Kongres Sarbumusi, Gus Ipul Ajak Buruh Ubah Paradigma Hadapi Tantangan Zaman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengajak para buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) untuk bisa menjawab tantangan zaman.
Pandangan ini disampaikan Gus Ipul dalam Kongres Akbar ke-6 Konfederasi Sarbumusi Nahdlatul Ulama yang mengusung tema Bergerak Menyambut Dunia Baru Ketenagakerjaan.
Kongres Akbar ke-6 Sarbumusi ini digelar di Aston Hotel, Sidoarjo, Jawa Timur bersamaan dengan Hari Ulang Tahun Sarbumusi yang ke-67, Selasa 27 September 2022.
"Sehingga teman-teman ini bisa memahami situasi lebih utuh, mendefinisikan keadaan lebih baik, dan juga mengambil Langkah-langkah yang terbaik, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama," kata Gus Ipul dalam keterangannya, Rabu (28/9/2022).
"Ada situasi ke depan yang harus kita konsolidasikan untuk menghadapinya, khusus di dunia perburuhan," tambahnya.
Baca juga: Harlah ke-65, Konfederasi Sarbumusi Terus Dorong Kesejahteraan Buruh
Menurut Gus Ipul, di dalam kesempitan ada kesempatan. Karenanya dia mengajak para buruh berpikir tidak hanya jadi buruh, sekali-kali berpikir sebagai pemilik.
"Karena dunia modern memungkinkan semua sekarang ini menjadi owner atau pemilik. Kalau buruh hanya pekerja," ujarnya.
Gus Ipul juga menyarankan para buruh Sarbumusi, untuk dapat membeli saham-saham yang bisa membawa keuntungan bagi para buruh Sarbumusi.
Sehingga Sarbumusi bisa jadi owner dari sebuah pabrik atau company yang memastikan anggotanya mendapatkan keuntungan lebih besar.
"Intinya, mari kita mengubah cara berpikir para buruh Sarbumusi. Mari kita merubah cara berpikir kita. Sekarang model-model usaha itu yang model kolaborasi," tegasnya.
"Mari kita berpikir juga sebagai pemilik, sebagai owner. Tidak berpikir semata-mata sebagai pekerja. Ini yang saya titipkan kepada teman-teman Sarbumusi. Karena masa depan kita semua tidak menentu. Mari kita berpikir anti mainstream," tutup Gus Ipul.
Sementara Presiden Konfederasi Sarbumusi Syaiful Bahri Anshori (SBA) menyampaikan, keanggotaan Sarbumusi hingga saat ini berjumlah 400 ribu dengan simpatisan berjumlah 25 juta.
Dia menyerukan kepada para buruh yang hadir bahwa, jika Sarbumusi Jaya, maka Buruh Sejahtera. Selain itu, SBA juga mengingatkan situasi dan tantangan yang dihadapi para pekerja atau buruh, khususnya buruh di Konfederasi Sarbumusi.
Tantangan tersebut setidaknya ada tiga hal yang dampaknya sangat terasa dan belum selesai hingga saat ini. Ketiga hal tersebut harus diantisipasi karena dampaknya luar biasa ke depan.
"Kita masih kena dampak serius dari tiga C yang sekarang masih belum selesai. Covid-19, Climate Change, dan Conflict. Sebenarnya Covid-19 ini bahasa biasa dalam kehidipan kita sehari-hari," ujarnya.
"Nenek moyang kita menyebutnya pagebluk. Namun dampaknya luar biasa kita rasakan sekarang. Kedua, Climate Change atau perubahan iklim. Conflict. Contohnya konflik Rusia-Ukraina dengan kroninya masing-masing," tegas Syaiful Bahri dalam sambutannya," sambungnya.
Ketiga hal tersebut, lanjut SBA, harus diantisipasi karena dampaknya ke depan. Pertama, yang sudah dirasakan dan terjadi sekarang inflasi. Kedua, pertumbuhan ekonomi dunia melambat, bahkan ada negara-negara yang gagal.
"Terjadi sulitnya rantai pasok energi dan pangan yang mengakibatkan melonjaknya harga-harga energi dan pangan serta memicu inflasi," tuturnya.
Menurut SBA, Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara-negara lain dalam situasi global seperti sekarang ini. Oleh karena itu Sarbumusi dalam menyikapi hal ini harus paham betul Gerakan ke depan.
Karenanya kata dia, jika tidak paham akan menghambat pertumbuhan ekonomi, menghambat kestabilan sosial, bahkan mungkin bisa memberikan dampak buruk terhadap saudara-saudara kita yang ada di industri.
"Pertama, tawasuth - mencari jalan tengah di mana konteks antara industry dengan kaum buruh, sehingga ada titik temu yang terbaik untuk menyelesaikan. Kedua, tawazzun - keseimbangan dalam memahami persoalan. Ketiga, tasamuh - toleransi, memiliki kelapangan dada dan keluasan pikiran," tutupnya.
Sekadar diketahui, Kongres Akbar ke-6 Sarbumusi yang juga disiarkan langsung melalui Channel YouTube TVNU ini dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak (Mewakili Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa).
Kemudian Perwakilan PWNU Jawa Timur, KH Misbahul Munir; Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kementerian Ketenagakerjaan, Haiyani Rumondang (Mewakili Menteri Ketenagakerjaan); Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdhor Ali; Perwakiilan PBJS Ketenagakerjaan, Yayat Ruhiyat; serta para Ketua-ketua Serikat Pekerja.
Pandangan ini disampaikan Gus Ipul dalam Kongres Akbar ke-6 Konfederasi Sarbumusi Nahdlatul Ulama yang mengusung tema Bergerak Menyambut Dunia Baru Ketenagakerjaan.
Kongres Akbar ke-6 Sarbumusi ini digelar di Aston Hotel, Sidoarjo, Jawa Timur bersamaan dengan Hari Ulang Tahun Sarbumusi yang ke-67, Selasa 27 September 2022.
"Sehingga teman-teman ini bisa memahami situasi lebih utuh, mendefinisikan keadaan lebih baik, dan juga mengambil Langkah-langkah yang terbaik, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama," kata Gus Ipul dalam keterangannya, Rabu (28/9/2022).
"Ada situasi ke depan yang harus kita konsolidasikan untuk menghadapinya, khusus di dunia perburuhan," tambahnya.
Baca juga: Harlah ke-65, Konfederasi Sarbumusi Terus Dorong Kesejahteraan Buruh
Menurut Gus Ipul, di dalam kesempitan ada kesempatan. Karenanya dia mengajak para buruh berpikir tidak hanya jadi buruh, sekali-kali berpikir sebagai pemilik.
"Karena dunia modern memungkinkan semua sekarang ini menjadi owner atau pemilik. Kalau buruh hanya pekerja," ujarnya.
Gus Ipul juga menyarankan para buruh Sarbumusi, untuk dapat membeli saham-saham yang bisa membawa keuntungan bagi para buruh Sarbumusi.
Sehingga Sarbumusi bisa jadi owner dari sebuah pabrik atau company yang memastikan anggotanya mendapatkan keuntungan lebih besar.
"Intinya, mari kita mengubah cara berpikir para buruh Sarbumusi. Mari kita merubah cara berpikir kita. Sekarang model-model usaha itu yang model kolaborasi," tegasnya.
"Mari kita berpikir juga sebagai pemilik, sebagai owner. Tidak berpikir semata-mata sebagai pekerja. Ini yang saya titipkan kepada teman-teman Sarbumusi. Karena masa depan kita semua tidak menentu. Mari kita berpikir anti mainstream," tutup Gus Ipul.
Sementara Presiden Konfederasi Sarbumusi Syaiful Bahri Anshori (SBA) menyampaikan, keanggotaan Sarbumusi hingga saat ini berjumlah 400 ribu dengan simpatisan berjumlah 25 juta.
Dia menyerukan kepada para buruh yang hadir bahwa, jika Sarbumusi Jaya, maka Buruh Sejahtera. Selain itu, SBA juga mengingatkan situasi dan tantangan yang dihadapi para pekerja atau buruh, khususnya buruh di Konfederasi Sarbumusi.
Tantangan tersebut setidaknya ada tiga hal yang dampaknya sangat terasa dan belum selesai hingga saat ini. Ketiga hal tersebut harus diantisipasi karena dampaknya luar biasa ke depan.
"Kita masih kena dampak serius dari tiga C yang sekarang masih belum selesai. Covid-19, Climate Change, dan Conflict. Sebenarnya Covid-19 ini bahasa biasa dalam kehidipan kita sehari-hari," ujarnya.
"Nenek moyang kita menyebutnya pagebluk. Namun dampaknya luar biasa kita rasakan sekarang. Kedua, Climate Change atau perubahan iklim. Conflict. Contohnya konflik Rusia-Ukraina dengan kroninya masing-masing," tegas Syaiful Bahri dalam sambutannya," sambungnya.
Ketiga hal tersebut, lanjut SBA, harus diantisipasi karena dampaknya ke depan. Pertama, yang sudah dirasakan dan terjadi sekarang inflasi. Kedua, pertumbuhan ekonomi dunia melambat, bahkan ada negara-negara yang gagal.
"Terjadi sulitnya rantai pasok energi dan pangan yang mengakibatkan melonjaknya harga-harga energi dan pangan serta memicu inflasi," tuturnya.
Menurut SBA, Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara-negara lain dalam situasi global seperti sekarang ini. Oleh karena itu Sarbumusi dalam menyikapi hal ini harus paham betul Gerakan ke depan.
Karenanya kata dia, jika tidak paham akan menghambat pertumbuhan ekonomi, menghambat kestabilan sosial, bahkan mungkin bisa memberikan dampak buruk terhadap saudara-saudara kita yang ada di industri.
"Pertama, tawasuth - mencari jalan tengah di mana konteks antara industry dengan kaum buruh, sehingga ada titik temu yang terbaik untuk menyelesaikan. Kedua, tawazzun - keseimbangan dalam memahami persoalan. Ketiga, tasamuh - toleransi, memiliki kelapangan dada dan keluasan pikiran," tutupnya.
Sekadar diketahui, Kongres Akbar ke-6 Sarbumusi yang juga disiarkan langsung melalui Channel YouTube TVNU ini dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak (Mewakili Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa).
Kemudian Perwakilan PWNU Jawa Timur, KH Misbahul Munir; Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kementerian Ketenagakerjaan, Haiyani Rumondang (Mewakili Menteri Ketenagakerjaan); Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdhor Ali; Perwakiilan PBJS Ketenagakerjaan, Yayat Ruhiyat; serta para Ketua-ketua Serikat Pekerja.
(maf)