MPR Sebut Pentingnya Kolaborasi Semua Pihak dalam Mengurangi Risiko Bencana
loading...
A
A
A
Doni berpendapat para pemangku kepentingan harus mampu memadukan kemampuan perangkat berbasis teknologi dan kearifan lokal untuk menghadirkan solusi penanggulangan bencana di tanah air.
Kepala PSBA Universitas Gadjah Mada, Djati Mardiatno berpendapat kearifan lokal merupakan pengetahuan yang diperoleh sekelompok orang yang diturunkan dari generasi ke generasi dan pengetahuan itu sangat empirik.
Karena pengetahuan itu bersifat lokal, ujar Djati, sehingga tidak bisa diterapkan di tempat lain. Diakuinya ada interelasi antara kearifan lokal dengan budaya. ”Peran serta masyarakat sangat penting dalam upaya pengurangan risiko bencana. Tugas para akademisi menjelaskan agar kearifan lokal menjadi logis sehingga dapat diterapkan dalam proses penanggulangan bencana,” katanya.
Wakil Ketua MPBI Dicky Chresthover Pelupessy berpendapat harus mengoptimalkan kearifan lokal itu dalam merespons bencana. Karena bagaimana pun, yang pertama kali merespons bencana itu masyarakat lokal di kawasan yang terdampak. ”Posisi kearifan lokal dalam tata kelola penanggulangan bencana diperjelas. Setiap potensi yang dimiliki masyarakat harus bisa dimaksimalkan dalam sebuah tata kelola,” katanya.
Direktur Yayasan Skala Indonesia, Trimalaningrum menilai masyarakat lokal itu bagaikan ilmuwan sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya mampu melindungi mereka dari ancaman bencana. Soal kerentanan perempuan dalam setiap bencana, sebenarnya sudah banyak aturan yang mampu melindungi perempuan saat bencana terjadi. Namun, aturan yang ada kerap kali terabaikan.
Kepala PSBA Universitas Gadjah Mada, Djati Mardiatno berpendapat kearifan lokal merupakan pengetahuan yang diperoleh sekelompok orang yang diturunkan dari generasi ke generasi dan pengetahuan itu sangat empirik.
Karena pengetahuan itu bersifat lokal, ujar Djati, sehingga tidak bisa diterapkan di tempat lain. Diakuinya ada interelasi antara kearifan lokal dengan budaya. ”Peran serta masyarakat sangat penting dalam upaya pengurangan risiko bencana. Tugas para akademisi menjelaskan agar kearifan lokal menjadi logis sehingga dapat diterapkan dalam proses penanggulangan bencana,” katanya.
Wakil Ketua MPBI Dicky Chresthover Pelupessy berpendapat harus mengoptimalkan kearifan lokal itu dalam merespons bencana. Karena bagaimana pun, yang pertama kali merespons bencana itu masyarakat lokal di kawasan yang terdampak. ”Posisi kearifan lokal dalam tata kelola penanggulangan bencana diperjelas. Setiap potensi yang dimiliki masyarakat harus bisa dimaksimalkan dalam sebuah tata kelola,” katanya.
Direktur Yayasan Skala Indonesia, Trimalaningrum menilai masyarakat lokal itu bagaikan ilmuwan sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya mampu melindungi mereka dari ancaman bencana. Soal kerentanan perempuan dalam setiap bencana, sebenarnya sudah banyak aturan yang mampu melindungi perempuan saat bencana terjadi. Namun, aturan yang ada kerap kali terabaikan.
(cip)