Kisah Letjen Agus Subiyanto Ditinggal Orang Tua Semasa Kecil hingga Ditendang Polisi Militer

Senin, 26 Desember 2022 - 12:14 WIB
loading...
A A A
Agus tumbuh dan besar dengan mengandalkan dirinya sendiri. Ibarat layang-layang, dia bergerak mengikuti mata angin. Menjelang remaja Agus sering kabur dari rumah, berpindah dari rumah teman ke rumah teman berikutnya.
Kisah Letjen Agus Subiyanto Ditinggal Orang Tua Semasa Kecil hingga Ditendang Polisi Militer

Foto kecil Wakasad Letnan Jenderal TNI Agus Subiyanto (lima dari kanan berdiri). Foto/Istimewa



Perkelahian pun sering menjadi caranya melepaskan kekesalan. Alhasil, Agus dibesarkan oleh lingkungan yang cukup keras bagi seorang remaja dan dia adalah satu di antara sekian pemain kekerasan di jalanan.

Itu pun belum cukup. Masa remajanya semakin kelam setelah ayahnya meninggal dunia. Agus mengingat, itu terjadi pada hari kenaikan kelas. Sebagai pelajar kelas 1 dia naik ke kelas 2 SMA. Sore suatu Senin di tahun 1984 itu rumahnya diketuk tamu, seorang kolega ayahnya di ketentaraan.

Tak lama dari kedatangan tamu itu, sebuah ambulans datang membawa peti jenazah ayahnya. “Saya ingat pesan terakhir ayahku dulu. Gus, potong rambutmu. Itu hari Minggu, sehari sebelum ayahku meninggal,” ucapnya.

Serka Dedi meninggal karena tertabrak mobil boks saat sedang mengendarai motornya ke tempat kerja. Pilu dan sedih tiada terkira. Dunia Agus berantakan. Ayah, satu-satunya pilar tempatnya bersandar, pun roboh.

Bingung harus bagaimana Agus dan adik-adiknya hanya dapat menangis. “Tentu saya bingung, apalagi saat itu saya belum tamat SMA. Akhirnya tinggal bersama ibu tiri dan hanya mengandalkan uang pensiunan ayah yang tidak seberapa. Tak ada pilihan lain, saya berjalan saja seperti mengikuti mata angin,” katanya.

Dipukul Anggota POM
Hari demi hari dilalui dengan tidak mudah, penuh keterbatasan, bahkan untuk makan pun susah. Tidak jarang Agus hanya makan nasi putih dengan lauk bakwan.

Sebagai remaja yang suka bertualang, suatu ketika pada Februari 1986 di daerah Cimahi, Agus bersama tiga kawannya berkendara sepeda motor berboncengan. Tidak ada satu pun berhelm.

Niat mereka nongkrong di tempat biasa, apalagi Agus baru lulus SMA. Saat melintas di pertigaan Leuwigajah, Baros, mereka bertemu seorang petugas polisi militer yang menghentikan mereka. Tak bisa menolak, ketiganya dibawa ke Kantor Denpom di Jalan Gatot Subroto.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2659 seconds (0.1#10.140)