Hebat! Bocah Penggembala Kambing Ini Tembus Akmil, Melesat Jadi Jenderal Bintang 4

Sabtu, 24 Desember 2022 - 10:46 WIB
loading...
Hebat! Bocah Penggembala...
Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar (kanan) bersama AM Hendropriyono (tengah) dan Luhut Binsar Pandjaitan. Foto/Instagram AM Hendropriyono.
A A A
JAKARTA - Jalan terjal penuh onak duri menghiasi perjalanan hidup mendiang Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar . Meski lahir dari keluarga berada, siapa sangka perwira top Baret Merah itu ternyata pernah menggembala kambing bahkan menjadi makelar karcis bioskop semasa bocah.

Lahir di Bondowoso, Jawa Timur pada 10 Februari 1940, Wismoyo merupakan bungsu dari enam bersaudara putra pasangan R Arismunandar dan Sri Wurjan. Pada 1945 saat perang masih berkecamuk, keluarga Arismunandar mengungsi ke tempat yang dirasa lebih aman selama sekitar 1,5 tahun.

Di masa-masa sulit itu, Wismoyo saat berusia 7 tahun mengisi hari-harinya dengan menggembala kambing. Kehidupan itu lah yang kelak membentuk kepribadiannya. Kepribadian yang terbentuk antar lain berani, loyal, dan bertanggung-jawab.



“Kehidupan saya keras seperti kehidupan gembala kambing, berkelahi dan kasar,” kata Wismoyo dalam buku biografi “Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar, Sosok Prajurit Sejati” yang diterbitkan Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat pada 2021 (halaman 9), dikutip Sabtu (24/12/2022).

Tak dimungkiri masa kecil Wismoyo dikenal sebagai bocah cengkiling (bahasa Jawa). Artinya, bocah bandel yang suka memukul dan berkelahi. Namun itu dilakukan ketika ada anak lain yang mengganggu dirinya atau temannya. Pendek kata, Wismoyo sosok berani, loyal, dan suka membela teman.



Masuk Lembah Tidar

Wismoyo menyelesaikan pendidikan SD di Bondowoso pada 1953. Setelah itu dia melanjutkan SMP di Kota Semarang pada 1954. Ini karena orangtuanya pindah ke kota terbesar di Jawa Tengah itu. Semasa SMP inilah banyak cerita membekas.

Yang tak akan terlupakan, Wismoyo ternyata punya ‘pekerjaan sampingan’. Untuk menambah uang jajan, dia bersama teman-temannya menjadi makelar karcis bioskop. Kebetulan gedung bioskop itu berlokasi tak jauh dari tempat tinggalnya.

“Wismoyo menjadi komandan makelar karcis. Dengan predikat itu. Wismoyo hampir sering berkelahi dengan pembeli karcis yang merasa keberatan karena harga terlalu mahal,” tulis Disjarah AD.



Lulus SMP dia melanjutkan pendidikan menengah di SMAN 1 Semarang. Lulus pada 1960, remaja beralis tebal ini sebenarnya diminta masuk perguruan tinggi oleh orangtuanya. Pada zaman itu, lazimnya orang tua yang menentukan ke mana anak harus melanjutkan pendidikan. Tetapi Wismoyo punya pilihan lain. Dia bulat ingin menjadi tentara.

Bukan apa-apa, sejak kecil Wismoyo kagum dan bangga dengan tentara. Dalam benaknya, mereka sangat gagah dan patriotik karena berjuang membela Tanah Airnya. Lebih dari itu, sang paman (adik dari ibu) merupakan rekan seperjuangan gerilya Bambang Soegeng. Kelak Bambang Soegeng menjadi letnan jenderal dan diangkat sebagai KSAD ke-3 (22 Desember 1952 - 8 Mei 1955).

Tanpa pikir panjang Wismoyo mendaftar Akademi Militer Nasional (AMN) saat dibuka pendaftaran pada 28 Juli 1960. Semua tes dilalui dengan lancar. Apalagi seleksi jasmani atau kesamaptaan, Wismoyo melalui dengan relatif mudah karena fisiknya terasah sejak kecil. Pendidikan demi pendidikan dilaluinya penuh semangat hingga lulus pada 1963.

Hebat! Bocah Penggembala Kambing Ini Tembus Akmil, Melesat Jadi Jenderal Bintang 4

KSAD periode 1993-1995 Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar menyapa siswa SMA Taruna Nusantara beberapa tahun silam. Wismoyo ternyata pernah menjadi makelar karcis bioskop saat SMP. Foto/dok. SMA Taruna Nusantara.



Karier Emas Jenderal Kopassus

Penempatan pertama Wismoyo setelah resmi berpangkat letnan dua yakni komandan peleton Batalyon 3/Menparkoad. Untuk diketahui, Menparkoad singkatan dari Resimen Para Komando Angkatan Darat atau biasa juga disebut RPKAD yang merupakan pasukan elite AD. Dalam perjalanan sejarah RPKAD bermetamorfosis menjadi Kopassandha dan kemudian Kopassus.

Menjadi kebanggaan tersendiri bagi Wismoyo. Saat menjadi Danton Yon 3 itu, komandan resimennya yaitu Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo. Berbagai penugasan mewarnai perjalanan karier Wismoyo.

Sosok yang dulunya makelar karcis itu bahkan turut diterjunkan dalam operasi penumpasan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan. Pada 1966, dia dimutasi sebagai komandan pengawal pribadi (danwalpri) Presiden Soeharto.

Perjalanan waktu mengantar Wismoyo pada berbagai operasi dan penugasan lainnya. Yang akan tercatat dalam tinta emas antara lain ketika dia terjun ke belantara Kalimantan untuk operasi menumpas pemberontakan PGRS/Paraku. Wismoyo menemukan death letter box (DLB).

“DLB adalah sistem informasi yang mereka (kelompok PGRS/Paraku) gunakan selama ini sehingga gerakannya menjadi sangat rahasia dan sulit dibongkar. Selain menggunakan sandi, setiap laporan yang disampaikan ke pimpinan menggunakan Bahasa China hingga sulit terungkap,” kata Dijarah AD (halaman 48).

Mantan Kepala BIN Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono pernah mengisahkan tentang penemuan tersebut. DLB, kata dia, merupakan sistem komunikasi yang digunakan pasukan gerilya berupa kurir membawa pesan dari satuan induk untuk satuan induk yang lainnya.

Selanjutnya, kurir akan meletakkan suratnya dalam tanah dan diambil kurir lain yang akan datang ke tempat sesuai kesepakatan. Pasukan Wismoyo bergerak ratusan kilometer jalan kaki di tengah hutan rimba Kalimatan. Begitu lebatnya belantara, ketika siang hari bahkan tidak tidak bisa melihat matahari karena tertutup oleh pohon yang besar.

"Pak Wismoyo jalan kaki dalam keadaan puasa. Karena itu aneh dia bisa menemukan satu tempat yang digali kemudian ditemukan surat. Karena itu bisa terbongkar komunikasi antar-satuan PGRS-Paraku. Itu komunikasi pasukan klandestin, awalnya dari penemuan Kapten Wismoyo Arismunandar,” ujar Hendro dalam akun Instagramnya beberapa waktu lalu.

Perjalanan karier militer Wismoyo memang sangat cemerlang. Adik dari Prof Wiranto Arismunandar (mantan rektor ITB dan mendikbud) itu melesat jadi orang nomor satu Korps Baret Merah pada 1983-1986. Setelah itu, dia dipromosikan sebagai Kasdam IX/Udayana (1986-1987), Pangdam VIII/Trikora (1987-1988), Pangdam IV/Diponegoro (1988-1990), dan tembus bintang 3 sebagai Pangkostrad (1990-1992).

Sinarnya kian mencorong. Bocah penggembala kambing itu didaulat menjadi wakil KSAD pada 1992-1993. Tak lama, dia menjadi pemegang tongkat komando tertinggi matra Darat alias KSAD periode 1993-1995. Sosok dan kepemimpinan Wismoyo begitu membekas pada semua orang, termasuk sahabat dan koleganya.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sangat menghormati seniornya tersebut. Menurut lulusan Akmil 1974 ini, selain ajaran-ajaran filosofis, Wismoyo juga selalu memberikan teladan. Dari senior yang disegani itu pula Prabowo memahami arti penting pemimpin harus berani, harus gembira, dan penuh semangat.



“Ada juga motto beliau yang sampai sekarang saya pakai sebagai patokan, yaitu: disiplin adalah napasku, kesetiaan adalah jiwaku, kehormatan adalah segala-galanya,” tutur mantan Danjen Kopassus ini dalam buku biografinya “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto” (halaman 169).

Hebat! Bocah Penggembala Kambing Ini Tembus Akmil, Melesat Jadi Jenderal Bintang 4

Upacara pemakaman Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis (28/1/2021). Foto/dok Pendam IV/Diponegoro

Pensiun dari militer Wismoyo aktif di berbagai kegiatan. Adik ipar Presiden Soeharto ini antara lain menjadi ketua umum KONI Pusat. Wismoyo meninggal dunia di Jakarta, 28 Januari 2021. Jenazahnya dimakamkan di Kompleks Pemakaman Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah.
(rca)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1699 seconds (0.1#10.140)