PVMBG: Pantai Utara dan Timur Karangasem Berpotensi Tinggi Bencana Tsunami
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan analisis geologi terkait kejadian gempa merusak dengan magnitudo 5,2 di Karangasem , Bali. PVMBG menyebut kejadian ini dimulai dengan gempa awal dan juga terjadi gempa susulan.
Stasiun BMKG mencatat gempa bumi awal tanggal 13 Desember 2022 pukul 16:56:41 WIB dan 17:00:42 WIB dengan magnitudo (M4,8) dan (M4,7), serta gempa bumi susulan pukul 22:32:53 dan tanggal 14 Desember 2022 pukul 03:17:22 dengan magnitudo (M3,3) dan (M3,9). Baca juga: Karangasem Kembali Diguncang Gempa, Getaran Terasa hingga Jember
Sementara itu, PVMBG mengatakan lokasi pusat gempa bumi terletak dekat dengan wilayah Kabupaten Karangasem. “Wilayah ini pada umumnya tersusun oleh morfologi dataran pantai, dataran bergelombang dan perbukitan bergelombang hingga terjal yang merupakan bagian dari morfologi tubuh gunung api,” ujar PVMBG dalam keterangan resminya, Kamis (15/12/2022).
Lebih lanjut, PVMBG mengungkapkan litologinya tersusun oleh endapan kuarter berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai, dan batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff, batuan jatuhan gunung api). “Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan,” katanya.
PVMBG juga menjelaskan adanya endapan kuarter yang bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan sehingga rawan guncangan gempa bumi. “Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan rombakan gunung api muda yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi,” paparnya.
Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari BMKG dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif berupa sesar naik busur belakang Flores dengan mekanisme sesar naik.
“Sesar ini membentang di utara Bali, NTB hingga Flores dan pernah mengakibatkan terjadinya gempa bumi dahsyat pada tahun 2018,” kata PVMBG.
Menurut data Badan Geologi, kata PVMBG, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi sebagian besar terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi.
“Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut, karena tidak mengakibatkan terjadinya deformasi pada dasar laut yang dapat memicu kejadian tsunami. Menurut data Badan Geologi pantai di utara dan timur Kabupaten Karangasem tergolong rawan bencana tsunami dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari 2 meter,” katanya.
PVMBG pun mengatakan melihat Kabupaten Karangasem tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. “Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi,” tutupnya.
Stasiun BMKG mencatat gempa bumi awal tanggal 13 Desember 2022 pukul 16:56:41 WIB dan 17:00:42 WIB dengan magnitudo (M4,8) dan (M4,7), serta gempa bumi susulan pukul 22:32:53 dan tanggal 14 Desember 2022 pukul 03:17:22 dengan magnitudo (M3,3) dan (M3,9). Baca juga: Karangasem Kembali Diguncang Gempa, Getaran Terasa hingga Jember
Sementara itu, PVMBG mengatakan lokasi pusat gempa bumi terletak dekat dengan wilayah Kabupaten Karangasem. “Wilayah ini pada umumnya tersusun oleh morfologi dataran pantai, dataran bergelombang dan perbukitan bergelombang hingga terjal yang merupakan bagian dari morfologi tubuh gunung api,” ujar PVMBG dalam keterangan resminya, Kamis (15/12/2022).
Lebih lanjut, PVMBG mengungkapkan litologinya tersusun oleh endapan kuarter berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai, dan batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff, batuan jatuhan gunung api). “Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan,” katanya.
PVMBG juga menjelaskan adanya endapan kuarter yang bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan sehingga rawan guncangan gempa bumi. “Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan rombakan gunung api muda yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi,” paparnya.
Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari BMKG dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif berupa sesar naik busur belakang Flores dengan mekanisme sesar naik.
“Sesar ini membentang di utara Bali, NTB hingga Flores dan pernah mengakibatkan terjadinya gempa bumi dahsyat pada tahun 2018,” kata PVMBG.
Menurut data Badan Geologi, kata PVMBG, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi sebagian besar terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi.
“Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut, karena tidak mengakibatkan terjadinya deformasi pada dasar laut yang dapat memicu kejadian tsunami. Menurut data Badan Geologi pantai di utara dan timur Kabupaten Karangasem tergolong rawan bencana tsunami dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari 2 meter,” katanya.
PVMBG pun mengatakan melihat Kabupaten Karangasem tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. “Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi,” tutupnya.
(kri)