MPR: Dampak Perekonomian Global Harus Dijawab dengan Kebijakan yang Efektif

Rabu, 05 Oktober 2022 - 21:38 WIB
loading...
A A A
CEO SAIAC Shanti Shamdasani mengungkapkan saat ini dunia dilanda krisis yang tidak bisa dihindari. Selain perang Rusia dan Ukraina serta pandemic Covid-19, harus diwaspadai juga faktor lain yang akan memengaruhi krisis sebagai dampak ekonomi global seperti digitalisasi pada sektor keuangan yang membuat uang sulit sekali dipagari.

”Bukan hanya gejolak perang di Rusia dan Ukraina, goncangan pada ekonomi Taiwan juga berpotensi menambah beban krisis terhadap ekonomi global yang berdampak pada ekonomi negara-negara di Asia,” ucapnya.

Tenaga Ahli Menteri Keuangan RI/Staf Pengajar FEB UI Kiki Verico mengungkapkan, saat ini terjadi goncangan pada rantai pasokan dunia karena merosotnya industri elektronik dan otomotif dunia sebagai dampak pandemi dan perang Rusia dengan Ukraina.

Karena kebutuhan logistik untuk sektor elektronik dan otomotif sangat besar, ketika produksi elektronik dan otomotif jatuh karena pandemi dan perang maka terjadi goncangan pada rantai pasokan global.

”Perekonomian lesu akibat pandemi dan perang saat ini tidak separah dampak pandemi dan perang yang terjadi pada masa Perang Dunia II. Karena saat ini, kita mememiliki sejumlah lembaga keuangan dunia yang mampu menyerap goncangan dampak krisis global yang terjadi,” katanya.

Kiki berpendapat, dampak krisis global terhadap Indonesia tidak sebesar sejumlah negara, antara lain karena Indonesia cukup dominan pada industri makanan, minuman dan tembakau. Sedangkan pada krisis global saat ini, sebagian besar yang terpukul adalah manufaktur sektor elektronik. dan otomotif.

Menteri Keuangan RI Periode 2013 – 2014, Muhammad Chatib Basri berpendapat, sejumlah tekanan geopolitik seperti dampak konflik Rusia-Ukraina, melambatnya ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok serta negara-negara Eropa akan berdampak pada perekonomian Indonesia.

Dengan melemahnya perekonomian di negara-negara tujuan ekspor Indonesia itu, menurut Chatib, akan berdampak juga pada melemahnya perekonomian Indonesia pada 2023. Meski begitu, melemahnya perekonomian Indonesia tidak separah Singapura. Karena, proporsi ekspor Indonesia hanya 25% dari GDP.

”Meski perekonomian Indonesia akan slow down namun belum sampai resesi. Untuk menghadapi kondisi perekonomian yang serba salah saat ini, tidak ada ruang untuk membuat kesalahan," ujarnya.

Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana, Universitas Airlangga, Rudi Purwono mengungkapkan, secara global lembaga-lembaga keuangan dunia mengungkapkan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 akan lebih rendah daripada 2021, dan pertumbuhan ekonomi pada 2023 akan lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi 2022.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1834 seconds (0.1#10.140)