore. Makan bakso dan ketupat tahu jadi ritual rutin ketika keluar rumah.
Masa indah pacaran Bibit dan Sri selama dua tahun tiba-tiba harus terhenti. Bibit yang lulus dari AKABRI Darat pada 1972 ditugaskan ke Medan, Sumatera Utara. Surat menjadi satu-satunya media bagi dua sejoli itu untuk berkomunikasi dan melepas rindu. Meski jauh, Bibit dan Sri sama-sama memegang komitmen untuk selalu bersama.
"Kami sama-sama memegang komitmen. Di Medan, saya tidak punya pacar dan tidak pacaran dengan yang lain. Ikatan kami hanya surat. Surat-suratan seminggu sekali," kata mantan Pangkostrad ini.
Tiga tahun menjalani LDR (long distance relationship), Sri lulus SMA. Usianya sudah 19 tahun. Bibit pun memberanikan diri untuk melamarnya. Akhirnya pada Juni 1975 kedua menikah dalam suasana sederhana.
"Jauh dari kemewahan seperti sekarang ini. Maskawinnya saja hanya Al-Qur'an," tutur Sri.
Kehidupan sederhana dijalani Sri saat awal-awal Bibit meniti karier di militer. Namun tahun demi tahun karier Bibit terus menanjak. Ia pernah menjabat sebagai Danyonif 407/Padma Kusuma, lalu promosi menjadi Dandim 0703/Cilacap, Danrem 043/garuda Hitam, Kasdam IV/Diponegoro, Pangdam IV/Diponegoro, Komandan Seskoad, Panglima Kodam Jaya, dan Pangkostrad.
Setelah pensiun, Bibit kemudian terjun ke dunia politik. Ia terpilih menjadi Gubernur Jawa Tengah berpasangan dengan kader PDIP Rustriningsih pada Pilgub 2008. Ia memopulerkan tagline Bali Ndesa Mbangun Desa. Namun langkah Bibit memperpanjang jabatan sebagai Gubernur Jateng pada periode kedua gagal. Ia kalah dari Ganjar Pranowo pada Pilgub Jateng 2013. Kini Bibit Waluyo menikmati masa pensiunnya dengan menjalani aktivitas sosial.
Lihat Juga: Profil Susilo Adi Purwantoro, Pati TNI Jenderal Bintang Dua Wakil Rektor Universitas Pertahanan
Itulah yang dirasakan Letnan Jenderal (Letjen) (Purn) Bibit Waluyo ketika melihat Sri Suharti yang kelak menjadi istrinya. Padahal waktu itu sang pujaan hati masih seorang pelajar menengah atas.
"Ada perasaan bagaimana gitu loh saat memandang Sri yang baru duduk di bangku SMA itu," kata Bibit Waluyo dalam buku Love Story (Kisah Cinta Tokoh-Tokoh Terkemuka) terbitan Harian Seputar Indonesia (2009) dikutip, Minggu (1/1/2023).
Baca juga: Kisah Kak Seto Jatuh Cinta pada Anak SMA
Bibit Waluyo yang saat itu masih seorang Taruna AKABRI Darat Magelang kemudian berusaha mendekati Sri Suharti. Namun upaya pedekate tidak bisa dibilang mudah. Sri berasal dari keluarga tentara yang disiplin. Setiap kali ada pria yang mendekati harus diseleksi terlebih dahulu.
Namun jalan itu terbuka untuk Bibit Waluyo. Berkat bantuan saudara ayahnya Sri, Bibit akhirnya bisa berkenalan dengan sang pujaan hati. Saat pertemuan itu getar-getar cinta semakin kuat dirasakan.
"Ketika melihat Ibu, loh cantik juga nih gadis. Mungkin dia juga melihat, kok taruna ini ganteng juga yah. Ya akhirnya kami pacaran," kata mantan Komandan Peleton Tempur Kodam II Bukit Barisan itu.
Tidak seperti umumnya, hubungan yang dijalin tidak diawali dengan mengungkapkan rasa cinta atau mengajak untuk pacaran. Mengalir begitu saja seiring dengan pertemuan yang semakin intens. Keduanya merasa cocok sehingga memunculkan rasa saling memiliki.
Baca juga: Kisah Cinta Jenderal Polisi yang Tak Pernah Menyakiti Hati Sang Istri
Selain wajah yang ayu, ada pribadi Sri Suharti yang dikagumi Bibit, sehingga membuatnya jatuh cinta. Sebagai anak tunggal, Sri Suharti bukanlah perempuan manja. Hidupnya sederhana dan tidak neko-neko. Kelebihan lainnya adalah rajin memasak. Bahkan hampir setiap minggu, Bibit selalu dikirimi makanan oleh Sri.
"Kesukaan Bapak mah gampang, yang penting ada tempe atau tahu, Bapak pasti senang," kata Sri Suharti.
Foto pernikahan Bibit Waluyo dan Sri Suharti. REPRO/Love Story (Kisah Cinta Tokoh-Tokoh Terkemuka)
Setelah berpacaran, Bibit tak pernah absen apel malam minggu. Uniknya, taruna kelahiran Klaten, 5 Agustus 1949 itu tidak pernah mengajak teman-temannya di Akmil. Bukan tanpa alasan, Bibit tidak ingin ada saingan untuk mendapatkan Sri Suharti. Bibit sengaja memonopoli perhatian pujaan hati agar tidak melirik ke pria lain.
"Bapak selalu datang sendirian. Jadi, bagaimana mau kenal taruna yang lain? Walhasil, hanya Bapak taruna yang saya kenal," ujar Sri Suharti.
Gaya pacaran Bibit dan Sri tidak neko-neko. Keduanya lebih banyak bercengkerama di rumah dan makan masakan ibunda Sri Suharti. Ketika mempunyai uang lebih, Bibit baru mengajak Sri keluar berboncengan naik sepeda sore-sore. Makan bakso dan ketupat tahu jadi ritual rutin ketika keluar rumah.
Masa indah pacaran Bibit dan Sri selama dua tahun tiba-tiba harus terhenti. Bibit yang lulus dari AKABRI Darat pada 1972 ditugaskan ke Medan, Sumatera Utara. Surat menjadi satu-satunya media bagi dua sejoli itu untuk berkomunikasi dan melepas rindu. Meski jauh, Bibit dan Sri sama-sama memegang komitmen untuk selalu bersama.
"Kami sama-sama memegang komitmen. Di Medan, saya tidak punya pacar dan tidak pacaran dengan yang lain. Ikatan kami hanya surat. Surat-suratan seminggu sekali," kata mantan Pangkostrad ini.
Tiga tahun menjalani LDR (long distance relationship), Sri lulus SMA. Usianya sudah 19 tahun. Bibit pun memberanikan diri untuk melamarnya. Akhirnya pada Juni 1975 kedua menikah dalam suasana sederhana.
"Jauh dari kemewahan seperti sekarang ini. Maskawinnya saja hanya Al-Qur'an," tutur Sri.
Kehidupan sederhana dijalani Sri saat awal-awal Bibit meniti karier di militer. Namun tahun demi tahun karier Bibit terus menanjak. Ia pernah menjabat sebagai Danyonif 407/Padma Kusuma, lalu promosi menjadi Dandim 0703/Cilacap, Danrem 043/garuda Hitam, Kasdam IV/Diponegoro, Pangdam IV/Diponegoro, Komandan Seskoad, Panglima Kodam Jaya, dan Pangkostrad.
Setelah pensiun, Bibit kemudian terjun ke dunia politik. Ia terpilih menjadi Gubernur Jawa Tengah berpasangan dengan kader PDIP Rustriningsih pada Pilgub 2008. Ia memopulerkan tagline Bali Ndesa Mbangun Desa. Namun langkah Bibit memperpanjang jabatan sebagai Gubernur Jateng pada periode kedua gagal. Ia kalah dari Ganjar Pranowo pada Pilgub Jateng 2013. Kini Bibit Waluyo menikmati masa pensiunnya dengan menjalani aktivitas sosial.
Lihat Juga: Profil Susilo Adi Purwantoro, Pati TNI Jenderal Bintang Dua Wakil Rektor Universitas Pertahanan
(abd)