7 Isu Keumatan Fokus Muhammadyah, Standarisasi Agama sampai Spiritualitas Milenial
loading...
A
A
A
"Seperti jamur di musim hujan. Pesantren atau sekolah yang membuka tahfiz Qur'an. Tapi kalau hanya hafal tanpa memahami dan menjadikan Al-Qur'an sebagai etos untuk kemajuan? Orang beragama tidak dengan pengetahuan yang mendalam itu bisa jadi masalah sendiri dalam pandangan Muhammadiyah," jelasnya.
Keenam, otentisitas wasathiyah Islam atau moderasi sesuai kandungan surat Al-Baqarah ayat ke-143. Menurut Mu'ti, otentisitas wasathiyah Islam kini telah menjadi bagian dari program pemerintah. Otentisitas wasathiyah Islam dipromosikan sebagai Indonesian diplomacy in the world yang pada praktiknya berganti istilah menjadi moderasi beragama.
“Yang menjadi program pemerintah itu juga mengalami berbagai penyimpangan dari pengertiannya dan juga dari sisi semangatnya. Oleh sebab itu Muhammadiyah mengajak wasathiyah Islam ini kita kembalikan kepada pengertiannya yang otentik," ucapnya.
Ketujuh, berkaitan dengan spiritualitas generasi milenial. Mu'ti melihat ketertarikan generasi milenial terhadap agama masih rendah. Bukan hanya Islam namun, agama lain. Hal ini berdampak pada perilaku. "Moralitas mereka juga longgar. Kita harus memberikan perhatian serius, agar generasi milenial ini membangun bangsa," jelasnya.
Selain itu keumatan, Mu’ti menjelaskan Muktamar Muhammadiyah juga membahas 10 isu kebangsaan, yaitu penguatan peran strategis umat Islam dalam mencerahkan bangsa, penguatan perdamaian dan kesatuan bangsa, pemilihan umum yang berkeadaban menuju demokrasi yang substantif, serta optimalisasi pemanfaatan digital untuk mengatasi kesenjangan dan dakwah berkemajuan.,
Kemudian, penguatan literasi nasional; ketahanan keluarga sebagai basis kemajuan peradaban bangsa, penguatan kedaulatan pangan untuk pemerataan akses ekonomi, penguatan mitigas bencana dan dampak perubahan iklim, akses perlindungan bagi pekerja informal, hingga stunting.
Webinar ini juga dihadiri oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Ma'mun Murod dan Ketua Harian DPP Perindo TGD Muhammad Zainul Majdi sebagai narasumber.
Keenam, otentisitas wasathiyah Islam atau moderasi sesuai kandungan surat Al-Baqarah ayat ke-143. Menurut Mu'ti, otentisitas wasathiyah Islam kini telah menjadi bagian dari program pemerintah. Otentisitas wasathiyah Islam dipromosikan sebagai Indonesian diplomacy in the world yang pada praktiknya berganti istilah menjadi moderasi beragama.
“Yang menjadi program pemerintah itu juga mengalami berbagai penyimpangan dari pengertiannya dan juga dari sisi semangatnya. Oleh sebab itu Muhammadiyah mengajak wasathiyah Islam ini kita kembalikan kepada pengertiannya yang otentik," ucapnya.
Ketujuh, berkaitan dengan spiritualitas generasi milenial. Mu'ti melihat ketertarikan generasi milenial terhadap agama masih rendah. Bukan hanya Islam namun, agama lain. Hal ini berdampak pada perilaku. "Moralitas mereka juga longgar. Kita harus memberikan perhatian serius, agar generasi milenial ini membangun bangsa," jelasnya.
Selain itu keumatan, Mu’ti menjelaskan Muktamar Muhammadiyah juga membahas 10 isu kebangsaan, yaitu penguatan peran strategis umat Islam dalam mencerahkan bangsa, penguatan perdamaian dan kesatuan bangsa, pemilihan umum yang berkeadaban menuju demokrasi yang substantif, serta optimalisasi pemanfaatan digital untuk mengatasi kesenjangan dan dakwah berkemajuan.,
Kemudian, penguatan literasi nasional; ketahanan keluarga sebagai basis kemajuan peradaban bangsa, penguatan kedaulatan pangan untuk pemerataan akses ekonomi, penguatan mitigas bencana dan dampak perubahan iklim, akses perlindungan bagi pekerja informal, hingga stunting.
Webinar ini juga dihadiri oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Ma'mun Murod dan Ketua Harian DPP Perindo TGD Muhammad Zainul Majdi sebagai narasumber.
(muh)