Momentum Bersih-Bersih Polri
loading...
A
A
A
Institusi Kepolisian Republik Indonesia ( Polri ) kembali menghadapi ujian berat. Belum kelar kasus Irjen Pol Ferdy Sambo yang terlibat penembakan anak buahnya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), dan aksi represif anggota kepolisian terharap suporter Arema FC di Stadion Kanjuruhan yang menyebabkan ratusan orang meninggal, kini muncul kasus dugaan penyalahgunaan narkoba yang melibatkan Irjen Pol Teddy Minahasa .
Teddy yang belum sepekan menjabat Kapolda Jawa Timur menggantikan Irjen Pol Nico Afinta diduga terlibat dalam kasus narkoba dan kini telah ditahan oleh Divisi Propam Mabes Polri. Penahanan Teddy disebutkan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo karena yang bersangkutan terlibat dalam peredaran narkoba bersama sejumlah orang termasuk perwira menengah (Pamen).
Selain sejumlah oknum polisi, juga diamankan tiga warga sipil termasuk bandar narkoba. Dalam pernyataan Jumat (14/10/2022), Listyo juga meminta agar kasus narkoba yang melibatkan jajarannya diusut tuntas.
Kasus penangkapan polisi berpangkat jenderal tersebut semakin menambah panjang deretan oknum berseragam cokelat itu di ranah bisnis narkoba. Jauh sebelumnya, di Bandung, Jawa Barat, Kapolsek Astana Anyar Kompol Yuni Purwanti Kusuma ditangkap Propam Polda Jabar karena terbukti positif narkoba jenis sabu.
Kemudian, masih di Jawa Barat, tepatnya di Karawang, Kasat Narkoba Polres Karawang AKP Nurdin Massa juga ditetapkan sebagai tersangka terkait dugaan peredaran narkoba.
Di level kepolisian sektor (polsek) penangkapan oknbum polisi juga terjadi di Sidoarjo di mana Kapolsek Sukodono AKP I Ketut Agus Wardana ditangkap bersama dua rekannya karena pesta sabu.
Rentetan kasus penyalahgunaan narkoba di lingkungan kepolisian ini sungguh ironis karena polisi yang seharusnya menjadi penegak hukum dalam peredaran narkotika justru menjadi 'pemain' di dalamnya. Yang lebih ironis lagi, level perwira tinggi berpangkat irjen semakin mencoreng institusi yang seharusnya menjadi pengayom masyarakat.
Terkait kasus narkoba yang melibatkan Irjen Pol Teddy Minahasa, sejumlah pihat mendesak agar kepolisian diusut hingga ke akar-akarnya. Tidak kurang dari Ketua DPR Puan Maharani meminta agar kasus narkoba yang diduga melibatkan petinggi Polri diusut tuntas. Puan mengingatkan agar narkoba jangan sampai merusak institusi yang seharusnya melindungi masyarakat dari kejahatan luar biasa tersebut.
Puan menegaskan bahwa kasus yang saat ini terjadi harus menjadi momen bersih-bersih Polri dari oknum yang melakukan penyalahgunaan narkotika. Puan juga memperingatkan tidak boleh ada mafia narkoba di kepolisian.
Apa yang disampaikan Puan sejatinya mewakili masyarakat yang juga ingin agar polri berbenah karena sudah cukup banyak kasus melibatkan oknum anggota polri.
Masih segar dalam ingatan peristiwa jatuhnya ratusan korban jiwa di Stadiun Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada awak Oktober lalu. Pada peristiwa tersebut, Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIFP) menyebutkan bahwa hasil investigasi diketahui ada dugaan pelanggaran oleh kepolisian terkait penanganan pengamanan di stadion seusai berlangsungnya laga Arema FC vs Persebaya.
TGIPF yang dipimpin oleh Menko Polhukam Mahfud MD menyebutkan bahwa gas air mata yang dilontarkan pasukan pengamanan kepolisian menjadi pemicu utama kepanikan di tribun yang berujung tragedi dan menewaskan ratusan orang itu.
Peristiwa-peristiwa yang melibatkan oknum kepolisian itu memang tidak bisa dianggap biasa. Pasalnya, perilaku represif maupun tindakan tidak terpuji bukan hanya terjadi kali ini saja. Masyarakat pun rasanya sudah muak sehingga reformasi di tubuh organisasi ini mutlak segera dilakukan.
Ini saatnya Polri harus tegak lurus melaksanakan tugasnya dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Kita juga berharap, ke depan tidak ada lagi oknum-oknum nakal di kepolisian sehingga kepercayaan terhadap Polri bisa kembali meningkat. Kini tugas kita bersama untuk sama-sama mengawal agar penindakan dan penegakan hukum serta bersih-bersih di tubuh Polri bisa dilakukan tanpa pandang bulu.
Teddy yang belum sepekan menjabat Kapolda Jawa Timur menggantikan Irjen Pol Nico Afinta diduga terlibat dalam kasus narkoba dan kini telah ditahan oleh Divisi Propam Mabes Polri. Penahanan Teddy disebutkan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo karena yang bersangkutan terlibat dalam peredaran narkoba bersama sejumlah orang termasuk perwira menengah (Pamen).
Selain sejumlah oknum polisi, juga diamankan tiga warga sipil termasuk bandar narkoba. Dalam pernyataan Jumat (14/10/2022), Listyo juga meminta agar kasus narkoba yang melibatkan jajarannya diusut tuntas.
Kasus penangkapan polisi berpangkat jenderal tersebut semakin menambah panjang deretan oknum berseragam cokelat itu di ranah bisnis narkoba. Jauh sebelumnya, di Bandung, Jawa Barat, Kapolsek Astana Anyar Kompol Yuni Purwanti Kusuma ditangkap Propam Polda Jabar karena terbukti positif narkoba jenis sabu.
Kemudian, masih di Jawa Barat, tepatnya di Karawang, Kasat Narkoba Polres Karawang AKP Nurdin Massa juga ditetapkan sebagai tersangka terkait dugaan peredaran narkoba.
Di level kepolisian sektor (polsek) penangkapan oknbum polisi juga terjadi di Sidoarjo di mana Kapolsek Sukodono AKP I Ketut Agus Wardana ditangkap bersama dua rekannya karena pesta sabu.
Rentetan kasus penyalahgunaan narkoba di lingkungan kepolisian ini sungguh ironis karena polisi yang seharusnya menjadi penegak hukum dalam peredaran narkotika justru menjadi 'pemain' di dalamnya. Yang lebih ironis lagi, level perwira tinggi berpangkat irjen semakin mencoreng institusi yang seharusnya menjadi pengayom masyarakat.
Terkait kasus narkoba yang melibatkan Irjen Pol Teddy Minahasa, sejumlah pihat mendesak agar kepolisian diusut hingga ke akar-akarnya. Tidak kurang dari Ketua DPR Puan Maharani meminta agar kasus narkoba yang diduga melibatkan petinggi Polri diusut tuntas. Puan mengingatkan agar narkoba jangan sampai merusak institusi yang seharusnya melindungi masyarakat dari kejahatan luar biasa tersebut.
Puan menegaskan bahwa kasus yang saat ini terjadi harus menjadi momen bersih-bersih Polri dari oknum yang melakukan penyalahgunaan narkotika. Puan juga memperingatkan tidak boleh ada mafia narkoba di kepolisian.
Apa yang disampaikan Puan sejatinya mewakili masyarakat yang juga ingin agar polri berbenah karena sudah cukup banyak kasus melibatkan oknum anggota polri.
Masih segar dalam ingatan peristiwa jatuhnya ratusan korban jiwa di Stadiun Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada awak Oktober lalu. Pada peristiwa tersebut, Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIFP) menyebutkan bahwa hasil investigasi diketahui ada dugaan pelanggaran oleh kepolisian terkait penanganan pengamanan di stadion seusai berlangsungnya laga Arema FC vs Persebaya.
TGIPF yang dipimpin oleh Menko Polhukam Mahfud MD menyebutkan bahwa gas air mata yang dilontarkan pasukan pengamanan kepolisian menjadi pemicu utama kepanikan di tribun yang berujung tragedi dan menewaskan ratusan orang itu.
Peristiwa-peristiwa yang melibatkan oknum kepolisian itu memang tidak bisa dianggap biasa. Pasalnya, perilaku represif maupun tindakan tidak terpuji bukan hanya terjadi kali ini saja. Masyarakat pun rasanya sudah muak sehingga reformasi di tubuh organisasi ini mutlak segera dilakukan.
Ini saatnya Polri harus tegak lurus melaksanakan tugasnya dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Kita juga berharap, ke depan tidak ada lagi oknum-oknum nakal di kepolisian sehingga kepercayaan terhadap Polri bisa kembali meningkat. Kini tugas kita bersama untuk sama-sama mengawal agar penindakan dan penegakan hukum serta bersih-bersih di tubuh Polri bisa dilakukan tanpa pandang bulu.
(ynt)