BNPB Sebut Cuaca Ekstrem Mendominasi Bencana dalam 5 Tahun Terakhir
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat cuaca ekstrem mendominasi bencana di Indonesia dalam 5 tahun terakhir. Atau tercatat pada periode 1 Januari 2016 hingga 10 Oktober 2022.
"Kalau kita lihat memang tidak jauh dari cuaca ekstrem, banjir, tanah longsor dan gelombang pasang," kata Kepala BNPB , Suharyanto saat Rapat Koordinasi Nasional BNPB-BPBD Untuk Kesiapsiagaan Menghadapi Potensi Cuaca Ekstrim, Senin (10/10/2022).
"Jadi artinya, dalam 5 tahun terakhir gitu ya, ini bencana bencana yang terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia ya itu tidak jauh dari yang kita bicarakan siang ini untuk menghadapi bahaya banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem," ucapnya.
Baca juga: BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem Periode Transisi
Sementara Suharyanto mengatakan, BNPB mencatat pada tahun ini sampai dengan tanggal 10 Oktober 2022, bencana yang terjadi di wilayah Indonesia ada 2.718 kali.
"Nah kalau kita lihat dari 2.718 kali ini yang menjadi primadona atau angkanya yang paling tinggi itu banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor," katanya.
"Artinya, apa yang disampaikan oleh Ibu Kepala BMKG, dari PVMBG ini terbukti. Meskipun dari Januari sampai Oktober ini cuaca ekstremnya belum seperti minggu-minggu terakhir ini, ternyata juga yang mendominasi terjadinya bencana alam tidak jauh dari banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor," ungkap Suharyanto.
Dia mengatakan, dari 2.718 kejadian bencana ada 160 meninggal dunia, 3.193.001 orang menderita mengungsi. "Bahkan kita lihat bersama beberapa hari yang lalu juga masih ada bencana-bencana yang menimbulkan korban jiwa manusia," tuturnya.
"Kemudian, minggu terakhir ini di bulan kesatu Oktober di minggu ke satu, ini baru tanggal 10, ini kita ketahui bersama sudah banyak terjadi banjir dimana-mana ya. Ini ada 66 kejadian banjirnya 35 kali dalam kurun waktu 10 hari, kemudian tanah longsor nya 16 kali, cuaca ekstrem sudah ada 151.156 orang yang terdampak. Sudah ada yang meninggal 9, hilang 1," paparnya.
Oleh karena itu Suharyanto meminta, agar semua pihak waspada terhadap potensi kejadian bencana akibat cuaca ekstrem. Mengingat, puncak musim hujan seperti yang dilaporkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terjadi pada November, Desember, dan Januari.
"Padahal tadi, Ibu Dwikorita (Kepala BMKG) mengatakan bahwa puncak hujan ini baru di November, Desember, dan Januari. Artinya walaupun sekarang belum puncak hujan, korbannya sudah cukup banyak baik yang meninggal maupun yang terdampak,” tutup Suharyanto.
"Kalau kita lihat memang tidak jauh dari cuaca ekstrem, banjir, tanah longsor dan gelombang pasang," kata Kepala BNPB , Suharyanto saat Rapat Koordinasi Nasional BNPB-BPBD Untuk Kesiapsiagaan Menghadapi Potensi Cuaca Ekstrim, Senin (10/10/2022).
"Jadi artinya, dalam 5 tahun terakhir gitu ya, ini bencana bencana yang terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia ya itu tidak jauh dari yang kita bicarakan siang ini untuk menghadapi bahaya banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem," ucapnya.
Baca juga: BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem Periode Transisi
Sementara Suharyanto mengatakan, BNPB mencatat pada tahun ini sampai dengan tanggal 10 Oktober 2022, bencana yang terjadi di wilayah Indonesia ada 2.718 kali.
"Nah kalau kita lihat dari 2.718 kali ini yang menjadi primadona atau angkanya yang paling tinggi itu banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor," katanya.
"Artinya, apa yang disampaikan oleh Ibu Kepala BMKG, dari PVMBG ini terbukti. Meskipun dari Januari sampai Oktober ini cuaca ekstremnya belum seperti minggu-minggu terakhir ini, ternyata juga yang mendominasi terjadinya bencana alam tidak jauh dari banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor," ungkap Suharyanto.
Dia mengatakan, dari 2.718 kejadian bencana ada 160 meninggal dunia, 3.193.001 orang menderita mengungsi. "Bahkan kita lihat bersama beberapa hari yang lalu juga masih ada bencana-bencana yang menimbulkan korban jiwa manusia," tuturnya.
"Kemudian, minggu terakhir ini di bulan kesatu Oktober di minggu ke satu, ini baru tanggal 10, ini kita ketahui bersama sudah banyak terjadi banjir dimana-mana ya. Ini ada 66 kejadian banjirnya 35 kali dalam kurun waktu 10 hari, kemudian tanah longsor nya 16 kali, cuaca ekstrem sudah ada 151.156 orang yang terdampak. Sudah ada yang meninggal 9, hilang 1," paparnya.
Oleh karena itu Suharyanto meminta, agar semua pihak waspada terhadap potensi kejadian bencana akibat cuaca ekstrem. Mengingat, puncak musim hujan seperti yang dilaporkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terjadi pada November, Desember, dan Januari.
"Padahal tadi, Ibu Dwikorita (Kepala BMKG) mengatakan bahwa puncak hujan ini baru di November, Desember, dan Januari. Artinya walaupun sekarang belum puncak hujan, korbannya sudah cukup banyak baik yang meninggal maupun yang terdampak,” tutup Suharyanto.
(maf)