Pengamat: Nasionalis-Islam Itu Konsensus, Peluang Ganjar-Airlangga Masih Terbuka

Jum'at, 21 Oktober 2022 - 07:30 WIB
loading...
Pengamat: Nasionalis-Islam Itu Konsensus, Peluang Ganjar-Airlangga Masih Terbuka
Ganjar Pranowo dianggap mewakili kelompok nasionalis, begitu juga Airlangga Hartarto. Foto/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Tengara bahwa Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) adalah kendaraan politik yang disiapkan untuk memuluskan Ganjar Pranowo sebagai capres 2024 menguat. Lewat KIB, kader PDIP itu akan dipasangkan dengan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto. Keduanya dianggap sebagai representasi nasionalis

Pakar Komunikasi Publik dan Pemasaran Politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad menilai keduanya memang representasi partai nasionalis.

"Menurut saya, figur-figur seperti Pak Ganjar, Pak Airlangga kalau dilihat keduanya dari representasi partai yang identitas ideologinya kental nasionalis, tetapi kalau kita lihat tidak bisa dengan kategori itu saja," kata Nyarwi kepada wartawan dikutip Jumat (21/10/2022).

Baca juga: KIB Disiapkan Usung Ganjar di Pilpres 2024, Ini Untung dan Ruginya

Nyarwi menjelaskan, itu didasarkan pada fakta bahwa hampir semua partai bernuansa nasionalis juga memiliki arah untuk mengakomodasi kelompok Islam dengan membentuk organisasi sayap. Hanya, mereka tidak pernah dianggap sebagai bentuk representasi Islam.

"Partai-partai pasca-reformasi, bahkan partai nasionalis, bahkan sejak Orde Baru berusaha untuk merepresentasikan komunitas Islam, sehingga hampir di setiap partai punya sayap Islam. Cuma sering kali ini tidak dipandang sebagai bentuk representasi umat Islam," terangnya.

Nyarwi yang juga Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) itu menjelaskan, pada dasarnya tidak ada ketentuan yang mengharuskan calon preaiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) harus merepresentasikan kelompok nasionalis dan Islam. Namun, hal ini juga sudah menjadi konsensus bersama bahwa paslon harus perbaduan nasionalis dan Islam.

"Sebenarnya tidak ada ketentuan dalam sejarah republik bahwa calon presiden cawapres harus merepresentasikan kelompok, kategori partai nasionalis dan Islam, tidak ada. Tapi ada semacam konsensus nasional bahwa sosok profil figur rata-rata ya memang tidak hanya kategori nasionalis, karena juga karena mayoritas pemilih muslim biasanya kan ada kepantasan sosok yang mewakili Islam. Itu dianggap penting," terang Nyarwi.



Oleh sebab itu, menurut Nyarwi, wacana pemasangan Ganjar Pranowo dan Airlangga Hartarto tidak mempunyai hambatan berat. Kecuali muncul resistensi tinggi di kalangan pemilih muslim, dan juga ada kemunculan polarisasi pemilih pada masa kampanye nanti.

"Menurut saya tidak ada kendala. Belum ada data riset juga yang sangat kredibel, yang menunjukkan ada pemilih dari kalangan Islam yang resistensinya tinggi atau mereka berdua mendapat resistensi tinggi dari kalangan pemilih muslim. Termasuk tidak ada misalnya bentuk-bentuk kebijakan yang telah dilakukan keduanya selama berkarir di politik yang bisa menunjukkan kebijakan yang merugikan umat Islam," ujarnya.

"Artinya peluang Ganjar, maupun Airlangga untuk diterima di kalangan muslim masih sangat besar. Kecuali nanti dalam masa kampanye misalnya muncul isu-isu yang mengarah kepada polarisasi karena tuntutan figur capres-cawapres yang makin islami. Ini balik lagi ke siapa yang menjadi kompetitor," tandas Nyarwi.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1612 seconds (0.1#10.140)