Kagumi Van Gogh, Denny JA Populerkan Melukis Esai dengan Artificial Inteligence
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setelah berhasil mempelopori profesi konsultan politik di Indonesia, juga tradisi baru puisi esai, kini Denny JA merambah dunia lukis dengan mempopulerkan genre baru lukisan esai berupa melukis dengan Artificial Inteligence (AI).
Sebanyak 15 lukisan esai hasil karya Denny JA dengan tema Cinta Ilahi, dipajang saat LSI Denny JA menyelenggarakan konferensi pers soal politik dan agama pada Selasa, 1 November 2022. Untuk kali pertama serial lukisan esainya dilihat publik.
Denny JA mengaku sudah sejak lama menggandrungi Van Gogh. Bahkan, saat bersekolah di Amerika Serikat, Denny mencari poster lukisannya di berbagai toko seni.
“Saya menyenangi gaya lukisan Van Gogh yang sering disebut dengan genre ekspresionisme. Dalam gaya ini yang dilukis tak hanya realitas fisik sebuah obyek tapi juga emosinya, gairahnya, gejolak batinnya,” ucapnya, Jumat (4/11/2022).
Pada tahun ini, Denny JA mengaku banyak berkenalan dengan aplikasi lukisan dengan bantuan artificial inteligence. Dengan keterampilan teknis melukis yang elementer. Sejauh memiliki konsep yang kuat, gabungan beberapa aplikasi lukisan itu dapat membantu.
Denny pun mengeskpresikan cinta ilahi melalui lukisan gaya Van Gogh. Berbeda dengan Van Gogh, Denny tak mulai melukis dari kanvas yang kosong. Ia melukisnya di atas kanvas yang sudah bercorak dengan bantuan aplikasi lukisan. ”Di atas lukisan, saya bubuhkan potongan puisi yang menyatu dengan gagasan utama lukisan,” ucapnya.
Ada empat karakter utama jenis lukisan yang diberi nama lukisan esai. Pertama, jenis lukisan hibrida yaitu lukisan yang dibantu oleh aplikasi digital, artificial inteligence. Goresan manual pelukis, kuas, warna dan tarikan garis tangannya, menjadi finishing touch saja dari lukisan itu. ”Katakanlah ini gabungan lukisan aplikasi dan manual, hibrida,” katanya.
Kedua, pesan utama lukisan juga diekspresikan dalam bentuk potongan puisi. Dalam lukisan itu, di atas kanvas, hadir teks puisi. Ketiga, tak hanya isi puisi, tapi juga pemilihan huruf dan warna teks puisi itu menyatu dengan lukisan. Secara grafis, teks puisi itu menjadi bagian harmoni dari lukisan. Keempat, judul lukisan tidak berada di luar kanvas. Judul lukisan tercantum dalam kanvas berupa potongan puisi itu sendiri.
”Maka terciptalah serial 15 lukisan esai dengan empat karakter di atas. Sebanyak 15 lukisan itu mengekspresikan gelora batin yang sama yakni, Cinta Ilahi. Ada potongan puisi sufistik di setiap lukisan. Misalnya lukisan dengan gambar bulan yang besar, sebagai simbol Tuhan, bertuliskan The Music of Your Love In My Flute. Alunan CintaMu Meniup Sulingku.”
Sebanyak 15 lukisan esai hasil karya Denny JA dengan tema Cinta Ilahi, dipajang saat LSI Denny JA menyelenggarakan konferensi pers soal politik dan agama pada Selasa, 1 November 2022. Untuk kali pertama serial lukisan esainya dilihat publik.
Denny JA mengaku sudah sejak lama menggandrungi Van Gogh. Bahkan, saat bersekolah di Amerika Serikat, Denny mencari poster lukisannya di berbagai toko seni.
“Saya menyenangi gaya lukisan Van Gogh yang sering disebut dengan genre ekspresionisme. Dalam gaya ini yang dilukis tak hanya realitas fisik sebuah obyek tapi juga emosinya, gairahnya, gejolak batinnya,” ucapnya, Jumat (4/11/2022).
Pada tahun ini, Denny JA mengaku banyak berkenalan dengan aplikasi lukisan dengan bantuan artificial inteligence. Dengan keterampilan teknis melukis yang elementer. Sejauh memiliki konsep yang kuat, gabungan beberapa aplikasi lukisan itu dapat membantu.
Denny pun mengeskpresikan cinta ilahi melalui lukisan gaya Van Gogh. Berbeda dengan Van Gogh, Denny tak mulai melukis dari kanvas yang kosong. Ia melukisnya di atas kanvas yang sudah bercorak dengan bantuan aplikasi lukisan. ”Di atas lukisan, saya bubuhkan potongan puisi yang menyatu dengan gagasan utama lukisan,” ucapnya.
Ada empat karakter utama jenis lukisan yang diberi nama lukisan esai. Pertama, jenis lukisan hibrida yaitu lukisan yang dibantu oleh aplikasi digital, artificial inteligence. Goresan manual pelukis, kuas, warna dan tarikan garis tangannya, menjadi finishing touch saja dari lukisan itu. ”Katakanlah ini gabungan lukisan aplikasi dan manual, hibrida,” katanya.
Kedua, pesan utama lukisan juga diekspresikan dalam bentuk potongan puisi. Dalam lukisan itu, di atas kanvas, hadir teks puisi. Ketiga, tak hanya isi puisi, tapi juga pemilihan huruf dan warna teks puisi itu menyatu dengan lukisan. Secara grafis, teks puisi itu menjadi bagian harmoni dari lukisan. Keempat, judul lukisan tidak berada di luar kanvas. Judul lukisan tercantum dalam kanvas berupa potongan puisi itu sendiri.
”Maka terciptalah serial 15 lukisan esai dengan empat karakter di atas. Sebanyak 15 lukisan itu mengekspresikan gelora batin yang sama yakni, Cinta Ilahi. Ada potongan puisi sufistik di setiap lukisan. Misalnya lukisan dengan gambar bulan yang besar, sebagai simbol Tuhan, bertuliskan The Music of Your Love In My Flute. Alunan CintaMu Meniup Sulingku.”
(cip)