Hasto Harap UIN Sunan Kalijaga Didik Calon Pemimpin Bangsa dengan Tradisi Intelektual

Kamis, 15 Desember 2022 - 20:05 WIB
loading...
Hasto Harap UIN Sunan...
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto berharap UIN Sunan Kalijaga didik calon pemimpin bangsa dengan tradisi intelektual. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Indonesia harus terus membangun kepemimpinan dalam seluruh aspek kehidupan, agar bisa menjadi bintang pengarah bagi dunia dengan ideologi Pancasila.

Hal itu disampaikan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat menjadi pembicara dalam seminar di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam seminar tersebut, Hasto berbicara mengenai teori Geopolitik dan Api Keislaman Soekarno.

“Kita harus membangun kepemimpinan dalam seluruh aspek kehidupan agar Pancasila menjadi bintang pengarah, bukan hanya bagi Indonesia sendiri, tapi juga bagi dunia,” kata Hasto.



Dalam konteks itu, Hasto menitipkan harapan dan peran yang bisa dijalani UIN Sunan Kalijaga yakni dengan turut menyiapkan diri menghadapi kondisi global saat ini. Berdasarkan teori geopolitik Soekarno, ketika diuji secara kuantitatif, menunjukkan bahwa kita akan menjadi bangsa dengan pertahanan yang hebat, apabila Indonesia menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

"Karena itulah tidak mungkin menjadi pemimpin yang hebat tanpa membangun tradisi intelektual yang kuat. Salah satu substansi dari pemikiran geopolitik Soekarno bagaimana kita jadi pemimpin melalui tradisi intelektual yang membumi dalam alam pikir rakyat Indonesia," katanya.



Doktor Ilmu Pertahanan ini menegaskan geopolitik Soekarno yang mengedepankan pentingnya penguasaan iptek dengan membangun rasa percaya diri sebagai bangsa merdeka dan mengulurkan tangan bagi persaudaraan dunia. "Kita menjadi fasilitator. Ini yang bisa kita lakukan, memiliki outward looking, pandangan harus keluar," sebut Hasto.

Selain itu, Hasto juga memaparkan kaitan Soekarno dan pemikiran Islam yang didalaminya. "Bagaimana Islam is a progress, yang berkemajuan. Maka Soekarno mendapat terang dari Islam dan kemudian berubah jiwanya tentang cita-cita Islam dalam pembebasan umat manusia yang tertindas dan itu dijadikan sebagai suatu energi penggerak bagi Soekarno dalam mencapai kemerdekaan Indonesia,” katanya.

“Tapi Soekarno belum menemukan jawaban mengapa bangsa Indonesia menjadi bangsa terjajah, mengapa ada rakyat miskin? Kemudian Bung Karno merumuskan penjajahan terjadi akibat kapitalisme atau suatu sistem yang menghisap dan menciptakan ketidakadilan serta konsentrasi kapital. Lalu Bung Karno belajar tentang sejarah peradaban nusantara dan peradaban dunia hingga melahirkan Pancasila yang seharusnya dijalankan secara progresif," papar pria kelahiran Yogyakarta itu.

Hasto memaparkan, belajar dari tradisi intelektual Soekarno, gerakan Islam harus berperan dalam konteks politik pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa, yang membebaskan dari berbagai bentuk penjajahan.

“Karena bukankah Islam anti penindasan? Ini muncul dalam renungan kritis yang dilakukan oleh Soekarno. Atas dasar hal tersebut Soekarno menggandrungi pemikiran sosialisme Islam HOS Cokroaminoto,” tegas Hasto.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1962 seconds (0.1#10.140)