Pengamat Militer: Presidensi G20 Bukti Pengakuan Negara-negara Besar kepada Indonesia
loading...
A
A
A
Presidensi G20, kata Nuning, menjadi ajang pembuktian Indonesia di tengah pandemi. Dunia internasional tetap memiliki persepsi yang baik atas resiliensi ekonomi Indonesia terhadap krisis. Oleh karena itu, momentum presidensi yang hanya terjadi satu kali setiap generasi (kurang lebih dua puluh tahun sekali) harus dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memberi nilai tambah bagi pemulihan Indonesia, baik dari sisi aktivitas ekonomi, maupun kepercayaan masyarakat domestik dan internasional.
Mantan anggota Komisi I DPR RI ini menambahkan, Presidensi G20 akan dapat menjadikan Indonesia menjadi salah satu fokus perhatian dunia, khususnya bagi para pelaku ekonomi dan keuangan. Kesempatan ini harus dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan (showcasing) berbagai kemajuan yang telah dicapai Indonesia kepada dunia, dan menjadi titik awal pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pascapandemi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
”Meskipun Presiden Putin tidak hadir dan diwakili menlunya, tapi kita masih bisa berharap ada perkembangan baik untuk langkah perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Krisis moneter dan pangan yang melanda dunia akibat perang dapat menemukan kesepakatan yang menguntungkan bagi dunia,” ucapnya.
Nuning menambahkan, di bidang pertahanan dan militer Indonesia memang patut waspada dengan perkembangan AUKUS tetapi pengaruhnya belum tentu menyebabkan perlombaan senjata. Masih banyak faktor dan peluang yang dapat ditawarkan untuk AUKUS agar bisa berperan meredakan ketegangan di Laut Cina Selatan (LCS).
”Pasca AUKUS, tentunya peluang bagi banyak negara untuk bisa berperan meredakan ketegangan di Laut Cina Selatan, termasuk Perancis. Indonesia selalu siap bekerja sama dengan negara-negara yang memiliki niat bersama menjaga ketertiban dan perdamaian dunia,” tuturnya.
Mantan anggota Komisi I DPR RI ini menambahkan, Presidensi G20 akan dapat menjadikan Indonesia menjadi salah satu fokus perhatian dunia, khususnya bagi para pelaku ekonomi dan keuangan. Kesempatan ini harus dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan (showcasing) berbagai kemajuan yang telah dicapai Indonesia kepada dunia, dan menjadi titik awal pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pascapandemi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
”Meskipun Presiden Putin tidak hadir dan diwakili menlunya, tapi kita masih bisa berharap ada perkembangan baik untuk langkah perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Krisis moneter dan pangan yang melanda dunia akibat perang dapat menemukan kesepakatan yang menguntungkan bagi dunia,” ucapnya.
Nuning menambahkan, di bidang pertahanan dan militer Indonesia memang patut waspada dengan perkembangan AUKUS tetapi pengaruhnya belum tentu menyebabkan perlombaan senjata. Masih banyak faktor dan peluang yang dapat ditawarkan untuk AUKUS agar bisa berperan meredakan ketegangan di Laut Cina Selatan (LCS).
”Pasca AUKUS, tentunya peluang bagi banyak negara untuk bisa berperan meredakan ketegangan di Laut Cina Selatan, termasuk Perancis. Indonesia selalu siap bekerja sama dengan negara-negara yang memiliki niat bersama menjaga ketertiban dan perdamaian dunia,” tuturnya.
(cip)