Menghidupkan Kembali Nilai-nilai Syafii Maarif melalui Serambi Buya Syafii
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rumah kediamaan almarhum Ahmad Syafii Maarif di Kompleks Perumahan Nogotirto, Gamping, Sleman, DIY diresmikan menjadi Serambi Buya Syafii tepat pada Hari Pahlawan, 10 November 2022. Tempat yang menyimpan 9.000 koleksi buku ini diharapkan menjadi rumah intelektual dan persemaian gagasan bagi semua kalangan.
Serambi Buya Syafii diresmikan langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Hadir dalam peresmian itu, sesepuh Muhammadiyah Muchlas Abror, Bupati Sleman periode 2010-2015 dan 2016-2021 Sri Purnomo, Direktur Suara Muhammadiyah Deni Asyari beserta jajaran, Direktur Maarif Institut Abdul Rohim Ghazali, dan pelukis asal Sumbar Jumaldi Alfi.
Dalam sambutannya, Haedar memaparkan beberapa ingatan tentang ajaran dan laku hidup Buya Syafii, tokoh bangsa sekaligus Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998-2000 dan 2000-2005. Buya Syafii, kata Haedar, merupakan pendidik yang mengajarkan sejarah. Bahkan hidup Buya Syafii merupakan sejarah itu sendiri.
Baca juga: Amien Rais Doakan Buya Syafii: Mudah-mudahan Bisa Bertemu Lagi
Haedar mengaku belajar banyak hal, terlebih tentang Muhammadiyah, dari Buya Syafii. Pengalaman itu didapatkan Haedar sejak dirinya menjabat di PP Ikatan Pemuda Muhammadiyah (IPM) dan mendampingi Buya Syafii ketika di jajaran pengurus PP Muhammadiyah.
"Kita perlu belajar dari perjalanan hidup Buya dan tokoh-tokoh lain, yang kita hanya mengingatnya di ujung ketika sudah berada di cakrawala tertinggi. Tapi orang tidak banyak tahu, dan tidak mau belajar bagaimana merayap dari bawah," kata Haedar dikutip dari situs resmi Muhammadiyah, Jumat (11/11/2022).
Haedar mengatakan, merayap dari bawah dan berangkat dari nol ini merupakan kisah yang melekat pada perjalanan hidup Buya Syafii. Karena itu, kader yang terlahir di era setelahnya harusnya lebih bersyukur dan lebih mampu mengakses ilmu dengan segala kemudahan yang disediakan oleh zaman.
Ingatan kedua Haedar tentang Buya Syafii adalah sosok yang mampu membungkus ketegasan, rasionalitas dengan humanis. Hal itu tercermin dari keseharian Buya Syafii yang menjalani hidup dengan santai. Meski menjadi tokoh besar, tapi Buya Syafii tidak berjarak dengan realitas, mudah dijangkau oleh siapa pun.
Baca juga: Kisah Hendropriyono Diuji Buya Syafii Maarif soal Terorisme, Hasilnya Bikin Salut!
"Jadi siapa pun itu, tetapi jadi manusia biasa yang memancarkan humanisme. Humanismenya juga biasa, tidak dibuat-buat, dan itulah autentisitas yang selalu diajarkan beliau," kata Haedar.
Pelajar ketiga adalah Buya Syafii merupakan sosok yang mempraktikkan demokrasi dalam sikap egalitarian. Menurut Haedar, tokoh kelahiran Sumpur Kudus, Minangkabau, 31 Mei 1935 itu sangat resah ketika melihat tokoh yang menyuarakan demokrasi, bahkan disebut sebagai tokoh demokrasi, tetapi marah ketika dikritik. Buya Syafii tidak melawan kritik dengan sikap otoritarian, baik otoritarian personal maupun institusional.
"Kunci dari praktik demokrasi adalah ketika negara dan orang di negara itu yang memegang kunci kekuasaan, ketika dikritik bisa lapang hati atau tidak melawan kritik dengan penjara, tidak melawan kritik dengan intimidasi, tidak melawan kritik dengan kriminalisasi alus maupun terbuka," katanya.
Sebagai informasi, Serambi Buya Syafii merupakan rumah kediaman almarhum Buya Syafii yang dikelola oleh Suara Muhammadiyah sejak 1 Oktober 2022. Rumah ini memiliki nilai sejarah yang penting untuk menjadi acuan bagi bangsa Indonesia. Dari rumah ini, Buya Syafii tumbuh sebagai tokoh negarawan dan guru bangsa yang berkonstribusi bagi dunia.
Serambi Buya Syafii dimaksudkan sebagai rumah intelektual dan tempat persemaian gagasan bagi semua kalangan. Di tempat ini, nilai-nilai Buya Syafii ingin dihidupkan kembali dan ditularkan kepada generasi bangsa.
Rumah ini menyimpan benda serta 9.000 koleksi judul buku yang dimiliki Buya Syafii tentang beragam tema. Bacaan ini berguna untuk mengetahui bingkai pemikiran sang guru bangsa. Serambi Buya Syafii mengajak siapa pun untuk berkunjung dan merefleksikan nilai-nilai kehidupan tokoh Muhammadiyah tersebut. Harapannya, kita menjadi lebih dekat dan terdorong untuk melanjutkan komitmen dan perjuangan Buya Syafii mewujudkan cita-cita keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan.
"Serambi ini sebagai kunci pembuka ilmu, pembuka dunia dan cakrawala hidup bagi siapa pun yang ingin datang ke rumah ini. Buya telah tiada tetapi jejak hidupnya selalu hidup bersama kita," kata Haedar.
Muchlas Abror dalam sambutannya mengatakan, Serambi Buya Syafii merupakan serambi yang berarti dan berisi. Bagi siapa pun yang masuk ke dalam akan mendapatkan inspirasi. Melalui ini dia berharap akan datang di masa berikutnya akan lahir generasi pelanjut Buya Syafii.
"Karena itu peresmian hari ini, peresmian yang harus kita berikan arti dan isi yang sebenar-benarnya, semoga kehadiran Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir yang nanti akan memberi amanah, akan memberi arti yang sangat kita harapkan," katanya.
Serambi Buya Syafii diresmikan langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Hadir dalam peresmian itu, sesepuh Muhammadiyah Muchlas Abror, Bupati Sleman periode 2010-2015 dan 2016-2021 Sri Purnomo, Direktur Suara Muhammadiyah Deni Asyari beserta jajaran, Direktur Maarif Institut Abdul Rohim Ghazali, dan pelukis asal Sumbar Jumaldi Alfi.
Dalam sambutannya, Haedar memaparkan beberapa ingatan tentang ajaran dan laku hidup Buya Syafii, tokoh bangsa sekaligus Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998-2000 dan 2000-2005. Buya Syafii, kata Haedar, merupakan pendidik yang mengajarkan sejarah. Bahkan hidup Buya Syafii merupakan sejarah itu sendiri.
Baca juga: Amien Rais Doakan Buya Syafii: Mudah-mudahan Bisa Bertemu Lagi
Haedar mengaku belajar banyak hal, terlebih tentang Muhammadiyah, dari Buya Syafii. Pengalaman itu didapatkan Haedar sejak dirinya menjabat di PP Ikatan Pemuda Muhammadiyah (IPM) dan mendampingi Buya Syafii ketika di jajaran pengurus PP Muhammadiyah.
"Kita perlu belajar dari perjalanan hidup Buya dan tokoh-tokoh lain, yang kita hanya mengingatnya di ujung ketika sudah berada di cakrawala tertinggi. Tapi orang tidak banyak tahu, dan tidak mau belajar bagaimana merayap dari bawah," kata Haedar dikutip dari situs resmi Muhammadiyah, Jumat (11/11/2022).
Haedar mengatakan, merayap dari bawah dan berangkat dari nol ini merupakan kisah yang melekat pada perjalanan hidup Buya Syafii. Karena itu, kader yang terlahir di era setelahnya harusnya lebih bersyukur dan lebih mampu mengakses ilmu dengan segala kemudahan yang disediakan oleh zaman.
Ingatan kedua Haedar tentang Buya Syafii adalah sosok yang mampu membungkus ketegasan, rasionalitas dengan humanis. Hal itu tercermin dari keseharian Buya Syafii yang menjalani hidup dengan santai. Meski menjadi tokoh besar, tapi Buya Syafii tidak berjarak dengan realitas, mudah dijangkau oleh siapa pun.
Baca juga: Kisah Hendropriyono Diuji Buya Syafii Maarif soal Terorisme, Hasilnya Bikin Salut!
"Jadi siapa pun itu, tetapi jadi manusia biasa yang memancarkan humanisme. Humanismenya juga biasa, tidak dibuat-buat, dan itulah autentisitas yang selalu diajarkan beliau," kata Haedar.
Pelajar ketiga adalah Buya Syafii merupakan sosok yang mempraktikkan demokrasi dalam sikap egalitarian. Menurut Haedar, tokoh kelahiran Sumpur Kudus, Minangkabau, 31 Mei 1935 itu sangat resah ketika melihat tokoh yang menyuarakan demokrasi, bahkan disebut sebagai tokoh demokrasi, tetapi marah ketika dikritik. Buya Syafii tidak melawan kritik dengan sikap otoritarian, baik otoritarian personal maupun institusional.
"Kunci dari praktik demokrasi adalah ketika negara dan orang di negara itu yang memegang kunci kekuasaan, ketika dikritik bisa lapang hati atau tidak melawan kritik dengan penjara, tidak melawan kritik dengan intimidasi, tidak melawan kritik dengan kriminalisasi alus maupun terbuka," katanya.
Sebagai informasi, Serambi Buya Syafii merupakan rumah kediaman almarhum Buya Syafii yang dikelola oleh Suara Muhammadiyah sejak 1 Oktober 2022. Rumah ini memiliki nilai sejarah yang penting untuk menjadi acuan bagi bangsa Indonesia. Dari rumah ini, Buya Syafii tumbuh sebagai tokoh negarawan dan guru bangsa yang berkonstribusi bagi dunia.
Serambi Buya Syafii dimaksudkan sebagai rumah intelektual dan tempat persemaian gagasan bagi semua kalangan. Di tempat ini, nilai-nilai Buya Syafii ingin dihidupkan kembali dan ditularkan kepada generasi bangsa.
Rumah ini menyimpan benda serta 9.000 koleksi judul buku yang dimiliki Buya Syafii tentang beragam tema. Bacaan ini berguna untuk mengetahui bingkai pemikiran sang guru bangsa. Serambi Buya Syafii mengajak siapa pun untuk berkunjung dan merefleksikan nilai-nilai kehidupan tokoh Muhammadiyah tersebut. Harapannya, kita menjadi lebih dekat dan terdorong untuk melanjutkan komitmen dan perjuangan Buya Syafii mewujudkan cita-cita keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan.
"Serambi ini sebagai kunci pembuka ilmu, pembuka dunia dan cakrawala hidup bagi siapa pun yang ingin datang ke rumah ini. Buya telah tiada tetapi jejak hidupnya selalu hidup bersama kita," kata Haedar.
Muchlas Abror dalam sambutannya mengatakan, Serambi Buya Syafii merupakan serambi yang berarti dan berisi. Bagi siapa pun yang masuk ke dalam akan mendapatkan inspirasi. Melalui ini dia berharap akan datang di masa berikutnya akan lahir generasi pelanjut Buya Syafii.
"Karena itu peresmian hari ini, peresmian yang harus kita berikan arti dan isi yang sebenar-benarnya, semoga kehadiran Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir yang nanti akan memberi amanah, akan memberi arti yang sangat kita harapkan," katanya.
(abd)